Wakil Dubes Federasi Rusia Bicara Soal Konservasi Harimau, Pariwisata dan Toleransi di Aceh

waktu baca 4 menit
Wakil Duta Besar (Dubes) Federasi Rusia untuk Indonesia, Veronika Novoseltseva (kanan) berkunjung ke Lembaga Wali Nanggore Aceh di Kabupaten Aceh Besar, Minggu, 21 Agustus 2022. (Foto: Humas LWN)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Wakil Duta Besar (Dubes) Federasi Rusia untuk Indonesia, Veronika Novoseltseva berkunjung ke Lembaga Wali Nanggore Aceh di Kabupaten Aceh Besar, Minggu, 21 Agustus 2022.

Pada pertemuan di Meuligo Wali Nanggroe, Veronika menjelaskan bahwa dirinya sudah lama mendengar tentang Aceh.

“Tapi baru sekarang kesempatan berkunjung langsung. Melihat bagaimana perkembangan di sini, melihat tradisi, adat istiadat, dan berkenalan dengan masyarakat,” katanya.

Veronika dan Wali Nanggroe membahas banyak hal, mulai dari perkembangan terkini, kebudayaan serta adat istiadat, sejarah, potensi alam, pendidikan, olahraga, ekonomi, dan secara khusus juga membicarakan tentang konservasi Harimau Sumatra di Aceh.

Veronika mengaku ada banyak informasi baru yang diperolehnya.

banner 72x960

“Kita sudah sepakat untuk mengembangkan hubungan yang menjadi minat bersama. Ada banyak mahasiswa dari Aceh yang mau datang ke Rusia untuk belajar di universitas-universitas di sana,” ungkap Veronika.

Khususnya di bidang konservasi harimau, Veronika mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin menaruh perhatian khusus.

Berdasarkan informasi yang disampaikan Forum Konservasi Leuser (FKL) yang turut hadir di Meuligoe Wali Nanggroe, Veronika berharap terjalinnya pertukaran pengalaman antara Aceh dan Rusia.

Ia mengatakan, dirinya sangat ingin agar informasi mengenai konservasi harimau di Aceh dapat disampaikan ke masyarakat Rusia, khususnya untuk dunia internasional.

“Terutama mengingat pada 5 September nanti di Rusia akan diadakan forum internasional mengenai isu-isu terkait pelestarian harimau,” kata Veronika.

Selain itu, Federasi Rusia sangat berminat dengan produk-produk Indonesia, termasuk dari Aceh seperti kopi, buah-buahan dan produk lainnya.

Ditanyai soal penerapan syariat Islam di Aceh, Veronika menjelaskan, dirinya sangat terkesan dengan apa yang berlaku di Aceh.

Sebelum ke Aceh, ia mengaku pengetahuannya tentang Aceh tidak begitu menyeluruh.

Dari pengalaman kunjungan kali ini, Veronika mengatakan bahwa masyarakat Aceh sangat toleransi.

“Saya lihat memang ada banyak masjid, tapi juga ada gereja-gereja, ada juga tempat ibadah dari agama-agama lain,” sebutnya.

Ia juga mendapati informasi bahwa selama ini ada banyak turis yang berkunjung ke Aceh, dan tidak pernah terjadi persoalan dengan masyarakat setempat.

Veronika bahkan sangat mendukung masyarakat Rusia untuk berwisata ke Aceh, untuk melihat tradisi dan kebudayaan, pemandangan alam, menikmati kuliner khas Aceh, terutama kopi, serta untuk mengetahui lebih banyak tentang Aceh.   

“Kebudayaan dan tradisi yang Aceh punya bisa menjadi suatu warisan yang harus dijaga dan diperlihatkan kepada masyarakat internasional,” sebut Veronika.

Kepada Wali Nanggroe, ia mengusulkan untuk dibangun partnership (kerja sama) antara Aceh dengan salah satu daerah atau negara bagian di Federasi Rusia, terutama wilayah yang memiliki banyak penduduk muslim, seperti Tatarstan, Tajikistan, dan Chechnya, di bidang produk-produk halal, dan bidang lainnya.   

“Saya mau kirim rekomendasi ke Rusia supaya ada kontak-kontak langsung ke Aceh untuk menetapkan pedoman partnership tersebut,” ungkap Veronika.

Sementara itu Wali Nanggroe mengungkapkan, suatu kehormatan besar baginya dan masyarakat Aceh secara menyeluruh atas kunjungan Wakil Dubes Federasi Rusia ke Aceh.

“Kami baru bertemu, tapi seperti sudah lama berkenal, ini suatu kesan yang luar biasa,” kata Wali Nanggroe usai pertemuan.

Wali Nanggroe menyampaikan bahwa masyarakat Aceh sudah lama menaruh perhatian terhadap Rusia.

Sebagai sebuah negara maju, Wali Nanggroe berharap akan segera terbangun suatu kerja sama di berbagai bidang antara Aceh dengan Rusia.

Di Asia tenggara, Aceh termasuk wilayah yang memiliki banyak satwa harimau, tetapi dalam keadaan yang cukup mengkhawatirkan.

“Jika tidak dilakukan konservasi dengan baik, bukan tidak mungkin keberadaan Harimau Sumatera di Aceh akan punah. Dalam hal ini kita punya kesamaan antara Aceh dan Rusia,” kata Wali Nanggroe,” sebutnya.

Selain negara maju, masyarakat Rusia juga banyak yang melakukan perjalanan wisata ke berbagai negara. Malik berharap wisatawan Rusia berkunjung ke Aceh yang dikenal memiliki banyak pantai-pantai yang indah, dan hutan tropika yang bagus.

Malik Mahmud juga bercerita, Rusia merupakan salah satu negara yang memiliki kesan tersendiri baginya. Kisah itu terjadi pada tahun 1981, saat dirinya masih menjabat sebagai Perdana Menteri Geraka Aceh Merdeka (GAM).

“Saya dipanggil oleh presiden kita waktu itu, almarhum Tgk Hasan Muhammad di Tiro untuk menghadap ke Stockhom, Swedia. Dalam perjalanan ke Swedia, saya transit sejenak di Bandara Moskow. Rusia adalah tempat pertama kali saya menjejakkan kaki di Benua Eropa,” sebutnya.

Kabag Kerjasama dan Humas Wali Nanggroe, M Nasir Syamaun, mengatakan sebelumnya Tgk Malik Mahmud Al Haythar, pada 27 Juli lalu ke Kedubes Federasi Rusia di Jakarta, dalam rangka menjajaki hubungan kerja sama.

“Kunjungan Wakil Dubes Federasi Rusia ke Aceh dalam rangka kunjungan balasan,” kata  dalam keteranga tertulis kepada Theacehpost.com. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *