Disdik Dayah Aceh Bikin Pelatihan Metode Menulis Kitab Kuning

waktu baca 2 menit
Penyerahan Plakat Ma’had Aly MUDI kepada Kyai Asep. (Foto: Disdik Dayah Aceh)

Theacehpost.com | BIREUEN – Dinas Pendidikan Dayah Aceh menggelar pelatihan metode menulis kitab kuning kepada mahasantri Ma’had Aly MUDI Mesra di Kabupaten Bireuen, Jumat, 13 Mei 2022.

Kegiatan yang berlangsung hingga empat hari mendatang ini diajari menulis melalu Kitab Ta’rif al-Muhaqqiqin bi Mahahij Syurrah wa al-Muhasysyin wa al-Mu’alliqin langsung dengan mushannif-nya, Kyai Asep Jaelani.

Kitab Ta’rif al-Muhaqqiqin bi Mahahij Syurrah wa al-Muhasysyin wa al-Mu’alliqin membahas metode kepenulisan syarh, hasyiah dan ta’liqat.

Sebagaimana judulnya, kitab ini berisi wadhifah (tugas) penulis syarh (penjelasan), hasyiah (uraian) dan ta’liqat (catatan kaki). Secara keseluruhan, ada 60 tugas yang dikupas melalui kitab ini.

Mudir Ma’had Aly MUDI, Aby Zahrul Mubarrak HB, menyampaikan pelatihan ini sangat bermanfaat, agar para mahasantri dapat mengikuti jejak ulama terdahulu dalam mendokumentasikan buah pikiran dalam bentuk karya sehingga dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.

banner 72x960

“Imam Subki pernah berkata dalam satu maqulatnya, ‘seorang alim, meskipun luas bekal ilmunya, dan jelas manfaat, manfaat itu hanya terbatas semasa hidupnya, selama dia tidak mengarang satu kitab yang akan diwariskan kepada orang setelahnya yang dapat diambil manfaat oleh muridnya’, ucap Aby Zahrul.

Aby berharap, produktivitas Kyai Asep dapat menular kepada para dosen dan mahasantri, sehingga lahir kader penulis baru yang akan mewarnai dunia pendidikan Islam.

“Meskipun saat ini telah banyak kitab yang sudah dikarang, tetapi tetap masih diperlukan kitab-kitab baru.” sebutnya.

Naib Mudir Ma’had Aly MUDI, Aba H Helmi Imran menyampaikan pentingnya sebuah metodologi dalam menyelesaikan sebuah naskah ilmiah. Pasalnya, mengaplikasikan sesuatu tanpa metode akan tidak tepat sasaran.

“Setelah mengamati kitab ini, pasti penulisnya adalah seseorang yang sangat profesional di bidangnya. Waktu beliau (Kyai Asep) menyusun kitab ini hanya selama 4 bulan 7 hari, mulai 19 Jumadil Awal hingga 26 Ramadhan 1443 H. Bisa dikatakan umur kitab itu baru 15 hari dan masih sangat ‘perawan,” ungkapnya.

Aba juga menyampaikan, kesempatan ini merupakan momen langka. Pasalnya, para peserta dapat belajar langsung kepada mushannif.

“Belajarlah secara tekun dan berinteraksi secara aktif kepada mushannif-nya,” pinta Aba Helmi.

Kepala Disdik Dayah Aceh, Zahrol Fajri, menyampaikan bahwa tujuan kegiatan pelatihan ini merupakan upaya melestarikan ilmu.

“Inisiatif kegiatan ini perlu diapresiasi. Perlu adanya tawaran yang mudah menimbang masyarakat masa ini dengan membutuhkan sesuatu yang praktis dan mudah,” katanya.

Zahrol berjanji, pihaknya akan terus mengembangkan program ini untuk dapat melakukan praktik nyata dalam keilmuan.

“Kami berharap setelah kedatangan ini, Kyai Asep tidak jenuh untuk sering datang kembali ke Aceh,” kata Zahrol. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *