Pengamat Ekonomi: Bukan Harga BBM yang Mahal, tapi Daya Beli Masyarakat Lemah

waktu baca 2 menit
Pengamat Ekonomi, Mukhlis menjadi narasumber dalam Dialog Luar Studio yang diselenggarakan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI Banda Aceh di D’Energy Cafe, Aceh Besar, Kamis, 10 Februari 2022. (Foto: Humas Pertamina Patra Niaga)

Theacehpost.com | ACEH BESAR – Pengamat ekonomi, Mukhlis Yunus menilai bukan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mahal, tetapi daya beli masyarakat yang masih lemah.

Hal ini diungkapkan Mukhlis saat menjadi narasumber dalam Dialog Luar Studio yang diselenggarakan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI Banda Aceh di D’Energy Cafe, Aceh Besar, Kamis, 10 Februari 2022.

“Bukan harga BBM yang mahal, tetapi daya beli masyarakat yang masih lemah. Dibandingkan dengan beberapa negara lain, harga BBM yang paling murah justru di Indonesia,” ucap Mukhlis.

Tak hanya membahas tentang harga BBM, dialog ini juga membahas tentang kebijakan pemerintah terkait Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 117 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.

“Kami sebagai pengamat melihat bahwa setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah tentu punya dua sisi, sisi positif dan negatif. Pemerintah mendukung energi bersih dan ramah lingkungan, sementara daya beli masyarakat terhadap BBM tersebut masih lemah,” tambahnya.

banner 72x960

Mukhlis mengatakan, BBM subsidi sangat dibutuhkan masyarakat karena dapat menunjang ekonomi.

Menurutnya, pemerintah perlu meningkatkan pengawasan dan pendistribusian energi agar BBM subsidi tepat sasaran kepada masyarakat yang berhak menerima.

“Pemerintah berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan dalam pemanfaatan energi. Kita optimis bahwa energi untuk rakyat tetap ada,” ucapnya.

Turut hadir sebagai narasumber lainnya, yaitu Kepala Bidang Minyak dan Gas Bumi ESDM Aceh, Dian Budi Dharma dan Section Head Communication & Relation Sumbagut PT Pertamina Patra Niaga, Agustiawan.

“Di Aceh, kita memiliki ketahanan energi untuk sembilan hari. Upaya agar BBM tidak langka, kita harus meningkatkan infrastruktur migas,” kata Dian.

Dia meminta kepada Pertamina dan Pertamina Patra Niaga selaku Pelaksana Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian Jenis BBM Tertentu (JBT) dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) agar dapat melaksanakan distribusi BBM secara bertanggung jawab dan tepat sasaran.

Sementara itu, Section Head Communication & Relation Sumbagut PT Pertamina Patra Niaga, Agustiawan mengatakan, pihaknya mengapresiasi RRI yang telah menggagas diskusi bertema “Energi Untuk Rakyat Masih Adakah ?”.

“Kita apresiasi RRI yang menggagas diskusi ini, kita perlu memberikan edukasi yang lebih sering kepada masyarakat supaya tidak terjadi panic buying dan tidak melakukan penimbunan BBM,” ucapnya.

Diakuinya, Pertamina Patra Niaga tetap berkomitmen dan siap menyalurkan distribusi energi kepada masyarakat.

“InsyaAllah Pertamina siap untuk tetap menjalankan amanah ini sebagai BUMN yang menerima penugasan dan tentu dengan semua dukungan pemerintah dan masyarakat,” ucap Agustiawan. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *