BRIN: Awal Ramadan NU dan Muhammadiyah Kemungkinan Sama, Idul Fitri Berbeda

waktu baca 3 menit
Foto ilustrasi. (CNN Indonesia).

Theacehpost.com | JAKARTA – Awal Ramadan 1444 H antara Nahdlatul Ulama (NU) dengan Muhammadiyah kemungkinan sama. Namun, berbeda untuk tanggal Hari Raya Idul Fitrinya.

Hal tersebut diungkapkan Peneliti Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin dalam laman resmi BRIN seperti dikutip Theacehpost.com, Jumat 10 Maret 2023.

“Apabila saat Maghrib 22 Maret 2023 di Indonesia posisi bulan sudah memenuhi kriteria baru MABIMS, dengan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat [3-6,4] (wilayah arsir hijau pada gambar atas) dan sudah memenuhi kriteria Wujudul Hilal [WH] (antara arsir putih pada gambar bawah). Jadi seragam versi [3-6,4] dan [WH] bahwa 1 Ramadhan 1444 pada 23 Maret 2023,” ucapnya.

Thomas menjelaskan kesamaan dan perbedaan itu berdasarkan Kriteria Wujudul Hilal yang digunakan Muhammadiyah. Kemudian, Imkan Rukyat (visibilitas hilal) yang digunakan NU dan beberapa ormas lain.

“Penentuan awal bulan memerlukan kriteria agar bisa disepakati bersama. Rukyat memerlukan verifikasi kriteria untuk menghindari kemungkinan rukyat keliru,” ujar Thomas.

banner 72x960

Hisab, lanjut Thomas, tidak bisa menentukan masuknya awal bulan tanpa adanya kriteria. Sehingga kriteria menjadi dasar pembuatan kalender berbasis hisab yang dapat digunakan dalam prakiraan rukyat.

Adapun kriteria hilal yang diadopsi adalah kriteria berdasarkan pada dalil atau hukum agama tentang awal bulan dan hasil kajian astronomis yang sahih. Kriteria itu harus mengupayakan titik temu pengamal rukyat dan pengamal hisab, untuk menjadi kesepakatan bersama termasuk Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Sedangkan potensi perbedaan Idul Fitri 1444 dijelaskan Thomas, karena pada saat Maghrib 20 April 2023, ada potensi di Indonesia posisi bulan belum memenuhi kriteria baru MABIMS, yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat [3-6,4] (wilayah arsir hijau pada gambar atas).

Namun, sudah memenuhi kriteria wujudul hilal [WH] yang ditunjukkan pada antara arsir putih dan arsip merah pada gambar bawah. Jadi ada potensi perbedaan: Versi [3-6,4] 1 Syawal 1444 pada 22 April 2023, tetapi versi [WH] 1 Syawal 1444 pada 21 April 2023.

Thoman menambahkan, penyebab utama terjadinya perbedaan penentuan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha yang terus berulang karena belum disepakatinya kriteria awal bulan hijriyah.

Adapun prasyarat utama untuk terwujudnya unifikasi kalender hijriyah, harus ada otoritas tunggal. Otoritas tunggal akan menentukan kriteria dan batas tanggalnya yang dapat diikuti bersama.

Sementara kondisi sekarang otoritas tunggal mungkin bisa diwujudkan dulu di tingkat nasional atau regional. Kata Thomas, penentuan ini mengacu pada batas wilayah sebagai satu wilayah hukum (wilayatul hukmi) sesuai batas kedaulatan negara. Kemudian, kriterianya diupayakan untuk disepakati bersama.

Dalam penentuan 1 Ramadan 1444 H sendiri, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) baru akan menggelar sidang isbat pada Rabu 22 Maret 2023.

Sedangkan Muhammadiyah sudah menentukan 1 Ramadan 1444 H jatuh pada Kamis 23 Maret 2023 dan 1 Syawal 1444 H atau Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Jumat 21 April 2023. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *