BFLF, Sumbangan Aceh untuk Relawan Tsunami 17 Tahun Silam

waktu baca 3 menit
Program kaki palsu dari lembaga sosial nonprofit, Blood For Life Foundation (BFLF) Indonesia. (Foto: Dok. BFLF Indonesia)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Bencana dahsyat gempa dan tsunami 17 tahun silam mengetuk dunia berbondong-bondong membantu Aceh bangkit dari keterpurukan.

Alhasil, aktivis kemanusiaan bernama Michael Octaviano pada 11 tahun lalu atau 26 Desember 2010 mendirikan Yayasan Blood For Life Foundation (BFLF) Indonesia sebagai balas jasa para relawan tersebut.

Lembaga sosial nonprofit itu bergerak di bidang donor darah, hingga menyediakan rumah singgah bagi pasien penyintas penyakit kanker, thalasemia, jantung dan penyakit kronis tidak menular yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.

Ketua Umum Blood For Life Foundation (BFLF) Indonesia, Michael Octaviano SSTP. (Foto: Dokpri)

Organisasi kemanusiaan yang telah melahirkan puluhan cabang dari Sabang hingga Merauke ini tidak hanya menjadi penyambung antara pendonor dan pasien, namun juga membentuk enam program rumah singgah syariah yang di dalamnya telah menampung ribuan pasien.

“Alhamdulillah tepat tanggal 26 desember 2021 BFLF Indonesia sudah 11 tahun. Allah beri kemudahan untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan pertolongan,” ujar Ketua Umum (Ketum) Blood For Life Foundation (BFLF) Indonesia, Michael Octaviano SSTP kepada Theacehpost.com.

banner 72x960

Michael menuturkan, BFLF hadir dan memfasilitasi warga mulai dari antar jemput pasien gratis dengan ambulans, menyediakan rumah singgah untuk masyarakat yang berobat jalan ke rumah sakit secara gratis, membantu masyarakat yang membutuhkan kaki palsu, dan membantu masyarakat yang kurang mampu.

“Muasal dibentuknya BFLF bermula saat galang darah itu dimulai, ketika seorang tetangga saya di Gampong Lamgugop pada 2010 meninggal dunia, karena tak mendapatkan darah. Saya pikir, galang darah dari masyarakat untuk masyarakat bisa membantu Aceh bangkit,” ucapnya.

BFLF menyediakan ambulans gratis bagi masyarakat Aceh yang membutuhkan. (Foto: Dok. BFLF Indonesia)

Michael juga menceritakan, saat dirinya bekerja sebagai di Bappeda Aceh, hampir seluruh pegawai di tempat kerjanya itu ikut kegiatan kemanusiaan.

“Setelah dua tiga kali kegiatan itu berlangsung, kemudian tercetus ide, mengapa kami tidak membentuk lembaga saja, agar geraknya lebih bebas dan menyeluruh,” kisah Michael.

Saat peringatan tsunami 26 Desember tahun 2010, lahirlah BFLF, lembaga yang murni lahir dari masyarakat dengan cita-cita dari ‘Aceh untuk dunia’.

“BFLF dipilih dalam bahasa inggris, agar bisa go internasional. Kami berharap, ketika tsunami, Aceh banyak dibantu oleh provinsi bahkan negara luar, ke depannya ada sebuah lembaga dari Aceh yang bisa membantu seluruh lembaga di Indonesia dan membantu bencana di seluruh dunia,” harapnya.

Inkubator portabel di Rumah Singgah BFLF Banda Aceh. (Foto: TAP/Eko Deni Saputra).

Baca juga: Kolaborasi UI, USK, BFLF Produksi Inkubator Bayi Gratis, Pertama di Sumatra

Michael berharap, kebaikan ini bisa berdampak luas mengingat dulunya seluruh dunia membantu masyarakat Aceh.

“Sebagai bangsa yang bermartabat kata Michael, kebaikan harus dibalas dengan kebaikan, dan dengan adanya BFLF menjadi wadah bagi Aceh untuk membalas kebaikan,” katanya.

Ia juga berharap pada peringatan 17 tahun tsunami tahun ini, semangat kerelawanan tetap tumbuh di kehidupan masyarakat, saling peduli, sehingga menjadi awal bagi kebangkitan Aceh.

“Dukungan semua pihak tentu dibutuhkan untuk berkolaborasi, tahun selanjutnya di 2022 BFLF akan menjalin kerja sama dengan elemen masyarakat khususnya pemuda, pemerintah dan stakeholder untuk menjalankan program yang dibentuk oleh BFLF mendukung program kemanusiaan pemerintahanm sehingga membutuhkan dukungan berbagai pihak,” pungkasnya. []

Baca juga: Michael Octaviano Raih Penghargaan Ikon Prestasi Pancasila

 

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *