BI: Pertumbuhan Ekonomi Aceh Positif, Pasokan Pangan Tersedia

waktu baca 4 menit
Perwakilan Bank Indonesia Aceh bersama Pemerintah Aceh melaksanakan diskusi perkembangan komoditas pangan dalam kegiatan High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Aceh di Pendopo Gubernur, Selasa, 8 Maret 2022. (Foto: Dok. BI Aceh)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh, Achris Sarwani, mengatakan ekonomi Aceh terus melanjutkan pertumbuhan positif dengan laju inflasi yang menurun.

Pada Triwulan IV 2021, Aceh tumbuh sebesar 7,39% (year on year) didorong oleh konsumsi swasta dan pemerintah.

“Ke depan, Aceh diproyeksikan melanjutkan pertumbuhan yang lebih tinggi pada 2022, didukung oleh peningkatan aktivitas masyarakat seiring turunnya penyebaran Covid-19, serta perbaikan cuaca dan iklim,” ujar Achris saat High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Aceh di Pendopo Gubernur, Selasa, 8 Maret 2022.

Pertemuan tersebut turut dihadiri Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, Dirreskrimsus Polda Aceh, Kombes Pol Sony Sonjaya, serta seluruh TPID dan Satgas Pangan.

High Level Meeting kali ini diselenggarakan dalam rangka memperkuat sinergi antara tim TPID dan Satgas Pangan dalam menjalankan tugasnya.

banner 72x960

Selain itu, juga untuk memperkuat strategi, koordinasi dan sinergi seluruh stakeholders dalam menjaga inflasi di Aceh supaya tetap terkendali dan rendah.

Kepala BI menuturkan, kinerja TPID patut diapresiasi melihat capaian inflasi tahun 2021 lebih rendah dari rata-rata tiga tahun terakhir, yaitu sebesar 2,24% (yoy).

“Meskipun TPID Aceh dan kabupaten/kota telah menjalankan banyak program kerja yang baik dan sejalan dengan pengendalian inflasi, aspek pelaporan masih perlu menjadi perhatian bersama. Semoga TPID dan Satgas Pangan dapat bekerja sama lebih erat, terutama pada pemantauan harga dan kegiatan sidak pasar,” pintanya.

Ketua Satgas Pangan, Kombes Pol Sony Sonjaya menuturkan, Aceh berada di posisi 11 tingkat nasional untuk vaksinasi, dengan dosis pertama 92% dan dosis kedua 52%.

Hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan aktivitas masyarakat seiring dengan meningkatnya tingkat vaksinasi.

Salah satu program prioritas Polri adalah pemulihan ekonomi nasional, melalui program vaksinasi dan pemantauan harga melalui Satgas Pangan.

“Diperlukan langkah serentak, koordinatif, dan integratif bersama para stakeholders untuk pengendalian harga pangan. Apabila terdapat kartel, mafia pangan ataupun penimbunan, Satgas Pangan akan melakukan penelitian dan proses hukum sesuai perundang-undangan yang berlaku,” kata Dirreskrimsus Polda Aceh itu.

Sementara itu, Gubernur Aceh menyampaikan, untuk memperkuat kualitas koordinasi antar instansi dalam menjalankan program kerja TPID harus meningkatkan kerja sama antar daerah, penguatan basis data terintegrasi, operasi pasar dan sidak pasar, pemantauan produksi komoditas utama, pengembangan klaster pangan, serta penguatan koordinasi TPID dengan Satgas Pangan untuk mencegah praktik penimbunan.

“Pesan saya kepada tim TPID agar berkomitmen dan proaktif dalam pengendalian inflasi,” pinta Nova.

Diseminasi kajian neraca pangan

Pada kegiatan tersebut juga dilaksanakan diseminasi kajian neraca pangan oleh Bank Indonesia.

Mohammad Arif Yunus sebagai narasumber menuturkan bahwa komoditas makanan pokok merupakan penyumbang inflasi terbesar, sehingga penting untuk diteliti.

“Dari 11 komoditas strategis yang dikaji, terdapat tiga komoditas yang mengalami defisit di Aceh, yaitu Bawang Merah, Ayam Ras Pedaging, dan Telur Ayam Ras,” ungkapnya.

“Defisit diakibatkan oleh kurang berminatnya petani dalam membudidayakan komoditas tersebut, sehingga tidak dapat bersaing dengan wilayah lain,” kata Arif lagi.

Kajian neraca pangan memberikan rekomendasi untuk membuat pola kemitraan dan kelembagaan pada komoditas tersebut dan mendorong pembiayaan budidaya komoditas oleh perorangan, investor maupun dari perbankan.

Kajian tersebut juga memberikan rekomendasi untuk melakukan sosialisasi ataupun pelatihan, maupun pendampingan kepada pelaku budi daya komoditas unggulan, pengembangan klaster pangan, serta peningkatan peran Bulog sebagai buffer stock komoditas penyumbang inflasi di Aceh.

Diskusi komoditas pangan

Pada kegiatan ini juga turut dilakukan diskusi perkembangan harga komoditas pangan. Diskusi ini dipimpin Achris Sarwani, Kepala Biro Ekonomi Setda Aceh, Amirullah dan Kepala Dinas Pangan, Cut Yusminar.

Berdasarkan hasil pemantauan harga komoditas terkini didapati ada tiga komoditas yang mengalami kenaikan harga pada awal tahun 2022.

Harga cabai merah Rp 54,350/kg, bawang merah Rp 37,850/kg, daging sapi Rp 140,650/kg. Sedangkan, komoditas minyak goreng telah menunjukkan penurunan menjadi Rp 15,850/kg pada awal Maret 2022

“Jadi hasil kesimpulan diskusi HLM TPID, pertama, produksi mau pun pasokan komoditas bahan makanan di Aceh masih tersedia. Kedua, pentingnya pemantauan harga dan stok komoditas bahan makanan menjelang Ramadan 1443 H dan Idulfitri,” katanya.

“Lalu, akan dilaksanakan pasar murah pada akhir Maret 2022 dengan 5 komoditas strategis yaitu Beras, Gula, Minyak Goreng, Tepung, dan Telur  di 94 titik se-Aceh. Terakhir, kita akan menyampaikan surat rekomendasi pengendalian inflasi jangka panjang kepada Gubernur Aceh, untuk selanjutnya menjadi pedoman bagi TPID masing-masing kabupaten/kota,” pungkasnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *