Dukung Dekarbonisasi, PT PIM Segera Kembangkan Blue Ammonia

waktu baca 3 menit
PT PIM bersama rombongan mitra berfoto bersama saat mengunjungi area Iskandara Muda Industrial Area (IMIA) sebagai cikal bakal lokasi pembangunan pabrik Blue Ammonia. (Humas PT PIM)

Theacehpsat.com | ACEH UTARA – PT Pupuk Iskandara Muda (PIM) mendandatangani Nota Kesepahaman dengan dua Perusahaan Jepang yaitu Mitsui & Co serta Toyo Engineering Corp dan Green dan Blue Ammonia untuk mengembangkan blue ammonia dalam rangka mendukung program dekarbonisasi.

Blue ammonia merupakan ammonia yang diproses melalui tahapan Carbon Capture Storage (CCS) pada saat produksi H2, sehingga lebih ramah lingkungan.

Tim dari Mitsui & Co dan Toyo Engineering Corp, serta didampingi tim dari Pupuk Indonesia telah meninjau lokasi pabrik ammonia eksisting untuk melihat langsung area Iskandar Muda Industrial Area (IMIA) sebagai cikal bakal lokasi pembangunan blue ammonia.

Hadir dalam kunjungan tersebut Direktur Operasi & Produksi PT PIM, Jaka Kirwanto, Senior Vice President dan Vice President PIM, Direktur dan General Manager Basic Chemical Mitsui C,  Project Manager Studi Implementasi Green Ammonia Toyo Enggineering Shigeya Kawada, dan Pengembangan Korporat Pupuk Indonesia Erlangga Rismantojo dan Traino Joko.

Direktur Operasi & Produksi PT PIM, Jaka Kirwanto, menuturkan, Pupuk Indonesia dan PIM telah mempunyai roadmap program dekarbonisasi melalui pemanfaatan sumber energi bersih yang berasal dari energi terbarukan untuk pabrik-pabrik pupuk di masa mendatang.

banner 72x960

“Salah satu rencana PIM ke depan adalah mengembangkan green ammonia dan diawali dengan kajian bersama dengan Toyo Engineering Corp dan Pupuk Indonesia. Hal ini menjadi tahap awal untuk energi ramah lingkungan di masa depan,” terangnya, Aceh Utara, Senin, 19 September 2022.

PIM juga merencanakan pengembangan blue ammonia di lahan IMIA dengan adanya potensi sumber gas baru di dekat lokasi PIM. Sehingga, membuka kesempatan untuk membangun pengembangan blue ammonia.

Kenta Morii mengatakan lokasi PIM sangat potensial sebagai area baru untuk pengembangan blue ammonia. CO2 yang dihasilkan dari pabrik ammonia dapat dicapture dan diinjeksikan kembali ke dalam perut bumi. Di sekitar PIM terdapat potensi yang cukup besar untuk utilisasi hal tersebut dalam bentuk Carbon Capture Storage (CCS) ataupun Carbon Capture Utilization Storage (CCUS).

Sementara itu Kawada menyatakan, PIM memiliki pabrik ammonia yang saat ini menggunakan gas alam sebagai bahan baku grey ammonia. PIM memiliki potensi yang cukup besar untuk memproduksi green ammonia.

Hal ini didukung dengan adanya green power yang terdapat di dekat lokasi PIM yang bersumber dari PLN dan menjadi driving force untuk memproduksi gas hidrogen dengan proses elektrolisis dan pada akhirnya akan menghasilkan green ammonia.

“Saat ini kami dalam tahapan kajian dan kami berharap pada awal tahun 2023 kajian pengembangan green ammonia dapat diselesaikan dan kami berharap dapat dilanjutkan ke tahapan selanjutnya,” terangnya.

Saat ini pemanfaatan hidrogen dari proses elektrolisis untuk menghasilkan green ammonia masih dalam tahapan research dan development di beberapa negara. Masih butuh waktu agar bisa dikomersilkan.

Sedangkan penggunaan blue ammonia telah mulai dimanfaatkan sebagai bahan bakar tanpa karbon yang ramah lingkungan. Jepang menjadi salah satu negara yang sudah menggunakan ammonia sebagai campuran bahan bakar di beberapa pembangkit listrik untuk menurunkan emisi karbon.

Hal ini sejalan dengan deklarasi Paris Agreement oleh 196 negara tahun 2015 dalam rangka mengawal reduksi emisi CO2 yang efektif mulai berlaku tahun 2020. Secara komersil, Blue Ammonia telah mulai dipasarkan secara global dan Jepang telah mulai menggunakan Blue Ammonia sebagai bagian dari program NZE (Net Zero Emission) 2050 dimana mereka berencana mengkonversi semua pembangkit listrik dari batubara ke Blue dan Green Ammonia mulai tahun 2030. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *