Selamat

waktu baca 3 menit
Sulaiman Tripa

Oleh: Sulaiman Tripa

SAYA tidak selalu mengucapkan selamat secara khusus kepada sejumlah teman yang sudah mendapat jabatan. Terutama jabatan basah. Beberapa kali saya lakukan. Terutama mereka yang bertarung dalam posisi yang menentukan nasib banyak orang. Dan untuk mereka yang sangat dekat, saya berusaha ingatkan hal-hal penting dari awal. Mengingatkan mereka untuk berhati-hati.

Saya ingin memberi semangat mereka, setidaknya dalam dua hal. Jabatan sebagai ruang bagi memperbanyak pengabdian. Serta tidak terjebak dalam pilihan-pilihan pragmatis. Bahkan dijauhkan dari perilaku korup. Biasanya kesempatan selalu ada. Mental sangat menentukan dalam menutup atau menggunakan kesempatan itu.

Sebuah jabatan, memang tidak mutlak bisa disebut pengabdian. Abdi itu pelayan. Apakah seorang pejabat sedang berada pada posisi pelayan? Saya kira tidak. Kita menyebut diri pengabdi, sedang pada saat yang sama diguyur habis-habisan dengan berbagai tunjangan. Kendaraan dinas. Bahkan ada yang mendapat fasilitas rumah dinas. Bagaimana logikanya yang demikian diposisikan sebagai pengabdi?

Saya lebih cenderung ingin melihat dalam konsep sederhana. Orang yang sudah dibayar dengan cukup, bekerjalah dengan baik. Bagi saya, itu juga bisa dikategorikan pada posisi melayani. Teman-teman saya yang mendapatkan jabatan, saya ingatkan tentang keseyogianya memberi pelayanan dengan baik.

banner 72x960

Begitulah ketika seeorang mendapatkan jabatan. Sepertinya, sekarang memang eranya mereka yang seusia saya. Bahkan sejumlah jauh lebih muda dari saya. Mendapat posisi penting, yang sering diidentikkan dengan basah. Sayangnya dalam jabatan dan posisi, apa yang disebut basah selalu diukur dengan tempat yang banyak berputar anggaran di sana. Bukan pada fungsi.

Saya ingin mengingatkan para pejabat, bahwa semua posisi itu sama pentingnya. Mereka yang berada di bagian yang mengatur proyek pembangunan, terkesan selama ini yang dianggap lebih penting. Mereka yang bertugas menerima pendapatan, banyak tunjangan dan fasilitas.

Berbeda dengan urusan lain yang seharusnya juga dianggap penting. Tim yang bertugas pada bagian kebersihan. Sering tidak mendapat balasan dengan fasilitas dan tunjangan yang sama dengan mereka yang bagian proyek pembangunan. Padahal kontribusi mereka terhadap pembangunan, justru tidak bisa dianggap kecil.

Kita sering lupa bahwa adipura itu diperoleh banyak jasa dari tenaga kontrak dari mereka yang berpakaian kuning. Dengan gaji entah berapa. Entah cukup atau tidak. Mulai dari pagi buta sudah membersihkan kota. Tapi ketika penghargaan diperoleh, mereka berada di tempat paling pinggir.

Saat kebersihan kesehatan diungkapkan, kita sering melupakan para petugas kebersihan, yang seharusnya memberi kontribusi dalam mengurangi berbagai pemicu penyakit secara signifikan. Tapi marilah kita coba tanyai pada para pekerja, berapa pendapatan mereka yang berkontribusi besar itu.

Hal semacam ini sering saya ingatkan untuk teman-teman saya yang sudah mendapat amanah. Saya berusaha selalu mengingatkan mereka, walau saya tahu persis, sebagiannya akan melupakan begitu saya persis seperti mendengar dari telinga kanan langsung ke luar dari telinga kiri. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar

  1. Ping-balik: Selamat – kupiluho
Sudah ditampilkan semua