Perang Lawakan Zelensky vs Jomblo Putin

 

banner 72x960

Catatan Darmansyah/Theacehpost.com

PERANG Ukraina sepertinya mengajarkan banyak hal baru kepada kita.

Tentang perang model Mc Arthur. Perang mengalahkan Jepang setelah Honolulu dikemplang pedang samurai. San Fransisco dan Los Angeles di bibir timur pasific menunggu takluk.

Perang dunia kedua.

Di Pasific Ocean.

Perang memutar. Berpindah  basic untuk menyusun strategi.  Hingga ke Morotai di utara Maluku. Hingga ke Saigon di Vietnam. Dan terus merangsek Taiwan untuk mencari pijakan tentara guna memberikan keamanan pesawat menjatuhkan bom atom.

Jepang takluk.

Okinawa menjadi simbol kemenangan Amerika Serikat.

Kemenangan yang mengantarkan Harry S Truman berdiri di podium house of representative. Harry Truman sang presiden  mengumumkan Amerika Serikat menang. Jepang takluk.

Dan tepuk tangan gemuruh mengiringi standing ovation pidato bernada sengau Truman. Pidato yang menyentuh ketika Truman di pertengahan pidatonya sesenggukan mengingatkan semua yang hadir di perlemen itu.

Mengingatkan heroiknya para tentara yang datang ke medan perang untuk tidak pernah pulang.

“Mereka berkubur di kematian dan kehidupan,” kata Truman dalam tepuk panjang. Yang menyebabkan pidato Truman tenggelam tepuk dan pandangar kabur anggota perlemen karena genangan air mata yang tak ingin mereka seka.

Usai tepuk tangan panjang itu ada pause. Ada jeda. Jeda yang hening. Dan di keheningan itu Harry Truman meninggikan suaranya, ”di podium ini saya berdiri sebagai Franklin D Roosevelt. Roosevelt yang tak sempat menikmati Amerika Serikat menang.”

Roosevelt yang  mengeluarkan dekrit penarikan picu bom atom. Dan Jepang terkapar. Untuk kemudian menjadi “negara bagian” dari United State of America. Yang otoritasnya berada di pundak Mc Arthur. Jenderal legendaris.

Saya sengaja mengulang narasi kemenangan Amerika Serikat dalam perang pasific usai menonton tayangan pidato Joe Biden pagi tadi. Tayangan pidato live dari jaringan televisi al jazeera.

Joe Biden berambut putih dengan suara bariton mengutuk invasi Vladimir Putin terhadap Ukraina. Pidato yang meminta Amerika Serikat bersatu usai dibelah Trumph lewat garis demokrat dan republiken.

Pidato Biden di podium house of representative menyebabkan Nancy Peloci, sang ketua,  menggeser kursinya untuk opinion standing disertai tepuk tangan.

Tentu tidak tepuk tangan seperti orasi Truman yang disertai air mata. Karena tak ada tentara Amerika Serikat yang datang ke Ukraina. Sebab, yang ada, hanya umpatan banyak pejabat Washington lewat media. Media online.

Lain dengan perang pasifik atau perang Hitler di Eropa. Perang Hitler membasmi  ras Jahudi.  Walaupun dalam perang Ukraina ini juga menyeret ras Jahudi.

Jahudinya ras Volodymyr Zelensky.  Sang presiden yang aktor dan pelawak itu. Jahudi yang beranak pinak di Ukraina dan membanggakan sebuah tugu pembantaian ras yang menjadi kutukan orang muslim.

Lantas bagaimana nasib Ukraina yang presidennya berdarah Jahudi?

Kelihatannya mirip dengan makna kata ukraina itu sendiri: perbatasan. Ia berada di perbatasan antara Slavia dan Rusia. Ia kejepit. Gabungan antar-ras. Karena itu, wanitanya cantik-cantik—tidak terhitung klas kecantikannya.

Jahudi Ukraina nggak sama dengan Jahudi Pelestina. Kutukan karena masalah tanah.

Bukan karena keyakinan. Karena kitab suci muslim juga tertulis sejarah panjang Jahudi. Yang nabinya juga menjadi bagian dari dua puluh lima rasul muslim.

Perang Ukraina ini kalau diplesetkan lebih jauh adalah perang antar- pelawak dengan jomblo. Perang Zelensky dengan Vladimir Putin yang kalau kita baca di media online berjibun analisisnya yang dituangkan pengamat.

Untuk itu saya nggak mau terjebak di ranah analisis media online. Analisis yang bisa datang dari siapa saja. Datang dari gam cantoi atau apit awe.

Saya hanya ingin menenggak analisis dan live dari al jazeera. Yang dari dulu menjadi televisi untuk bacaan saya.

Dari al jazeera ini saya tahu tentang bagaimana sumbu pemicunya perang. Bagaimana ia dikendalikan. Dibuncah-buncah. Dan dijadikan rebutan kata-kata.

Rebutan kata-kata yang menyeret penduduk bumi untuk terbelah dalam dua kutub berbeda. Kutub pro dan kontra. Kutub barat dan kutub timur. Kutub yang berbeda bacaan ketika memelototi isi google.

Masih lumayan kalau berbeda bacaan untuk kemudiannya mengumpat ke arah ruang kosong.

Sebab, kalau diumpatkan ke orang lain pasti akan menghadirkan silang sengketa kata.

Saya pun mengalami sengketa kata.

Sengketa kata yang mendatangkan sengkarut.

Padahal sengketa kata itu hanya antara ayah dan anak.

Kalau sengketa kata dan sengketa pilihan itu terjadi di warung kopi nun di negeri aso lhok saya, Anda tahulah ramainya dakwa-dakwinya. Yang untuk mendamaikan sulitnya tak ketulungan.

Anda sendiri tahulah sulit mengembalikan muka masam ke muka tersenyum.

Saya sendiri punya cara mendamaikan sengketa kata dan pilihan pro kontra  perang Rusia–Ukraina ini.

Cara itu lebih elegan.

Setiap sang anak datang menghampiri saya langsung tekan tombol laptop.

Tombol pilihan siaran live televisi “Al Jazeera.” Plus..breaking news. Tak ada dakwa-dakwi. Damai.

Kalau didakwa sepak aja laptop live breaking news al jazeera.

Al jazeera yang yang reporting indepth-nya bukan klas abal-abal. Yang scripnya acungan jempol. Yang wawancaranya dari lokasi perang sangat balances.

Dari al jezeera ini saya tahu apa maunya Rusia dengan invasinya ini. Invasi yang targetnya menurunkan Zelensky.

Jalannya Rusia harus menundukkan ibu kota Kiev. Usaha itu diperkirakan berhasil di hari-hari pertama perang. Sampai-sampai Kiev siaga penuh.

Tapi sampai Kamis siang, saat saya menulis, Kiev belum jatuh ke tangan Rusia. Perlawanan cukup kuat dari militer Ukraina. Sepanjang hari itu suara dentuman banyak terdengar.

Saya berguman. Beginilah perang modern. Sasarannya terarah. Jatuhnya bom juga sudah diatur. Dikendalikan oleh komputer. Jarak jauh. Kian tepat sasaran.

“Serangan hari pertama, sukses mencapai semua sasaran,” ujar juru bicara pemerintah pusat Rusia.

“Kita berhasil menembak jatuh pesawat tempur Rusia dan belasan helikopternya,” ujar juru bicara Ukraina.

Kita sulit memercayai keduanya.

Sudah menjadi bagian dari doktrin perang: harus memublikasikan kisah sukse—untuk mengangkat moral prajurit di medan perang. Kalau perlu dilebih-lebihkan. Atau diada-adakan.

Sehari kemarin keadaan Kiev sudah mulai ramai. Kendaraan umum memang tak berlalu lintas. Tapi penduduk sudah mulai berlalu lalang. Kiev memang sudah  terkepung.

Tapi tak ada rasa khawatir dari mereka yang berlalu lalang.

Toh mereka tahu tujuan akhir Rusia adalah memaksa pemerintahan berganti. Presiden Ukraina yang sekarang, dianggap hanya pelawak. Kalau pun harus disentil lebih tajam adalah boneka barat.

Itu bisa disimak dari orasi  Vladimir Putin saat memproklamasikan perang Rabu pekan lalu. Pidato itu ditujukan ke rakyat Rusia. Juga  ke semua arah. Bahwa serangan itu untuk mempertahankan kedaulatan Rusia

Bagi Rusia, menguasai Kievl tidak sulit. Soal kecil.

Posisi kota itu kini terjepit.Terjepit dari utara-selatan dan timur. Praktis Kiev sudah terkunci.

Maka di hari keenam perang Ukraina ini terlihat jelas bahwa Kiev tinggal menunggu bunyi treng dari Putin.

Treng untuk menggelontorkan tentara dan peralatan perang, yang menurut “Al Jazeera” empat puluh enam kilometer dari perbatasan dengan Belarusia: Hanya seratus lima puluh kilometer. Serangan dari arah Belarusia inilah yang kian mendekati Kiev.

Belarus yang sepenuhnya memihak Rusia. Pasukan yang akan menyerang Kiev datang melalui Belarus.

Belarus yang tidak perlu visa untuk ke Ukraina. Demikian juga orang Ukraina, tidak perlu visa ke Belarus. Bahasa di kedua negara tidak banyak beda. Orang Belarus bisa mengerti bahasa Ukraina. Dan sebaliknya.

Tidak hanya x factor Belarus. Kini satu per satu kota-kota kecil  seputar Kiev sudah dikuasai. Rusia sudah mengaktifkan pos untuk mengontrol keluar masuk manusia dan barang dari kota itu.

Dari spekulasi para analis Rusia sudah berhitung: tidak harus menguasai Kiev.

Cukup kurung Kiev.

Kalau pun datang bantuan senjata atau apalah namanya hanya bisa lewat Polandia. Atau Moldova. Itu pun tidak mudah. Dua negara itu tak mungkin langsung mengirim bantuan dan persenjataan.

Harus mendapat persetujuan parlemen yang debatnya bisa sangat panjang.

Maka hari ini dan besok adalah hari-hari yang krusial bagi Ukraina. Terutama bagi Presiden Zelensky.

Zelensky yang ditayangkan oleh al jazeera dari bunker persembunyiannya. Ada karung pasir dan terowongan yang berliku-liku. Zelensky yang  berkaos oblong warna gelap dengan kumis dan jenggot yang belum sempat dicukurnya.

Zelensky yang nggak tren dari sisi penampilan. Tapi tren lewat genggaman handphone.

Dari telepon itu juga ia bisa podcast menyapa para sekutu. Sekutu yang masih bisa memberikan penghiburan padanya. Amerika memberikan hiburan istimewa: menyediakan diri menampung pengungsi dari Ukraina.

Sejauh ini perhatian sekutu lebih fokus pada memberikan sanksi terberat. Termasuk mengeluarkan Rusia dari sistem ekonomi dunia.

Dua hari lalu Bank Sentral Rusia memberi tanggapan enteng: itu justru akan memperkuat ruble sebagai mata uang internasional.

Barat sangat optimistis sanksi ekonomi itu akan berhasil mengisolasi Rusia.

Apakah optimis barat itu kesepakatan bulat? Final.

Tampaknya nggak juga.

Jerman, Prancis, dan Italia menyempal dari sanksi total. Mereka punya alasan. Itu bisa melumpuhkan pasokan energi.

Mereka takut ekonominya lumpuh karena industri akan pause produksi

Bagaimana dengan Indonesia?

Yang pasti, Anda yang pro-Rusia maupun yang pro-Ukraina akan bernasib sama: sama-sama akan menerima akibat buruk.

Yakni, kenaikan harga bensin. Harga minyak mentah sudah naik tinggi dan akan lebih tinggi lagi.

Subsidi?

Mana tahan.

Minyak goreng, tempe, dan daging sapi saja dibiarkan. Para pengamat lebih suka membahas polemik presiden tiga kali. Masa jabatan presiden yang ditambah.

Sebab, akan lebih menarik menganalisis minyak goreng, tempe, dan daging sapi. Karena nggak ada genitnya. Karena harus mencari tahu ke pasar tumpah. Becek. Kumal.

Apalagi alasan tertular omicron.

Pertamina? Pasti tidak akan kuat menahan harga bensin yang ada sekarang.

Mungkin harga terigu juga akan ikut naik. Kiriman gandum dari Ukraina mulai terhambat.

Perang sebaiknya harus cepat selesai.

Tak enak menjadi sengkarut dakwa.

Sengkarut analisa klas ‘kupi sharing.’ []

Artikel serupa tayang di nuga.co.

 

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *