Suka Duka Polwan Aceh Lebaran di Afrika Tengah

waktu baca 3 menit
Briptu Yuni Lestari. (Foto: Dok. Polresta Banda Aceh)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Masih ingat dengan Briptu Yuni Lestari? Polisi Wanita (Polwan) dari Polresta Banda Aceh ini mengaku rindu kepada kedua orang tuanya di tengah menjadi pasukan perdamaian PBB dalam Misi United Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in the Central African Republic (Minusca) di Afrika Tengah.

Pada lebaran tahun ini, Ia tak bisa kembali ke Indonesia karena sedang menjalankan misi perdamaian bersama pasukan PBB lainnya.

Menurut dara cantik kelahiran Palembang ini, Idulfitri tahun ini merupakan lebaran pertamanya dalam penugasan di luar negeri dan jauh dari keluarga.

Oleh karena itu, guna melepas rasa rindu, Yuni hanya bisa berkomunikasi melalui video call dengan kedua orang tuanya di Palembang.

“Rindu ingin pulang ke Indonesia, tapi tak bisa. Karena ini tugas dan pengabdian dengan membawa nama bangsa dan negara,” ujar Yuni, dikutip dari laman Polda Aceh, Senin, 17 Mei 2021.

banner 72x960

Katanya, yang sangat dirindukan saat momen lebaran yakni masakan ibunya.

Setelah itu, juga rasa rindu berjumpa dengan keluarga besar dan para teman-teman yang bertugas di Polresta Banda Aceh.

“Banyak suka duka selama bertugas di Afrika Tengah ini. Sukanya, bisa banyak dapat pengalaman. Kami di sini seperti keluarga besar. Makan bersama dan selalu bersama. Satu sama lain saling mengsupport,” ujarnya.

“Dukanya, jauh dari keluarga dan tak bisa pulang ke Indonesia,” kata Yuni lagi.

Yuni menceritakan, banyak hal berkesan selama sembilan bulan bertugas di Afrika Tengah.

“Satu di antaranya yang mungkin tak terlupakan, saat situasi Afrika Tengah dalam kondisi genting, saat pemilihan presiden dan legislatif, pada Desember 2020 lalu,” ungkapnya.

Kontak senjata

Hari itu, kondisi mencekam. Pasalnya, pemberontak berusaha masuk ke Kota Bagui, ibu kota Afrika Tengah.

Sempat terjadi kontak senjata antara pasukan UN Minusca dengan pemberontak.

“Kami selalu siaga, karena kontak senjata itu tak jauh dari kamp kami. Suara desingan peluru dan letusan granat sangat jelas terdengar dari kamp Garuda,” katanya.

Polwan yang sudah berdinas di Polresta Banda Aceh sejak 2015 ini, mengaku semua pasukan UN Minusca dari Indonesia yang berada di kamp, sudah siap-siap di pos-pos Garuda.

Hal itu bertujuan guna mengantisipasi bila sewaktu-waktu pemberontak menyerang mereka.

“Namun, Alhamdulillah, pasukan pemberontak tak menyerang kamp Garuda, markasnya pasukan perdamaian dari Indonesia,” ujar Polwan yang lancar berbahasa Inggris dan Prancis ini.

‘Diserang’ badai

Meski tak diserang pasukan pemeberontak, lanjut Yuni, namun kamp Garuda sempat ‘diserang’ badai.

Di Afrika Tengah, menurut Yuni kerap hujan dibarengi petir dan angin badai.

Pernah satu hari, saat Yuni mendapat tugas jaga di ‘Pos Elang’, badai datang sampai merusak bangunan.

Satu hal lainnya yang sangat terkesan bagi Yuni adalah kelucuan anak-anak Afrika.

Mereka sering mengerumuni pasukan perdamaian Garuda saat menghampiri mereka ketika membagikan air bersih.

“Mereka rame-rame nyamperin kita, sambil bercanda dan gelak tawa,” kenang Yuni sambil menambahkan, InsyaAllah misi perdamaian ini selesai pada September 2021 mendatang. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *