Duh, Antrean Pasien Jantung Panjang Gegara Alat Cath Lab di RSUDZA Rusak

waktu baca 3 menit
Ilustrasi: Catheterization Laboratory atau Cath Lab. (Foto: Dok. RSUDZA)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Peralatan kateterisasi jantung di Catheterization Laboratory (Cath Lab) Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA), Kota Banda Aceh, dilaporkan rusak sejak pertengahan Maret 2022.

Alhasil, dampaknya sangat serius. Antrean pasien jantung makin panjang, bahkan ada yang meninggal ketika dirujuk ke Medan.

Sejumlah keluarga pasien mempertanyakan tentang ketidakjelasan jadwal penanganan dan tindakan terhadap anggota keluarga mereka, yang terindikasi penyumbatan pembuluh jantung, sehingga harus dilakukan tindakan pemasangan ring pembuluh jantung.

“Dokter jantung yang menangani ibu saya mengatakan belum bisa dilakukan tindakan karena peralatan Cath Lab sedang rusak. Belum bisa dipastikan kapan bisa berfungsi kembali,” kata warga Meulaboh, Suwarni, yang mendampingi ibunya untuk penanganan kasus jantung di RSUDZA kepada media ini, Senin, 30 Mei 2022.

Untuk mendapatkan penjelasan apa sebenarnya yang terjadi, media ini sudah mengirimkan permintaan konfirmasi secara tertulis kepada Direktur RSUDZA Banda Aceh, dr Isra Firmansyah. Namun, hingga berita ini diunggah belum mendapatkan respons.

banner 72x960

Sumber-sumber di RSUDZA Banda Aceh mengungkapkan alat Cath Lab tersebut rusak sejak pertengahan Maret 2022.

“Alat yang rusak itu seperti hard disk yang berfungsi untuk penyimpanan gambar,” kata sumber yang minta namanya tidak dipublikasikan.

“Semangat saya untuk mengatakan ini semata-mata karena kasihan terhadap pasien jantung yang antreannya semakin panjang,” lanjut sumber tersebut.

Menurutnya, dalam kondisi alat berfungsi saja antrean pasien jantung bisa mencapai 3-6 bulan untuk dilakukan tindakan kateterisasi jantung.

“Bisa dibayangkan sudah berapa banyak antrean pasien setelah hampir dua bulan tak ada penanganan diakibatkan kerusakan alat,” ujar sumber itu lagi.

Pada bulan April lalu, kata dia, ada dua pasien jantung dirujuk oleh RSUDZA ke Medan. Tetapi satu pasien meninggal dalam perjalanan dan seorang lagi meninggal ketika sedang dalam penanganan medis di Medan.

Kendala kontrak servis

Sumber lainnya mengungkapkan, sebenarnya alat Cath Lab beserta tim teknisi sudah bersiap di Medan atau Jakarta. Namun terkendala eksekusi lantaran ketiadaan anggaran kontrak servis (pembayaran pemeliharaan alat).

Sepengetahuan sumber itu, kontrak servis alat dibuat per tahun dengan asumsi maintanance (pemeliharaan) alat kateterisasi jantung sekitar Rp 1 miliar untuk servis dan pergantian alat yang rusak.

Akan tetapi untuk tahun ini, tidak dibuatkan kontrak servis alat kateterisasi jantung RSUDZA yang usianya sudah mencapai 10 tahun lebih, namun masih digunakan sampai sekarang.

RSUDZA Banda Aceh sebenarnya memiliki satu unit alat kateterisasi baru, namun alat itu merupakan kerja sama antara RSUDZA dengan perusahaan Alkes yang berpusat di Medan.

“Menurut info yang saya dapat alat kateterisasi baru itu belum bisa digunakan karena belum keluar izin pengoperasian dari Bapeten, yaitu badan yang menangani radiasi di Indonesia,” pungkas sumber lainnya yang minta namanya juga tidak ditulis.[]

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *