Akademisi USK: Lahan Gambut di Area Barat Aceh Mudah Diambil Pihak Terkait

waktu baca 3 menit
Sekat kanal lahan gambut yang ada di Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi. (Liputan6.com/B Santoso)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Universitas Syiah Kuala (USK) bersama Pemerintah Pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Program Kemandirian Masyarakat untuk Pemulihan Ekosistem Gambut menggelar seminar nasional dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Gambut Berkelanjutan” di Aula Fakultas Pertanian USK, Banda Aceh, Kamis, 16 Februari 2023.

Seminar itu dilakukan sebagai langkah dalam menangani lahan gambut dan pemberdayaan masyarakat serta program regional Sustainable use of Peatland and Haze Mitigation in ASEAN (SUPA) Komponen 1 diimplementasikan oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ).

Adapun tujuan tak lain untuk memberi gambaran ekonomi kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat di daerah gambut, serta memberikan konsep dan implementasi praktik baik dalam pengelolaan lahan gambut.

Ketua Pusat Riset Pembangunan Pedesaan dan Pembangunan Pertanian USK, Prof Dr Ir Ahmad Human Hamid MA, mengatakan, program dari Pemerintah Jerman melalui GIZ itu harus diterima dengan baik untuk Aceh dan masyarakat pada umumnya. Hal tersebut penting sebab menyangkut penyelamatan kawasan untuk kehidupan masyarakat dan dunia.

Dia mengatakan, ada budidaya dan kawasan lindung dari ekosistem lahan gambut di Aceh. “Kebanyakan lahan gambut yang berada di area barat Aceh berada dalam kawasan Hak Pengelolaan (HPL). Artinya, lahan tersebut dapat dengan mudah diambil oleh pihak terkait,” tearangnya.

banner 72x960

Lahan gambut sendiri perannya lebih besar dari pada hutan. Sebab dia lebih besar sebagai penambat karbon, sumber energi bagi manusia, eduwisata, dan sebagai lahan pertanian.

“Kemudian dia juga menjadi keberlanjutan keanekaragaman hayati. Jadi pusat studi kami ini, sangat menyambut baik uluran tangan dari GIZ untuk membantu masyarakat lokal agar memanfaatkan gambut. Karena ini bagian dan tantangan untuk perubahan iklim global,” tutup Human Hamid.

Sementara itu, Rektor USK Prof Dr Ir Marwan IPU, yang diwakili oleh Kepala Pusat Pengembangan dan Hilirisasi Inovasi LPPM USK, Prof Dr Ing Sri Haryani STP MSc, mengatakan, USK siap membantu penelitian agar lahan gambut tetap dilestarikan.

“Artinya bila dimanfaatkan jangan sampai gambutnya rusak. Karena ekosistem lahan gambut ini sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan. Sebab dia juga berfungsi meredam banjir dan luapan. Sehingga tidak membuat kerusakan yang lebih parah,” ujar Sri.

USK juga banyak melakukan penelitian dan memberi pengertian kepada masyarakat agar mengetahui betapa pentingnya keberadaan lahan gambut tersebut.

“Jadi lahan gambut perlu dijaga sesuai fungsinya. Karena lahan gambut menyimpan banyak karbon dan C02 dibandingkan hutan. Indonesia juga menjadi negara keempat terbesar memiliki lahan gambut,” pungkas Sri.

Pada kegiatan seminar itu juga dihadiri oleh pemateri yang kompeten di bidangnya. Mereka adalah Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, Ir A Hanan MM, Dinas Pertanian Aceh, Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian USK, dan Ketua Koordinator Pelaksana Program DMPG SUPA, Prof Dr Ir Ashabul Anhar MSc.

Kemudian, Technical Advisor SUPA Komponen 1, Barbara Goncalves, dan Learning and Knowledge Management Specialist Kemitraan Partnership for Governance Reform, Hasantoha Adnan Syahputra. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *