Impor Seribu Keranjang, Kodam IM Bantu Pengembangan Budi Daya Tiram

waktu baca 3 menit
Prajurit Kodam Iskandar Muda menyusun keranjang untuk pengembangan budi daya tiram di Aceh. (Foto: Dok. Tgk Jamaica)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Kodam Iskandar Muda (IM) membantu satu kontainer berisi seribu keranjang untuk pilot project (metode percontohan) pengembangan tiram di Aceh.

Keranjang ini akan dimanfaatkan untuk menampung dan membesarkan bibit tiram dengan cara diletakkan di dalam air laut, di mana tiram hidup akan menyerap plankton sebagai makanan hingga menjadi besar dan siap untuk dipanen.

“Setelah mendengar presentasi saya terkait budi daya tiram, pak Kasdam IM Brigjen TNI Joko P. Putranto tertarik dan (Kodam IM) membantu dana untuk impor sebanyak 1.000 unit keranjang lengkap dengan pelampungnya dari China,” kata Syardani M. Syarif yang akrab disapa Teungku (Tgk) Jamaica kepada Theacehpost.com, Senin, 31 Mei 2021.

Tgk. Jamaica menjelaskan keranjang-keranjang tersebut direncanakan akan ditempatkan di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Jaya.

“Ini akan kita jadikan sebagai pilot project pengembangan tiram di Aceh dan juga menjadi pusat edukasi budi daya tiram yang lebih modern untuk bisa dilihat dan dicontoh, serta dibantu untuk masyarakat oleh pemerintah terutama gubernur, bupati/wali kota yang mempunyai wilayah pesisir laut di seluruh Aceh,” katanya.

banner 72x960

Pelopor Budidaya Tiram Metode Sederhana (BTMS) di Aceh dengan cara memanfaatkan ban mobil bekas sebagai media untuk menempel spat (bibit) tiram itu juga menjelaskan, petani tiram tradisional biasanya memanen dengan cara merendam dalam air asin dan berlumpur selama berjam-jam untuk mengambil tiram yang menempel di bebatuan dan kayu di dasar waduk/sungai/alur.

Dalam kondisi yang tidak nyaman dan juga penuh risiko, para petani tiram harus berjalan di atas permukaan batu sangat licin sehingga dapat mudah terpeleset hingga terjatuh.

“Walaupun mereka menggunakan sepatu karet dan sarung tangan, namun cangkang tiram yang keras dan tajam itu juga masih dapat membelah dan menembus sepatu karet dan sarung tangan yang mereka gunakan itu, sehingga dapat melukai fisik terkena sayatan cangkang tiram yang sangat tajam,” ungkapnya.

“Nah, saya tidak mengubah profesi mereka sebagai pencari tiram, budi daya tiram metode sederhana ini hanya mengubah cara kerja untuk memudahkan dan meringankan pekerjaan mereka untuk mencari tiram,” sambungnya lagi.

Ia mengatakan, dengan menerapkan metode tersebut, pencari tiram tidak perlu lagi harus turun merendam dalam air asin dan berlumpur untuk mengambil tiram, tapi cukup duduk di atas sampan atau perahu kecil untuk mengangkat collector (ban mobil bekas) yang telah dipenuhi dengan tiram siap dipanen.

Selain itu, kaki dan tangan para petani tiram juga terhindar dari luka akibat terkena sayatan cangkang tiram yang tajam.

“Cara ini mudah ditiru dan dilakukan oleh siapa pun. Jadi, siapa pun gubernur Aceh, bupati/wali kota, tinggal plot anggaran saja, copy and paste program budi daya tiram metode sederhana ini. Selesai masalahnya,” pungkasnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *