Banjir di Tangse Surut, BNPB: 120 Rumah Rusak

waktu baca 2 menit
Badan jalan di Kecamatan Tangse amblas akibat diterjang banjir bandang, Sabtu, 30 Oktober 2021. (Foto: Dok. BPBA)

Theacehpost.com | PIDIE – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BNPB) mencatat ada 120 rumah warga rusak akibat banjir yang terjadi di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie.

Adapun rincian rumah warga yang rusak yakni 51 rumah rusak ringan dan 69 rumah rusak berat.

“Kejadian ini terjadi dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi dan meluapnya Krueng Peunalom meluap pada Jumat, 29 Oktober 2021 pukul 19.30 WIB,” ujar Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Senin, 1 November 2021.

BPBD Pidie menyebutkan, banjir ini melanda lokasi di Gampong Peunalom I, Peunalom II, Layan, Pulo Mesjid yang terletak di Kecamatan Tangse.

Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Minggu, 31 Oktober 2021, kondisi banjir sudah surut dan situasi telah normal.

banner 72x960

“Rumah warga dan fasilitas publik yang sebelumnya terkena material yang terbawa banjir, kini sudah dibersihkan. Upaya percepatan ini juga di percepat, dengan pengerahan alat berat guna membantu proses pembersihan sisa material banjir,” ungkap Abdul.

Warga membersihkan rumah usai banjir surut di Kecamatan Tangse, Pidie, Minggu, 31 Oktober 2021. (Foto: Dok. BNPB)

Sementara itu, bantuan logistik juga telah dan terus diberikan bagi warga terdampak guna pemenuhan kebutuhan dasar di lokasi terdampak.

Beberapa logisitik ini juga salah satunya bantuan dari Lembaga Swadaya Masyarakar (LSM) di wilayah Pidie untuk bersama-sama memberikan upaya percepatan penanganan darurat.

Merujuk informasi prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Pidie, berpotensi mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga 3 November 2021.

Sementara itu, analisa InaRISK menunjukan Kabupaten Pidie memiliki potensi risiko banjir dengan kategori sedang hingga tinggi.

“Kami mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk tetap waspada dan siaga, terlebih dalam menghadapi potensi La Nina yang dapat terjadi pada periode Oktober 2021 sampai dengan Februari 2022,” pintanya.

Peningkatan curah hujan ini berpotensi memicu terjadinya risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan angin kencang.

“Masyarakat dapat memperkuat diseminasi informasi melalui jaringan komunikasi digital maupun menggunakan telekomunikasi frekuensi radio sebagai sarana informasi awal peringatan dini. Sehingga dapat menjadi pertimbangan langkah yang dapat diambil dalam hal kesiapsiagaan,” pungkasnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *