Kemendagri Dorong Pemda Prioritaskan Implementasi SPM Bencana

waktu baca 3 menit
Safrizal ZA. (Dok Kemendagri)


Theacehpost.com | JAKARTA –
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menekankan pemerintah daerah (pemda) kabupaten/kota  memprioritaskan implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) sub-urusan bencana.

“Pemda diminta mengalokasikan anggaran pada APBD serta ikut mengawal penerapannya di lapangan sehingga masyarakat di kawasan rawan bencana dapat terlayani sesuai indikator yang ditetapkan,” kata  Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri, Safrizal ZA dalam diskusi Penguatan Implementasi SPM sebagai rangkaian Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BNPB, Selasa, 22 Februari 2022 di Indonesia Convention Center (ICE) BSD City Tangerang.

Safrizal melanjutkan, SPM merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang menjadi urusan wajib daerah, yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Selain itu, lanjutnya, SPM disusun sebagai alat pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menjamin akses serta mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata.

Untuk penyelenggaraan urusan wajib yang terkait dengan pelayanan dasar sub-urusan bencana terdiri tiga jenis layanan, yaitu layanan informasi bencana, pencegahan dan kesiapsiagaan, serta pertolongan dan evakuasi korban bencana.

banner 72x960

Safrizal menjelaskan sebagai negara yang rawan bencana, penerapan SPM sub-urusan bencana sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Alasannya, selaian sebagai bentuk tanggungjawab pemerintah dalam melindungi warga negara, hal itu dapat mendorong penguatan kualitas pelayanan dari aparatur, sekaligus menjadi acuan penilaian kualitas pelayanan pemerintah kabupaten/kota.

“Selain itu, langkah ini sejalan dengan kebijakan reformasi birokrasi dalam mendorong pelayanan publik menjadi lebih profesional,” ujarnya di depan para Kepala Pelaksana BPBD seluruh Indonesia.

Safrizal menekankan bahwa penerapan SPM sub-urusan bencana sendiri memiliki nilai yang sangat strategis bagi pemerintah dan masyarakat.

Bagi pemerintah, implementasi SPM dapat dijadikan tolok ukur dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih efektif, efisien, serta lebih terukur. Sedangkan bagi masyarakat, SPM sub-urusan bencana dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengukur kualitas suatu pelayanan publik yang disediakan pemerintah.

Manfaat lainnya bagi masyarakat, yakni mempunyai jaminan dalam memperoleh pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan minimalnya, khususnya yang tinggal di kawasan rawan bencana. Pemda juga dapat menjamin masyarakat di manapun mereka tinggal, untuk memperoleh jenis dan mutu pelayanan yang minimal.

Dalam hal implementasi SPM sub-urusan bencana, Safrizal mengakui masih terdapat beberapa permasalahan di tingkat pemda.

“Permasalahan utama dalam implementasi SPM sub-urusan bencana masih pada keterbatasan kapasitas SDM, terbatasnya pendanaan, dan sarana prasarana yang masih belum layak,” jelasnya.

Oleh karena itu, sambung Safrizal diperlukan  terobosan khusus untuk mendorong pemda dalam mengimplementasikan SPM sub-urusan bencana, khususnya dengan pendekatan pentahelix, yang melibatkan pendekatan multisektor dan stakeholder,.

Pemerintah dan pemda  tidak boleh mundur dalam menyediakan layanan sub-urusan bencana. Kemendagri dan BNPB terus mendorong dan memastikan pengintegrasian program, kegiatan dan sub-kegiatan  serta anggaran pemenuhan SPM dalam dokumen perencanaan  daerah.

“Pemda wajib membentuk Tim Penerapan SPM melalui penetapan  SK Kepala Daerah, serta menyusun cetak biru dan rencana aksi melalui penetapan peraturan  kepala daerah sebagai strategi penguatan penyelenggaraan SPM suburusan bencana,” pungkas Safrizal. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *