Menyulap Maggot dari Limbah Organik Menjijikan Menjadi Uang

waktu baca 3 menit
(Foto: Istimewa)

Theacehpost.com | JAMBI – Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI) dengan dukungan pendanaan dari Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI melakukan skema kerja sama dengan Magister Ilmu Lingkungan dan Universitas Jambi di  Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, sejak  April 2020.

Aksi berupa Pengabdian Masyarakat (Pengmas) ini bertema ‘Peningkatan Nilai Ekonomis Limbah Organik Dengan Budidaya Maggot (Lalat BSF).

“Proses pemberdayaan melalui komunikasi dengan masyarakat terus berlangsung. Masyarakat Kecamatan Tebing Tinggi antusias, dan keinginan untuk keberhasilan Maggot yang dikelola berhasil sangat tinggi,” ujar pengusul Pengmas dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Dr Dwini Handayani, dalam keterangan tertulis, Minggu, 27 Desember 2020.

Nama Maggot mendadak populer di kalangan pembudidaya ikan di Indonesia, karena Pemerintah Indonesia sejak awal 2020 sudah menyebutkan akan menjadikan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) itu sebagai bahan baku alternatif untuk pembuatan pakan ikan.

 “Sambutan warga di Desa Purwodadi, luar biasa, meski ide Maggot sudah dilakukan sebelum 2020, namun masyarakat Puwodadi menginginkan pengmas tersebut kembali ke desa untuk membahas  teknologi pengelolaan Magot,” kata Dr Dwini.

banner 72x960

Pengmas ini diikuti oleh 30 orang masyarakat pembudidaya maggot yang sangat antusias, dan dihadiri oleh Kepala Desa, Jayus serta Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Jambi, Dr Ir Rosyani MSi.

Pengmas tersebut membahas beberapa poin penting, di antaranya, pertama meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang pengertian, jenis, pemilahan, dan cara pengolahan sampah agar dapat berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan.

Pelatihan lapangan melalui pendampingan pembuatan biopori melalui pemanfaatan limbah air lindi sisa pengeringan sampah organik. Pemanfaatan sampah yang berbau dan menjijikan untuk mempunyai nilai dan berharga

Kedua, sosisalisasi peran, peraturan, dan kebijakan pemerintah tentang pengelolaan limbah organik untuk mendukung kebijakan strategis dengan melibatkan masyarakat lokal.

Ketiga memberikan pengetahuan terkait teknologi ramah lingkungan untuk mengelola limbah organik dengan menggunakan proses yang murah dan mudah.

Keempat, pembinaan implementasi, pendampingan, dan pelatihan teknologi biokonversi kepada masyarakat lokal, dan yang kelima memberikan pengarahan kepada masyarakat dalam memasarkan hasil olahan limbah organik menggunakan teknologi biokonversi untuk meningkatkan perekonomian. Maggot yang dihasilkan oleh peternak ikan dapat langsung dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Salah satu nara sumber, Dr Sigit Indrawijaya mengatakan bahwa memberikan pemberdayaan dan pengembangan usaha limbah organik budidaya Maggot ( Lalat BSF) dapat dilakukan oleh petani dengan baik, mengingat petani telah banyak memiliki spot-spot lokasi yang telah mengembangkan limbah organik budidaya maggot.

“Ada tiga hal yang dibahas yaitu potensi pasar maggot, pemasaran Maggot dan strategi pengembangan usaha maggot. Maggot BSF dapat membantu penguraian secara alami, pakan ternak yang berprotein tinggi dan memiliki potensi pasar bernilai ekonomi tinggi karena pengembangannya masih rendah. Maka diperlukan upaya intensif dalam budidaya maggot,” ujat Sigit.

Pemasaran maggot skala rumah tangga maupun skala usaha menengah apalagi besar, sangat mudah karena bisnis ini membutuhkan pakan yang murah. dan hampir setiap peternak ikan dan unggas memerlukan maggot termasuk pasar burung. Sebagian peternak ikan dan unggas mengeluh biaya pakan yang sangat tinggi hingga 70-80 persen. Maka maggot menjadi peluang bisnis yang berpeluang maju.

Selaraskan strategi pemasaran dan rencana pemasaran, dengan melakukan hal- hal seperti pahami produk anda, kenali spesifikasi target pasar, susun rencana pemasaran, dan lakukan riset pasar.

Petani pedesaan sudah saatnya untuk memahami managemen pasar bagi produk- produk yang mereka hasilkan, agar petani tidak terjebak dengan keuntungan margin yang besar oleh pedagang pengumpul.

“Koordinasi yang baik antara Dinas Perkebunan Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Perindag dibantu oleh tim pengmas ini dapat menyelaraskan keinginan masyarakat pengelola Magot. Apalagi, kenyataannya di lokasi banyak  kolam ikan yang dapat dijadikan sebagai lokasi pasar bagi maggot,” kata Sigit. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *