Honor

waktu baca 3 menit
Sulaiman Tripa

Oleh: Sulaiman Tripa

SAYA hidup pada era antara, pernah merasakan proses-proses manual, kemudian lahir teknologi yang berkembang demikian pesat. Saat telepon genggam mulai digunakan, saya pernah memiliki dari awal. Telepon dengan keunggulan bisa mengirim pesan singkat. Pada waktu itu, pihak yang menerima pesan pun, akan ditagih bayaran. Termasuk menerima panggilan, juga akan menerima tagihan ini.

Lambat laun, teknologi komunikasi tidak terbendung. Malah telepon genggam yang terkenal dengan ungkapan conection people, kini tertinggal entah dimana. Banyak produk lain bermunculan, dengan harga yang terjangkau. Alat komunikasi bisa tersedia dengan sekali makan kaum menengah. Pun yang harganya berlipat-lipat, yang kalau kehilangan akan merasa rugi begitu rupa.

Berbagai teknologi berkembang sedemikian rupa. Kondisi ini juga turut berpengaruh terhadap perilaku dan perlakuan. Salah satu contoh, bagaimana tata kerja dan proses pembayaran. Saat orang berurusan dengan bank, dengan cara-cara konvensional. Sekarang dengan modal jaringan, orang bisa mengakses simpanannya dari mana saja. Bahkan saat sedang di kamar pribadi, berbagai hal memungkinkan dilakukan. Hal yang mustahil dilakukan pada dua-tiga dekade sebelumnya.

Orang juga terus berbenah. Dulu gaji setiap bulan diberikan secara langsung. Bahkan saat menerima gaji, jumlah yang kita terima pun dihitung di depan kita. Orang-orang akan menerima dalam jumlah yang bisa saja tidak sama persis sebagaimana tertera dalam jumlah, disebabkan tidak ada pecahan yang sama persis seperti jumlah yang tercatat.

banner 72x960

Hal ini lalu berganti ketika usaha untuk menguatkan mentalitas dilakukan. Gaji sudah diberikan dalam amplop tertutup. Penerima gaji hanya datang dan meneken lembar terima, lalu menerima sebuah amplop.

Akhir-akhir ini, gaji tidak kita terima melalui perantara. Mesin sudah menggantinya. Setiap awal bulan, punya pesan masuk di telepon pintar sebagai tanda ada sejumlah rupiah yang masuk ke rekening. Kontak dengan orang semakin sedikit, terutama yang berurusan dengan hal semacam ini.

Saya merasakan ada beban saat berhadapan dengan suasana ini. Termasuk salah satu beban yang tidak terkira adalah saat menjemput honor. Banyak kegiatan yang tersedia anggaran. Sebagai pembicara seminar atau menjadi penulis di sejumlah tempat. Walau jumlahnya tidak selalu besar.

Tidak semua panitia berbaik hati untuk mengantar honor tersebut, atau menggunakan jalur termudah, yakni melalui proses transfer. Padahal teknologi telah menyediakan jalan yang memudahkan, tapi bisa jadi ada alasan tertentu, harus diberikan cash dan secara langsung.

Tidak semua orang pula memahami ada proses tertentu terkait anggaran. Sebuah kegiatan harus diberi laporan dulu, baru bisa cair. Terbayangkah bagaimana menyiapkan berbagai hal dan bukti dana keluar, padahal dana sendiri belum diamprah?

Bukan berarti saat menyerahkan langsung juga tidak ada beban. Khususnya saat berhadapan dengan pengantar. Apalagi pengantar itu kadang-kadang nyelutuk tertentu. Misalnya, ternyata jauh juga rumahnya; basah kuyub deh, hujan. Atau ungkapan lain. Pada saat semacam itu, saya bisa merasakan perbedaan manusia dengan mesin. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar

  1. Ping-balik: Honor – kupiluho
Sudah ditampilkan semua