Roket Ditembakkan dari Gaza ke Israel Usai Kematian Tahanan Palestina

waktu baca 2 menit
Ilustrasi serangan roket. (Foto: AP/Ariel Schalit)

Jakarta – Para gerilyawan Gaza menembakkan roket ke Israel pada Selasa (2/5) setelah kematian seorang tokoh terkemuka kelompok Jihad Islam dalam tahanan Israel, yang telah melakukan mogok makan selama hampir tiga bulan.
Dilansir kantor berita AFP, Selasa (2/5/2023), seorang jurnalis AFP menyaksikan tembakan roket ke arah Israel dari wilayah Gaza. Sementara militer Israel melaporkan tiga roket diluncurkan dari Gaza dan “jatuh di area terbuka”.

Roket-roket tersebut ditembakkan setelah kematian Khader Adnan, yang melakukan mogok makan sejak penahanannya oleh pasukan Israel pada Februari lalu di Tepi Barat utara.

“Seorang tahanan keamanan, yang didakwa atas pelanggaran teror dan melakukan mogok makan sejak 5 Februari 2023, meninggal pagi ini,” kata layanan penjara Israel dalam sebuah pernyataan.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok Jihad Islam memperingatkan Israel akan “membayar harga untuk kejahatan ini”.

“Pahlawan, Khader Adnan, mati syahid dalam kejahatan yang dilakukan oleh musuh di depan dunia,” kata kelompok militan itu dalam pernyataannya.

banner 72x960

Pria berusia 45 tahun itu ditahan di bawah prosedur penahanan administratif – tindakan Israel yang kontroversial di mana orang-orang ditahan tanpa dakwaan.

Kepala kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina, Qaddura Faris, mengatakan Adnan adalah “orang Palestina pertama yang mati akibat mogok makan” dalam tahanan Israel.

Layanan penjara Israel menyebut Adnan telah berulang kali ditahan Israel. Istri Adnan, Randa Mousa, mengatakan kepada AFP bahwa suaminya telah melakukan beberapa kali mogok makan di dalam tahanan.

“(Dia) menolak dukungan apa pun, menolak pemeriksaan medis, dia berada di sel dengan kondisi penahanan yang sangat sulit,” katanya kepada AFP pekan lalu.

Israel telah menduduki Tepi Barat sejak Perang Enam Hari tahun 1967 dan pasukannya secara teratur menahan warga Palestina.

Adnan ditahan di klinik di penjara Ramla di Israel tengah, kata Mousa.

“Mereka (Israel) telah menolak untuk memindahkannya ke rumah sakit sipil, mereka menolak untuk mengizinkan pengacaranya berkunjung,” tambahnya. detiknews

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *