Universitas Terbuka, Peluang Sarjana untuk Seluruh Generasi Aceh
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Belajar di kampus merupakan dambaan bagi semua masyarakat Indonesia termasuk juga masyarakat Aceh. Masyarakat akan berlomba untuk bisa meraih pendidikan yang layak dan berkualitas.
Namun, sayangnya ada banyak kasus dimana beberapa orang yang berambisi untuk berprestasi justru tidak bisa menempuh pendidikan ke perguruan tinggi karena dipersoalkan oleh tantangan finansial. Mereka terpaksa harus mengubur mimpi di tengah jalan dan mencari peluang dengan bekerja untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari.
Sebenarnya, masyarakat yang terkendala ekonomi masih berkesempatan untuk bisa melanjutkan studi tingkat tinggi. Salah satu alternatif yang bisa dipilih ialah dengan melanjutkan studi ke Universitas Terbuka.
Universitas Terbuka atau disingkat UT merupakan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang telah diberi izin oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan dengan sistem terbuka dan jarak jauh, bukan kelas jauh.
Sistem perkuliahan terbuka yang diterapkan UT memiliki keistimewaan tersendiri. Keseluruhan kegiatan berbasis teknologi digital sehingga proses belajar dan mengajar bisa dilakukan sambil bekerja.
Popularitas UT di Provinsi Aceh terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. UT Aceh telah mencetak 20 ribu lebih alumni-alumni berprestasi, termasuk diantaranya Tgk H Musannif SE SH yang saat ini dipercaya untuk mengemban amanah sebagai Ketua Ikatan Alumni Universitas Terbuka (IKA UT) Aceh.
H Musannif mengatakan, dirinya sebagai Ketua IKA UT Aceh berkewajiban untuk mencetak generasi penerus Aceh harus bisa sarjana. Berdasarkan amanah Kementerian Pendidikan, UT telah mencanangkan target satu juta mahasiswa dan UT Aceh diberikan target untuk dapat merekrut 6.000 mahasiswa.
“Artinya kami harus melipat gandakan usaha demi memenuhi target tersebut, diawali dengan mengenalkan UT kepada masyarakat Aceh hingga ke seluruh pelosok daerah. Untuk inilah IKA UT Aceh akan terus bersinergi, terkhusus untuk menggandeng alumni-alumni yang hari ini telah tersebar di seluruh kabupaten/kota se-Aceh,” kata H Musannif, Banda Aceh, Rabu (3/4/2024).
Tak Boleh Dianggap Remeh
H Musannif meyakini bahwa keistimewaan sistem perkuliahan yang dimiliki UT tak bisa dianggap remeh. Jika dilihat dari segi fasilitas dan sarana/prasarana maupun media pembelajaran UT ditopang oleh teknologi terkini.
“Output yang dihasilkan merupakan alumni-alumni yang memiliki nama besar, baik yang ada di pemerintahan, pengusaha, artis papan atas bahkan dalam berbagai jenis profesi lainnya. Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko merupakan alumni potensial yang dihasilkan oleh UT,” jelas H Musannif.
H Musannif mengatakan, perjalanan UT menuju usia 40 tahun telah menerima berbagai penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. UT telah memecah berbagai rekor pencapaian, seperti alumni terbanyak yang lolos seleksi CPNS di tahun 2019.
“Pada tahun 2019, secara nasional peserta CPNS yang lolos berjumlah 30.555 orang. Dari jumlah itu, lulusan UT yang lolos CPNS jumlahnya mencapai 9.436 orang. Artinya saat itu alumni UT mendominasi sekitar 31 persen dari total kuota nasional. Apabila hasil seleksi CPNS ini bisa kita jadikan sebagai indikator, maka bisa dibayangkan seberapa luas peluang karier alumni-alumni UT. Ini adalah fakta yang tidak boleh kita abaikan,” ungkapnya.
Biaya SPP Terjangkau
H Musannif yang juga dikenal sebagai Tokoh Pendidikan Aceh Besar itu tidak membenarkan jika biaya kuliah di UT mahal. Menurutnya, biaya kuliah di UT terbilang cukup terjangkau, bahkan sanggup dibiayai secara mandiri apabila ada dedikasi untuk benar-benar ingin belajar.
Berikut ilustrasi biaya kuliah di UT dengan subjek percontohan Prodi Ilmu Pemerintahan jenjang S-1 dengan lama masa studi 4 tahun/8 semester yang diharuskan menyelesaikan 145 SKS.
Perhitungan biaya kuliah untuk menyelesaikan program studi tersebut ialah sebagai berikut:
145 SKS x Rp 35.000 = Rp 5.390.000,-
Biaya bahan ajar (Modul) plus ongkir sampai alamat Rp 7.760.000.-
Totalnya Rp 13.150.000,-
Apabila total biaya SPP dirata-ratakan per semesternya, maka diperoleh jumlah Rp 1.643.000-/semester.
“Sebenarnya mahal atau tidaknya biaya kuliah itu diukur dari kemampuan ekonomi kita. Sangat sulit untuk kita ukur kenisbian ekonomi secara objektif. Namun jika biaya SPP di UT yang sebesar Rp 1.643.000-/semester kita bandingkan dengan biaya di perguruan tinggi konvensional, maka bisa saya pastikan bahwa SPP di UT sangatlah kecil alias murah,” ungkapnya.
“Karena mahasiswa perguruan tinggi konvensional, apalagi jika mahasiswanya datang dari luar daerah, niscaya dia akan membutuhkan tambahan biaya sewa kost, biaya transportasi dan biaya untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Jika di UT mahasiswanya tetap bisa produktif atau bisa sambil bekerja. Namun hal yang perlu kita renungkan, tak ada ilmu tanpa perjuangan, tak ada kesuksesan tanpa berusaha,” pungkasnya. (Akhyar)