Ibu Kota Nusantara: Magnet Baru Kalimantan Timur

waktu baca 3 menit
Denni Taufiqurrahman. (Dok.Pri).

IKN dibangun untuk mencapai target Indonesia sebagai negara maju, sesuai Visi Indonesia 2045 yang mengubah orientasi pembangunan menjadi Indonesia-sentris, serta mempercepat transformasi ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik.

Oleh:* Denni Taufiqurrahman

Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi magnet baru bagi Kalimantan Timur. Sebagai permulaan, Titik Nol Nusantara adalah titik tengahnya Nusantara. Artinya, jika ditarik garis lintang dari Utara ke Selatan dan dari Timur ke Barat, maka titik tengahnya di sini, tepatnya di Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Secara geografis, IKN meliputi wilayah daratan seluas hampir 4x Jakarta, yaitu kurang lebih 256.142 ha (dua ratus lima puluh enam ribu seratus empat puluh dua hektare) dan wilayah perairan laut seluas kurang lebih 68.189 ha (enam puluh delapan ribu seratus delapan puluh sembilan hektare).

Negara Maju

Sebagaimana kita ketahui, IKN dibangun untuk mencapai target Indonesia sebagai negara maju, sesuai Visi Indonesia 2045 yang mengubah orientasi pembangunan menjadi Indonesia-sentris, serta mempercepat transformasi ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik.

banner 72x960

Letak Ibu Kota Negara baru yang strategis ini menjadikan koneksi antar wilayah di sekitar IKN menjadi pilot project pembangunan Indonesia yang berkemajuan.

Dalam hal ini, Kota Samarinda nantinya sebagai ‘jantung’ yang berperan sebagai pusat sejarah Kalimantan Timur dengan sektor energi terbarukan. Sementara, Balikpapan akan menjadi ‘otot’, yang berfungsi sebagai simpul hilir migas dan logistik untuk Kalimantan Timur.

Dan tentunya Kalimantan Timur berperan sebagai ‘paru-paru’ dengan memperkuat pertanian hulu dan pusat wisata alam.

Pusat Kebudayaan dan Peradaban Bangsa

IKN harus didesain sedemikian rupa sebagai pusat kebudayaan dan peradaban bangsa yang mencerminkan kebhinekaan Indonesia, sehingga IKN mampu memperkuat identitas nasional dan persatuan bangsa. Dengan kata lain, IKN harus dibangun berlandaskan nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di Nusantara dengan memperhatikan aspek lingkungan, sejarah, budaya dan kearifan lokal.

Apalagi kalau kita teliti lebih mendalam, struktur masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur cukup heterogen dan beragam karena pembauran yang terjadi antara penduduk asli dan penduduk pendatang.

Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2020, jumlah penduduk Kalimantan Timur sebanyak 3,77 juta jiwa. Penduduk Kalimantan Timur justru didominasi penduduk pendatang atau sekitar 83 persen, dengan mayoritas bersuku Jawa, Bugis dan Banjar. Sementara itu, jumlah penduduk asli hanya sekitar 17 persen, bersuku Kutai, Paser, dan Dayak.

Namun demikian, penduduk pendatang yang ada di Kalimantan Timur merupakan penduduk yang sudah sejak lama pindah dan menetap di Kalimantan Timur, bahkan tidak sedikit yang lahir dan tumbuh besar di Kalimantan Timur. Tingginya jumlah penduduk pendatang di Kalimantan Timur tersebut, utamanya disebabkan program transmigrasi.

Sehubungan dengan itu, akulturasi budaya tentunya telah berlangsung di Kalimantan Timur melalui berbagai proses budaya, interaksi sosial, dan migrasi penduduk yang membentuk keberagaman suku bangsa dan budaya.

Proses ini sejak lama telah membentuk mindset dan sikap inklusif bagi masyarakat Kalimantan Timur tanpa adanya persinggungan dan konflik antar satu sama lain, sehingga masyarakat Kalimantan Timur mampu merespons dan menerima budaya dari luar, serta hidup berdampingan dengan suku lain.

Akhirnya, mari kita menyambut kehadiran IKN sebagai magnet baru bagi Kalimantan Timur sekaligus Ibu Kota baru Indonesia yang sejatinya kita harapkan bisa menjadikan Indonesia sebagai negara maju dalam percaturan dunia di masa hadapan.

*Denni Taufiqurrahman adalah Ketua Bidang Riset dan Kajian Strategis PDPM Aceh Selatan.

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *