Adab Mempersiapkan Malam Nisfu Sya’ban dan Keistimewaannya

waktu baca 4 menit
Tu Sudan

Oleh Tu Sudan *)

MALAM Nisfu Sya’ban tahun 2021 atau 1422 hijriah, jatuh pada Ahad 28 Maret 2021 (ba’da Maghrib). Dalam kitab Masyariqul Bayan fi Fadha’ili Sya’ban karya Imam Mujaddid Sayyid Muhammad Madhi Abul Aza’im menyebutkan tentang adab mempersiapkan malam Nisfu Sya’ban yaitu:

1. Bertaubat.
2. Memaafkan orang-orang yang berselisih denganmu.
3. Menyegerakan untuk berbakti kepada orang tua, silaturahim dan memuliakan tetangga.
4. Dianjurkan untuk segera bertaubat bagi orang-orang yang suka bermaksiat,
suka melakukan kekufuran dan melewati batas,agar bisa khusyu’ bermunajat kepada Allah dalam keadaan bersih dan dapat diterima.
5. Membuat acara keluarga, berbagi rezeki dengan sanak saudara dan anak-anaknya secukupnya.
6. Memperbanyak doa ya ghafur ya rahim ya tawwab ya karim ya Allah.

Malam Nisfu Sya’ban memiliki banyak keistimewaan. Adapun keistimewaan bulan Nisfu Sya’ban dimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melakukan puasa, ada yang mengatakan penuh sampai disambung dengan Ramadhan, ada pula yang mengatakan sebagian besar.

Mengapa Rasulullah SAW mengistimewakan Sya’ban dengan puasa sunah? Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam menjawab dengan dua alasan:

banner 72x960

1. Bulan Laporan Amal.

Rasulullah bersabda bahwa “Sya’ban adalah bulan diangkatnya (dilaporkan) amal kepada Tuhan yang menguasai seluruh alam. Maka saya senang saat amal saya dilaporkan saya sedang berpuasa” (HR An-Nasa’i)

2. Bulan Catatan Ajal

Rasulullah mengatakan, “Sesungguhnya Allah menentukan kematian setiap jiwa pada tahun itu (ditentukan di bulan sya’ban). Maka saya senang jika ajal mendatangi saya dalam keadaan berpuasa”

Terkait status hadis ini diberi penilaian oleh Al-Hafidz Al-Haitsami:

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la. Didalamnya terdapat perawi bernama Muslim bin Khalid Az-Zanji (guru dari Imam Syafi’i), ia dikomentari oleh ulama lain dan juga ada yang menilai perawi terpercaya”.

Kemudian keistimewaan selanjutnya, mengapa Allah SWT tidak merahasiakan malam Nisfu Sya’ban tetapi merahasiakan malam Laitul Qadar??

Seringkali ada yang bertanya-tanya, mengapa Allah SWT tidak merahasiakan malam Nisfu Sya’ban, tetapi merahasiakan malam Lailatul Qadar? Padahal keduanya sama-sama malam yang dipenuhi limpahan rahmat Allah SWT.

Malam Nisfu Sya’ban memiliki keutamaan yang besar, Nisfu Sya’ban termasuk waktu yang mustajabah untuk berdoa karena peristiwa-peristiwa besar terjadi di malam penuh berkah tersebut.

Demikian pula dengan malam Lailatul Qadar, memiliki keistimewaan yang sangat agung. Lailatul Qadar adalah malam yang diharapkan oleh setiap muslim di seluruh penjuru dunia.

Allah SWT memperlihatkan malam Nisfu Sya’ban kepada siapa pun.

Tidak ada yang dirahasiakan tentang terjadinya malam Nisfu Sya’ban. Waktu dan tanggalnya sudah jelas dan tidak berubah-ubah di setiap tahunnya, yaitu malam tanggal 15 bulan Sya’ban.

Berbeda dengan malam Lailatul Qadar Allah SWT sangat merahasiakan kapan malam seribu bulan tersebut terjadi. Bisa tanggal 21, 23, 25, 27 atau bahkan di sepanjang bulan Ramadhan terjadi Lailatul Qadar, namun kapan persisnya benar-benar menjadi misteri.

Pertanyaannya kemudian, mengapa Allah SWT tidak merahasiakan malam Nisfu Sya’ban, tapi merahasiakan Lailatul Qadar ? Padahal, keduanya sama-sama malam yang dipenuhi limpahan rahmat.

Syekh Abdul Qadir Al-Jilani rahimallahu menegaskan dalam kitabnya Ghunyah al-Thalibin, halaman 283 bahwa Lailatul Qadar dirahasiakan karena lebih dominan sisi rahmat dan ampunan di dalamnya. Barangsiapa menghidupi Lailatul Qadar, ia diberi kemuliaan dan pahala yang tidak terhingga.

Oleh karena itu, Allah SWT merahasiakannya agar umat Islam tidak mengandalkan Lailatul Qadar sebagai satu-satunya waktu untuk beribadah secara serius.

Dengan dirahasiakannya Lailatul Qadar, semakin tampak siapa hamba yang betul-betul menjaga konsistensi ibadahnya dan siapa yang hanya beribadah secara musiman.

Hal ini berbeda dengan malam Nisfu Sya’ban. Meski di dalamnya dipenuhi limpahan rahmat, namun pada malam tersebut lebih dominan sisi “Penentuan Nasib” seorang manusia.

Di malam Nisfu Sya’ban, amal perbuatan manusia selama satu tahun dilaporkan di hadapan-Nya. Manusia diuji selama satu tahun, apakah ia semakin dekat dengan-Nya atau justru semakin diperbudak oleh nafsunya.

Di malam tersebut Allah SWT memberi keputusan siapa yang layak mendapat ridha-Nya dan siapa yang tertimpa azab-Nya. Di malam tersebut tampak siapa yang beruntung dan celaka. Oleh karena hal tersebut maka malam Nisfu Sya’ban tidak dirahasiakan oleh Allah SWT.

Syekh Abdul Qadir al-Jilani Rahimallahu mengatakan:

وقيل إن الحكمة في أن الله تعالى أظهر ليلة البراءة وأخفى ليلة القدر لأن ليلة القدر ليلة الرحمة
والغفران والعتق من النيران، أخفاها الله لئلا يتكلوا عليها

“Dikatakan, hikmah Allah memperlihatkan malam pembebasan (Nisfu Sya’ban) dan menyamarkan Lailatul Qadar adalah bahwa Lailatul Qadar merupakan malam kasih sayang, pengampunan dan kemerdekaan dari neraka. Allah SWT menyamarkan Lailatul Qadar agar manusia tidak mengandalkannya”.

وأظهر ليلة البراءة لأنها ليلة الحكم والقضاء وليلة السخط والرضاء ليلة القبول
والرد والوصول والصد، ليلة السعادة والشقاء والكرامة والنقاء فواحد فيها يسعد
والآخر فيها يبعد، وواحد يجزى ويخزى وواحد يكرم وواحد يحرم، واحد يهجر وواحد يؤجر

Dan Allah memperlihatkan malam pembebasan (Nisfu Sya’ban) karena ia adalah malam penghakiman dan pemutusan, malam kemurkaan dan keridhaan, malam penerimaan dan penolakan, malam penyampaian dan penolakan, alam kebahagiaan dan kecelakaan, malam kemuliaan dan pembersihan. Sebagian orang beruntung, sebagian yang lain dijauhkan dari rahmat-Nya, ada yang dibalas pahala, ada pula yang dihinakan, ada yang di muliakan, ada pula yang dicegah dari rahmat-Nya, salah seorang didiamkan, salah seorang diberi Pahala”.

*) Penulis merupakan Wakil Ketua 3 Kampus STISNU Aceh

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *