Akmal Ibrahim: Penghasilan Profesor Kalah dengan Petani Jengkol  

waktu baca 3 menit
Bupati Aceh barat Daya, Akmal Ibrahim. (Foto: Dokpri)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Diskusi bertema kemiskinan di WhatsApp Grup (WAG) FGD Tokoh Aceh-Nasional, Minggu, 28 Februari 2021 dan dikutip sebagai laporan khusus Theacehpost.com mendapat tanggapan berbagai kalangan.

Salah satu bagian diskusi yang menyedot perhatian adalah ketika Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Akmal Ibrahim mengapresiasi jalan pikiran Prof. Dr. Darni M. Daud, MA, mantan rektor Universitas Syiah Kuala (USK).

Untuk menyegarkan kembali ingatan kita, berikut dikutip kembali beberapa bagian tanggapan Akmal Ibrahim:

 “Infrastruktur memang harus di depan. Kebijakan provinsi soal ini sudah cukup bagus seperti jalan multi yeras itu. Daya dongkraknya itu luar biasa.

Sektor pertanian dan lain-lain yang saya sebut memang butuh dukungan infrastruktur. Cuma porsi sektor kerakyatan itu porsinya yang masih kurang. Kapan rakyat kita berubah.

banner 72x960

Lihat saja perbandingannya. Amerika Serikat itu negara industri maju, APBN-nya untuk sektor pertanian 20 persen. Korea Selatan 18 persen.

Nah, Indonesia negara agraris, termasuk Aceh, porsi anggarannya di bawah 10 persen. Ini jahat sama rakyat.

Semua daerah yang berbasis pertanian (lihatlah), angka kemiskinan terus turun secara konsisten. Grafiknya nggak naik turun, meski di masa pandemi, turunnya nggak signifikan.

Sementara daerah industri, jasa, dan parawisata, semua tambah miskin.

Usaha pertanian itu tak ada untung di bawah 100 persen. Semua di atas 100 persen, saya bisa presentasi untuk semua komoditi itu.

Lebih manis lagi, lebih merata, dalam arti kesenjangan tak begitu dalam.

Sebagai perbandingan, penghasilan resmi Abang sebagai profesor puluhan tahun, masih di bawah penghasilan petani jengkol seluas 1 hektare saja, dengan usia tanaman 10 tahun ke atas.

Mohon maaf Bang, itu hanya perbandingan saja.”

Dukung bidang yang membumi

Sebelum Akmal mengungkapkan bahwa penghasilan profesor kalah dengan petani jengkol, terlebih dahulu Profesor Darni memaparkan jalan pikiran yang ‘berpihak’ pada konsep yang dijalankan Akmal.

Begini disampaikan Darni:

“Saya termasuk yang percaya bahwa bidang-bidang yang membumi dengan kebutuhan rakyat itulah yang dapat mengentaskan kemiskinan.

Sejatinya, kalau ini yan dilakukan, Aceh tidak menjadi provinsi termiskin di Sumatera. Tapi, mengapa umumnya pemprov/pemkab masih terus tertarik dengan proyek-proyek infrastruktur? Jawabannya kita sudah tahu, dan jawabannya ada di hati nurani pimpinan daerah dan good will dari pemerintah pusat.

Sekarang ada trend hal-hal yang sebelumnya dibangun masyarakat sudah cenderung didominasi pemprov/pemkab juga. Yang terjadi sekarang rakyat semakin lemah dan miskin. Survei dan pemetaan sudah banyak dilakukan, tapi sekarang berpulang kepada good will dan action yang diberi amanah untuk itu.”

Sebelumnya, ketika bincang-bincang dengan Theacehpost.com di Pendopo Bupati Abdya, Akmal juga sempat mengungkapkan bahwa dia juga pernah diskusi mengenai daya ungkit ekonomi dengan Guru Besar UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Syamsul Rijal, M.Ag.

“Saya bilang sama Bang Syamsul (Prof. Syamsul Rijal), nggak usah tanding-tanding gaji, saya bisa pastikan gaji abang sebagai profesor kalah dengan penghasilan petani jengkol saya,” begitu kata Akmal mengutip pertemuannya dengan Profesor Syamsul Rijal. (Redaksi)

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *