Konsep Sukses Menurut Qur’an

waktu baca 4 menit
Tgk Salman, M.Sh, Dosen STISNU Aceh dan Pimpinan Dayah Raudhatul Qur'an Al-Aziziyah. (Foto: Tgk Salman/Theacehpost.com)

Theacehpost.com | ACEH BESAR – Manusia merupakan sebagian dari ciptaan Allah SWT, yang bermula dari tiada (‘adam), kemudian ada (maujud), dan suatu saat nanti akan tiada kembali (‘adam), hal itu disampaikan oleh Dosen STISNU Aceh, Tgk Salman pada Khutbah Jumat di Masjid Babul Iman, Keutapang, Aceh Besar, Jumat 25 November 2022.

“Begitulah perjalanan setiap ciptaan-Nya. Hal ini berbeda dengan sang pencipta, dimana Allah SWT bermula dari ada (maujud) dan tidak akan pernah diakhiri oleh tiada (‘adam), artinya Allah SWT senantiada kekal selamanya” kata Tgk Salman, yang juga Penyuluh Agama Islam di Darul Imarah.

Tgk Salman menjelaskan, manusia dilahirkan di dunia ini tidak terlepas dari aktifitas dan berproses untuk mencapai suatu tujuan, yaitu kesuksesan dan kebahagiaan.

Setiap manusia, baik anak-anak, orang dewasa, anak muda dan orang tua, tentu semuanya ingin mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan menurut keyakinan masing-masing mereka.

“Bahkan mereka rela tubuhnya sakit, bergadang di malam hari, bekerja dalam terik matari, air keringat bercampur dengan derasnya air hujan yang mengguyuri tubuh mereka, ini semua demi mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidupnya,” katanya.

banner 72x960

Sukses dalam arti yang luas, tentu banyak orang-orang menafsirkannya dengan arti yang berbeda satu sama lain.

Hal ini karena dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan, pergaulan dan gaya hidup mereka sehari-hari. Ada yang menganggap sukses itu adalah orang-orang yang sudah mendapatkan jabatan yang tinggi, ada juga yang mengartikan dengan orang yang memiliki harta yang melimpah ruah (kaya), Pendidikan yang tinggi dan lain sebagainya.

Namun, taukah kita bagaimana konsep kesuksesan dan kebahagian menurut Al-Qur’an?

Allah SWT berfirman “Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian(tidak sukses), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” (QS. Al-‘Ashr).

Ia melanjutkan, artinya, Al-Qur’an menawarkan konsep kesuksesan itu dari dua sisi, pertama hubungan kita dengan pencipta (keimanan), yang melahirkan ketaatan dan spiritual yang tinggi dengan mengerjakan kebajikan-kebajikan yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya ketika hidup di dunia.

Kedua, urgensinya hubungan sosial sesama manusia, tetangga, kerabat, masyarakat, bangsa dan negara. Islam sangat memperhatikan manusia yang saling peduli, kasih sayang dan membantu orang lain baik berupa nasehat, pemikiran, harta dan tenaga.

Islam sangat melarang manusia memiliki sifat egoisme yang hanya mementingkat diri sendiri dan memperkaya diri sendiri, sementara tetangganya hidup dibawah kemiskinan dan kemalangan.

Oleh karena itu, manusia ini memiliki 5 tipe dalam berproses hidup di alam fana ini, pertama tipe Manusia Wajib, yaitu manusia yang keberadaannya mengandung manfaat bagi orang lain. Dan apabila dia tidak ada maka orang-orang akan kehilangannya, sementara tidak ada yang dapat menggantikannya.

Kedua Manusia Sunah, yakni tipe manusia yang keberadaannya mendatangkan manfaat bagi orang lain, namun kepergiannya tidak mengurangi sedikitpun karena masih ada orang-orang yang dapat menggantikannya.

Ketiga Manusia Mubah, yaitu model manusia yang ada atau tidak adanya dia tidak mempengaruhi sedikitpun bagi orang-orang sekitarnya. Tipikal manusia seperti ini merupakan manusia-manusia cuek yang hanya mementingkan dirinya sendiri tapi tak pernah mau peduli terhadap orang lain.

Keempat Manusia Makruh, yaitu tipe manusia yang keberadaannya menjadi sebab kerugian, kegagalan dan bencana bagi orang lain dan kepergiannya mendatang manfaat. Tipikal manusia seperti ini adalah tipikal manusia yang sangat tidak diharapkan kehadirannya karena selalu menjadi bumerang penebar masalah dalam kehidupan masyarakat, tentu orang seperti ini lebih disukai jika dia tak ada.

Terakhir adalah Manusia Haram, yaitu tipe manusia yang sangat parah dari tipikal 4 manusia di atas. Karena adanya manusia seperti ini selalu membawa masalah-masalah bagi orang lain.

Lantas, bagaimana manusia yang paling baik itu?

Rasulullah SAW bersabda “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling banyak manfaat hidupnya bagi orang lain”. Oleh karena itu, ilmu, harta, jabatan, tenaga dan pemikiran yang kita miliki diharapkan dapat bermanfaat bagi orang lain.

Maka dalam hidup ini, ada orang yang sangat dinanti kehadirannya karena bermanfaat. Ada pula orang yang enggan untuk berinteraksi karena kehadirannya merugikan orang lain.

Siapakah kita, apakah kita termasuk jenis manusia yang dinanti atau dihindari di tengah masyarakat?

“Semoga Allah SWT meridhai kita menjadi manusia yang bermanfaat, sukses dan bahagia hidup di dunia dan akhirat, amin ya rab,” pungkasnya.[]

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *