Pentingnya Membumikan Tradisi Pendidikan Dayah di Kampus

waktu baca 2 menit
Ketua HMP PAI, Agam Muhammad Rizki (kiri), Ustazah Rahmatillah Rasyidin dari MPU Aceh (kedua kiri), Guru Besar UIN Ar-Raniry, Prof Syamsul Rijal, dan Komisioner KPI Aceh, Teuku Zulkhairi (kanan). (Foto: Kiriman warga untuk Theacehpost.com)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Nilai-nilai yang ada dalam tradisi pendidikan dayah dianggap penting untuk dibumikan di perguruan tinggi Islam.

Pembahasan ini dikemukakan dalam talk show Pendidikan Islam yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, Rabu 7 Oktober 2021.

Acara yang dimoderatori Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh, Dr Teuku Zulkhairi ini menghadirkan dua orang pembicara utama yaitu Guru Besar UIN Ar-Raniry, Prof Dr Syamsul Rijal MAg dan Ustazah Rahmatillah Rasyidin MAg dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh.

“Tradisi pendidikan dayah yang dimaksudkan di sini adalah kebiasaan dan adat istiadat yang bernuansa Islam seperti kebiasaan melakukan salat berjamaah, tadarus Alquran, takzim terhadap guru, menghargai waktu untuk beribadah, dan menghormati sesama kolega yang selama ini telah mengakar kuat dalam tradisi pendidikan dayah,” ujar Rahmatillah.

Sementara itu, Prof Syamsul Rijal mengatakan bahwa dayah dan kampus itu ibarat dua sisi mata uang yg tidak bisa dipisahkan.

banner 72x960

“Bahkan sejak dari dulu UIN ketika masih dalam status IAIN itu saling bergandengan baik dengan Universitas Syiah Kuala maupun atau dengan dayah-dayah,” katanya.

Menurut guru besar filsafat Islam itu, dayah dan kampus sama-sama penting menjaga agar tidak eksklusif. Artinya, bahwa nilai-nilai kelebihan yang ada di dayah itu bisa diintegrasikan ke kampus dan bahwa apa yang lebih di kampus itu bisa dibawa ke dayah untuk saling melengkapi.

Prof Syamsul juga menyampaikan, bahwa berbicara tentang akhlak yang harus ditanamkan dalam tradisi pendidikan Islam di perguruan tinggi harus memiliki soft skill dan hard skill.

Soft skill-nya yaitu ilmu pengetahuan. Sedangkan hard skill-nya adalah kelakuan kita sehari-hari. Apakah seusuai dengan ilmu atau tidak. Sebagaimana dalam ayat Alquran bahwa shalat dapat mencegah dari kemungkaran, itu adalah soft skill. Sedangkan hard skill-nya adalah lakukan shalat dengan benar dan khusyuk,” ujar alumni Dayah Mudi Mesra Samalanga ini.

Sementara itu, Ketua HMP PAI, Agam Muhammad Rizki menyampaikan bahwa dengan penyelenggaraan talk show kali ini diharapkan agar para mahasiswa dapat mendengar dengan baik meteri dan poin-poin yang disampaikan pemateri.

“Semoga setelah keluar dari ruangan, para mahasiswa dapat memperoleh ilmu dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *