Latar Belakang Unjuk Rasa di Unaya: Konflik Yayasan hingga Kerusuhan di Kampus
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh — Aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Abulyatama (Unaya), Aceh Besar, yang berujung ricuh dan menelan korban jiwa, tak lepas dari konflik berkepanjangan di tubuh yayasan pengelola kampus tersebut.
Berdasarkan salinan informasi yang diterima Theacehpost.com dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Unaya, dijelaskan bahwa konflik bermula dari pencabutan izin operasional Institut Kesehatan Indonesia di Jakarta, salah satu aset milik RB, yang juga berperan sebagai pendiri yayasan. Dengan dicabutnya izin dari Kementrian mengakibatkan kampus tersebut tidak dapat beroperasi dan bangkrut.
Setelah itu mulai terjadi perubahan pada petinggi yang ada di Universitas Malahayati Lampung secara sepihak oleh pihak RB dan juga perubahan surat-surat istimewa yang ditandatangani secara sepihak oleh RB tanpa sepengetahuan RS yang merupakan petinggi dari yayasan alih Teknologi Bandar Lampung. RS dan anak-anaknya merupakan pimpinan yang berada di Universitas yang berada di Aceh dan di Lampung.
RS, istri RB yang selama ini turut mengelola yayasan, mengaku tidak mengetahui adanya perubahan struktur tersebut. Ia menyatakan bahwa namanya dan anak-anaknya digantikan dari jajaran pembina yayasan tanpa sepengetahuannya. Dalam pernyataan terbuka kepada media pada 9 Februari 2025, RS mengklaim bahwa RB pernah berjanji menghibahkan seluruh aset usaha kepada dirinya dan anak-anak mereka, bahkan mendirikan yayasan baru atas nama keluarga mereka. Namun, akta yayasan diketahui telah berubah.
Konflik internal kian memanas setelah RB melantik rektor baru Universitas Abulyatama secara sepihak pada 21 Februari 2025. Sehari setelah pelantikan, terjadi perusakan aset kampus oleh orang tak dikenal. Wakil Rektor II, MR, kemudian melaporkan kejadian itu ke Polda Aceh. Nama RB pun ikut disebut dalam penyelidikan, namun hanya sebagai saksi. Muncul pula isu bahwa MR melaporkan ayah kandungnya sendiri, namun informasi ini dibantah oleh pihak kampus.
Puncak ketegangan terjadi pada Senin dini hari, 14 April 2025, saat sekitar 200 orang yang mengaku sebagai “Satgas Kampus Unaya” memasuki area kampus secara paksa. Mereka mengusir sejumlah penghuni, termasuk mahasiswa yang berada di asrama pria lantai dua. Bahkan, tindakan kekerasan dilaporkan terjadi terhadap petugas keamanan resmi kampus.
Insiden tersebut memperburuk situasi dan memicu gelombang unjuk rasa dari mahasiswa yang merasa terganggu oleh konflik berkepanjangan di lingkungan kampus. Mahasiswa menuntut pihak-pihak yang bertikai untuk segera menyelesaikan permasalahan secara damai dan menyerukan intervensi dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) agar proses belajar-mengajar dapat kembali berjalan normal.