Tanggapi Isu Pergantian Kadisdik Aceh, Ini Saran LP2A

waktu baca 3 menit
Samsuardi


Theacehpost.com | BANDA ACEH – Isu pergantian Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Aceh makin santer bahkan ada yang sudah menyebut- nyebut beberapa nama kandidat pengganti Alhudri.

Menanggapi desas-desus tersebut, Ketua Lembaga Pemantau Pendidikan Aceh (LP2A), Dr Samsuardi meminta Pj Gubernur Aceh agar lebih selektif dalam menempatkan pejabat disdik yang akan datang.

“Penempatan pejabat yang tidak sesuai kapasitas keahlian dan integritas malah akan menambah buruk mutu pendidikan Aceh,” tandas pernyataan pers LP2A.

Ketua LP2A mengingatkan, Kadisdik Aceh yang akan datang bukan spesialis ngurusi proyek pendidikan tapi harus pakar ngurusi mutu pendidikan.

“Sosok Kadisdik Aceh adalah yang bisa bekerja senyap, tidak sibuk pencitraan tapi fokus menciptakan terobosan untuk memperbaiki mutu pendidikan,” tulis Samsuardi yang akrab dipanggil Dr. Sam.

banner 72x960

Dr. Sam menambahkan, Kadisdik Aceh harus paham kompleksitas isu strategis pendidikan dan memiliki leadership serta integritas yang bagus dalam menuntaskan perkara pendidikan Aceh.

Menurut LP2A, sosok Kadisdik Aceh yang sesuai kondisi hari ini adalah yang bisa bekerja dengan limit waktu terbatas mengingat tugas Pj Gubernur Aceh hanya dua tahun.

“Dibutuhkan sosok yang paham betul skala prioritas pendidikan, mampu menerjemahkan skala keinginan Pj Gubenur Aceh untuk fokus pada mengembangkan pendidikan SMK. Makanya orang yang ditempatkan bukan tahap belajar tetapi sudah siap pakai,” kata Ketua LP2A.

Mencermati data LAKIP Disdik Aceh, sepanjang pengucuran Otsus Aceh, anggaran terbesar yang dikelola Disdik  Aceh adalah tahun 2021 mencapai Rp 3,559 triliun. Angka itu setara dengan total APBD Bengkulu sebesar Rp 3,5 triliun.

Ironisnya, lanjut Dr. Sam, mengacu pada laporan hasil Ujian Tes Berbasis Komputer-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK–SBMPTN) Tahun 2021 memperlihatkan mutu pendidikan Provinsi Bengkulu jauh lebih baik dibanding Aceh dengan capaian nilai rata-rata kelulusan siswa di peringkat 13 secara nasional (TKA Saintek 490.10 skor). Sedangkan Aceh di peringkat 27 dari 34 provinsi (TKA Saintek 478.51 skor).

Kemudian, pada 2022, anggaran Disdik Aceh mencapai Rp 2.976 triliun namun prioritas anggaran ke proyek fisik gedung, rumah dinas, ruang kelas, ruang laboratorium, ruang UKS, pagar, kantin, dan lain sebagainya.

“Jadi, sangat wajar jika tidak ada satupun SMA dan SMKN di Aceh yang masuk Top 100 terbaik nasional,” tulis Samsuardi dalam pernyataannya.

Diakui oleh LP2A, ada empat sekolah yang berstatus “terbaik” tetapi itu pun masuk Top 1000 terbaik nasional, yaitu SMAN Modal Bangsa peringkat 157 dengan nilai UTBK 565,451 dan SMAN Fajar Harapan peringkat 434 dengan nilai UTBK 536,130.

Sedangkan dua sekolah lain, jika ditelisik secara lebih jauh merupakan sekolah binaan Kemenag, yaitu MAN Insan Cendekia Aceh Timur posisi 378 dengan skor UTBK 540,132 dan SMA Lab School binaan Unsyiah di peringkat 933 dengan skor UTBK 515,138.

“Inilah kondisi ril yang dihadapi dunia pendidikan Aceh di tengah melimpahnya anggaran. Karenanya kalau memang isu pergantian Kadisdik Aceh itu benar, maka kami sarankan Pj Gubernur Aceh selektif dalam menentukan sosok pengganti agar wajah pendidikan di provinsi ini tidak terus menerus buram,” tutup Dr. Sam, lulusan S3 UIN Ar Raniry Banda Aceh. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *