Hingga November, Kerugian Bencana di Aceh Capai Rp223 Miliar

waktu baca 2 menit
Dok. Peristiwa longsor yang menghambat akses jalan di Kecamatan Ketol, Aceh Tengah pada 25 November 2021. [Foto: BPBD]

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) merilis catatan mengenai angka bencana yang terjadi di Aceh sejak Januari hingga November 2021.

Dalam laporan resminya, Rabu 1 Desember 2021, sedikitnya telah terjadi 619 bencana dalam kurun waktu tersebut. Selama itu pula, korban meninggal dunia sebanyak enam jiwa, satu dinyatakan hilang, 13 luka-luka, hingga 37 ribu kepala keluarga jadi terdampak bencana.

“Total prakiraan kerugian mencapai Rp223 miliar,” ungkap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Ilyas.

Nyaris setahun terakhir, bencana di Aceh masih didominasi peristiwa kebakaran pemukiman dengan jumlah 251 kali dan kerugiannya ditaksir Rp94 miliar. Berikutnya disusul kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sebanyak 131 kali, dengan lahan terdampak seluas 434 hektare.

Bencana terbanyak selanjutnya, masih menurut laporan BPBA, yakni angin puting beliung yang terjadi 80 kali dan merusak 288 rumah warga. Adapun total kerugiannya diperkirakan mencapai Rp11 miliar.

banner 72x960

Untuk bencana banjir dan longsor di Aceh, terjadi lebih dari 100 peristiwa yang berdampak pada terendamnya ribuan rumah, baik disebabkan banjir ROB, banjir bandang hingga longsor. Selain itu, banjir juga mengakibatkan sejumlah jembatan dan tanggul rusak parah serta sawah tergenang, sehingga kerugian diperkirakan nyaris mencapai Rp16 miliar.

Secara khusus, Ilyas juga menyebutkan peristiwa keracunan gas yang berasal dari PT Medco di Banda Alam, Aceh Timur pada Juni 2021 lalu sebagai bencana kegagalan teknologi.

“Sebanyak 531 jiwa dari 112 kepala keluarga terdampak dan sempat terpaksa mengungsi dalam insiden ini,” jelasnya.

Menurut BPBA, seluruh bencana telah berdampak pada puluhan sarana pendidikan, kesehatan, pemerintahan dan sarana ibadah. Bencana di Aceh juga telah merusak infrastruktur jembatan, tanggul dan ratusan meter badan jalan.

Secara intensitas, kata Ilyas, bencana hingga November 2021 ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada periode yang sama (Januari-November) pada tahun 2020 jumlahnya mencapai 752 peristiwa, sedangkan di tahun 2021 menyusut jadi 619 kali kejadian.

Demikian juga untuk kasus kebakaran hutan dan lahan, yang menurutnya juga menurun, dari 204 kejadian di tahun 2020 menjadi 131 kejadian di tahun ini.

“Kami terus berupaya agar BPBA bersama semua unsur, termasuk masyarakat terus berupaya meningkatkan mitigasi bencana agar jumlah kejadian bencana dapat terus turun dari tahun ke tahun,” harapnya.

Upaya pengurangan risiko bencana perlu didorong dengan langkah pemberdayaan masyarakat yang fokus pada aspek partisipatif. Di antaranya dengan melakukan kajian, perencanaan dan pengorganisasian.

“Juga penting aksi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, sebagai satu upaya mewujudkan masyarakat/komunitas yang mampu mengelola lingkungan dan mengurangi risiko bencana, serta meningkatkan kualitas hidup mereka,” tutup Ilyas. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *