Diskusi di KWPSI, Tu Sop: Jadikan Aceh sebagai Mercusuar Islam di Nusantara

waktu baca 6 menit
Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb (peci putih) menyampaikan materi saat menjadi narasumber Diskusi dengan tema “Aceh Laboratorium Keuangan Syariah Dunia” yang diselenggarakan Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI), di Asrama Haji Embarkasi Aceh, Banda Aceh, Selasa, 26 Maret 2024.

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb mengatakan bahwa kita yang hidup di era demokrasi saat ini sesungguhnya ditantang untuk mewujudkan Aceh sebagai mercusuar Islam untuk nusantara.  Artinya, bahwa kita harus mampu menjadikan Islam sebagai sebagai jalan keluar dan solusi atas semua persoalan dalam kehidupan kita.

“Kalau boleh saya ingin katakan, kita sedikit kecewa dengan keadaan ini. Sebab, generasi-generasi terbaik Aceh kita masa lalu masa Kesultanan mereka mampu menjadikan Aceh sebagai mercusuar Islam untuk Nusantara. Maka sesungguhnya kita hari ini, generasi yang hidup di era demokrasi ditantang juga untuk mampu mewujudkan Aceh menjadi mercusuar Islam untuk Nusantara seperti yang dilakukan generasi terdahulu,” ujar Tu Sop Jeunieb.

Pernyataan itu disampaikan Tu Sop saat menjadi salah satu narasumber diksusi yang diselenggarakan oleh Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di asrama Haji Banda Aceh beberapa waktu lalu. Diskusi dengan tema “Aceh Laboratorium Keuangan Syariah Dunia” diselenggarakan dalam rangka pelantikan pengurus baru KWPSI dan ikut menghadirkan narasumber dari Bank Aceh Syariah dan Bank Syariah Indonesia. Selain itu juga menghadirkan Prof. Dr. Muhammad Yasir Yusuf, MA, Pakar Ekonomi Syariah dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

“Saya melihat tema diskusi kita hari ini adalah “Aceh laboratorium keuangan syariah”.  Tetapi di atas itu, harus kita pahami bahwa sebenarnya Aceh ini adalah laboratorium Syariat Islam untuk Nusantara. Syariah dalam semua aspek kehidupan, termasuk aspek keuangan syariah, “ujar Tu Sop.

Selanjutnya, kata Tu Sop, terserah kita mengambil keputusan atau kesimpulan masing-masing. Coba renungkan apakah hampir 25 tahun pelaksnaaan syariat Islam di Aceh, apa kita berhasil menjadikan Aceh sebagai sebagai solusi dalam semua aspek kehidupan?

banner 72x960

Jawaban dari pertanyaan ini menurut Tu Sop sangatlah tergantung sampai dimana kita mampu mefungsikan syariat Islam atau menjadkan konsep syariat sebagai solusi di semua aspek kehidupan umat dan masyarakat kita.

“Ini yang menjadi masalah yang penting kita pikirkan saat ini. Oleh karena itu, saya hanya berbicara rumusan yang paling umum saja, bahwa berbicara syariat Islam itu berkorelasi dengan risalah Islam, bahwa berbicara syariat itu berkorelasi dengan Sang Pencipta alam semesta. Bahwa berbicara syariat itu berkorelasi antara dunia dan masa depan akhirat kita. Jadi syariat sangat komprehensif,” terang Tu Sop.

Maka oleh karena itu, tambah Tu Sop, hal yang sangat salah disaat kita berbicara syariah itu berbicara hanya satu sektoral. Sebab, syariah itu lintas sektoral, termasuk ekonomi dan semua aspek kehidupan kita ini tidak akan pernah bisa keluar dari rumusan syariah. Maka,  kata Tu Sop lagi, ini adalah tantangan bagi kita.

Tu Sop mengatakan, kalau di dalam semua aspek kehidupan, rumusan syariahnya itu secara umum ada tiga hal yang paling penting yang perlu didetailkan masing-masing aspek. Aspek pertama rumusan Syariah itu adalah, pastikan keadilan. Dalam istilah agama yaitu “adil”, yaitu pastikan halalnya dan hindari haramnya dan itulah adil. Itulah nilai utama dalam rumusan bersyariah yang paling penting.

Jadi, sambung Tu Sop. pelanggaran atau melangkahi rumusan tersebut (memastikan yang halal dan menghindari yang haram), maka itulah namanya kezaliman.  Tu Sop mengatakan, pada aspek kedua, rumusan Syariah itu adalah pastikan dalam semua aspek kehidupan itu terintegrasi terjadi nilai-nilai kebaikan. Pastikan ada kebaikan disana, baik kebaikan untuk dunia maupun akhirat.  Dalam bidang ekonomi syariah atau perbankan syariah, maka disana kata Tu Sop haruslah banyak kemudahan-kemudahan dan kebaikan-kebaikan dalam konteks layanan kepada publik atau masyarakat.

Sementara aspek yang ketiga, kata Tu Sop, rumusan syariahnya yaitu selalu memiliki orientasi dan visi untuk penyelamatan agama di semua aspek.  Jadi, agama Islam itu harus diselamatkan nilai-nilai dalam semua aspek kehidupan.

“Kalau dalam bidang ekonomi, ya selamatkan agama Islam di dalam aspek ekonomi.  Jangan menginjak-nginjak agama Islam saat kita menghadapi persoalan-persoalan ekonomi.  Artinya, dalam menyelesaikan persoalan ekonomi maka agama harus diselamatkan,” ujar Tu Sop menekankan.

Lalu, yang kedua, sambung Tu Sop lagi, hasil dari kekuatan itu juga harus dipakai untuk keselamatan agama Islam. Itulah hal yang perlu dilakukan dalam menjaga nilai-nilai syariat Islam, karena syariat Islam pertama dia dalam sektor ibadah dia punya aturannya.  Tapi dalam semua aspek kehidupan itu harus bersyariat.

Maka sekarang, hal yang paling penting menurut Tu Sop adalah bagaimana kita membangun sebuah pemahaman dan kesepahaman tentang bagaimana beragama dalam kehidupan itu hal yang paling penting.

Indonesia ini menurut Tu Sop adalah negara beragama, tetapi masalahnya adalah belum tentu semua orang beragama di Indonesia itu tahu cara beragama di dalam kehidupan. Jadi menurut Tu Sop, inilah yang perlu terus kita sosialisasikan secara praktis, yaitu bagaimana rumusan-rumusan hidup yang sejalan dengan nilai-nilai Islam dalam semua aspeknya. Apalagi, kata Tu Sop, untuk Aceh ini kita komit dengan syariat Islam. Jadi, bagaimana caranya sekarang agar semua aspek kehidupan itu kita integrasikan dengan nilai-nilai Islam.

“Maka fungsikan  dunia pendidikan untuk membangun pemahaman itu.  Fungsikan dunia dakwah untuk membangun pemahaman seperti itu. Paling penting dalam konteks hari ini adalah, fungsikan Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) sebagai corong sosialisasi untuk membangun pemikiran dan rumusan bagaimana hidup berdasarkan nilai-nilai Islam dalam semua aspek kehidupan,” ajak Tu Sop.

Kemudian juga, kata Tu Sop, berikutnya bagaimana strategi-strategi untuk melakukan itu juga penting dikaji.  Tidak cuma hanya terpendam dalam  sebuah kecerdasan pemikiran.  Tetapi dia harus terwujud dalam sebuah bentuk pergerakan. Seusai diskusi secara formal dalam forum yang diselenggarakan KWPSI ini, Tu Sop juga berdiskusi secara informal dengan Kordinator KWPSI Dosi Elfian dan sejumlah lainnya. Tu Sop mendukung sepenuhnya eksistensi KWPSI dan berharap agar KWPSI senantiasa bergerak untuk memberikan pencerahan kepada ummat.

Sebagai informasi, KWPSI sebagai komunitas wartawan dari berbagai media dan organisasi pers di Banda Aceh pertama sekali didirikan pada hari Kamis 13 Desember 2012, di Rumoh Aceh, Lingke, Banda Aceh. Deklarasi KWPSI pada saat itu dihadiri oleh puluhan wartawan dari berbagai media cetak dan online, para aktivis, ormas Islam, kalangan santri, ulama dan tokoh Aceh. Dari tokoh pers Aceh saat itu dihadiri oleh H Harun Keuchik Leumik. Sementara dari tokoh ulama saat itu dihadiri oleh Tgk. H. Faisal Ali yang saat ini menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh.

Pada pelantikan pengurus KWPSI di Asrama Haji beberapa waktu lalu, bertindak sebagai yang mengukuhkan kepengurusan KWPSI adalah Ketua Dewan Pembina yaitu H. Sjamsul Qahar yang merupakan wartawan paling senior di Aceh sekaligus pendiri Harian Serambi Indonesia. Sementara itu, dilantik sebagai Ketua KWPSI yaitu Dosi Elfian yang merupakan Jurnalis Kompas TV, Subur Dani sebagai Sekretaris dan puluhan pengurus lainnya.

Sebelum dijabat oleh Dosi Elfian, Koordinator KWPSI pertama sekali dijabat oleh Azhari, S.Sos dari LKBN Antara, selanjutnya dijabat oleh Arif Ramdan dari Harian Serambi Indonesia dan kemudian kembali dijabat Azhari S.Sos melalui mekanisme pemilihan oleh anggota. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *