Penganut Muslim di Kolombia Kian Meningkat
Theacehpost.com | KOLOMBIA – Keberadaan Islam di Kolombia tak terlepas dari datangnya imigran Arab dari Suriah, Lebanon, dan Palestina sejak awal abad 19 hingga abad 20.
Dilansir dari Arab News, gelombang besar imigran Timur Tengah berdatangan ke Kolombia pada 1940-an. Mereka membuat rumah permanen di Kota Maicao, Kolombia utara.
Sebagian besar mereka beragama Islam. Aktivitas mereka berdagang di kota yang terutama berkembang pesat. Mereka juga aktif di tambang emas Venezuela yang berdekatan dengan Kolombia. Tak kurang dari 840 ribu imigran asal Lebanon saat ini menetap di Kolombia.
Selain keturunan Timur Tengah, ada juga Muslim Indo-Pakistan dan penduduk asli Kolombia. Semuanya membaur dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bersosialisasi, saling bersinergi dan bergotong royong.
Sebuah makalah yang diterbitkan peneliti Universitas Internasional Florida, Diego Castellanos, menerangkan, Muslim pertama yang tiba di Kolombia adalah imigran Arab yang melarikan diri dari represi politik pemerintah Utsmani pada akhir abad ke-19.
Sejak saat itu, komunitas Muslim telah melewati fase pertumbuhan dan diversifikasi yang berbeda. Terkadang didukung oleh kedatangan komunitas imigran baru, seperti sejumlah besar warga Lebanon yang meninggalkan negara asalnya pada 1960-1970 dan menetap di Kolombia.
Kebanyakan mereka tinggal di sepanjang pantai Karibia. Mereka kemudian dikenal karena pengaruh Arab dan budayanya.Pembangunan masjid menjadi bagian sejarah Bogota, kota terbesar di Kolombia.
Terbukti, populasi Muslim perkotaan tumbuh selama empat dekade. Dibangun 16 tahun yang lalu, masjid di kota utara Maicao adalah yang terbesar kedua di Amerika Selatan.
Namun, perkembangan Muslim tak lepas dari konflik di negara ini. Ketegangan terjadi antara minoritas Muslim Kolombia dan penganut agama lain. Ketegangan ini terjadi beberapa tahun terakhir setelah meningkatnya jumlah orang Kolombia yang masuk Islam.
Menurut Castellanos, pertumbuhan umat Islam dimulai perlahan pada tahun 1980-an. Mereka aktif dalam berbagai profesi dan berkomunikasi dengan baik sehingga mengundang simpati banyak pihak.
Jumlah Muslim di Kolombia kini terbesar kedua setelah Tengah Timur dan Afrika Utara. Perkiraan jumlah total Muslim di Kolombia bervariasi dari paling sedikit 10 ribu sampai 15 ribu.
Ada juga yang mengklaim 40 ribu atau 80 ribu orang. Jumlah itu merujuk kepada beberapa sumber, baik penelitian maupun pemberitaan.
Sebagian besar dari mereka berada di Bogota, Maicao, dan Buena Ventura. Pusat keislaman tersebar di berbagai kota, seperti San Andres, Nanno, Santa Marta, dan Cartagena.
Menurut tokoh Komunitas Muslim Medellin Ahmed Dasuki, umat Islam sangat menghormati dan bertoleransi terhadap masyarakat dan budaya Kolombia.
Ini berarti bahwa meskipun tidak mengambil bagian dalam tradisi Kristen di Kolombia, mereka tidak ingin mengubah perilaku mayoritas penduduk non-Muslim. Mereka juga tidak ingin meyakinkan mereka untuk memeluk Islam.
Sebagai gantinya, orang harus menemukan jalan mereka sendiri menuju Islam.
“Jika Anda ingin menjadi mualaf, itu bagus. Jika Anda tidak mau, itu juga baik. Masjid terbuka untuk siapa saja yang bisa datang kapan saja dan sesering dia mau. Kita hanya bisa mengajarkan tradisi Muslim kepada orang-orang yang datang untuk belajar Islam.”
Islam didasarkan pada konsep dialog dan koeksistensi yang berarti, misalnya, bahwa meski konsumsi alkohol dilarang keras, umat Islam seharusnya tidak ber usa ha untuk mencegah orang lain meminumnya.
Islam, dia menjelaskan, sangat meng hormati kerabat monoteisnya, Kristen dan Yahudi. Keduanya aktif dalam sosialisasi di Kolombia.
Dasuki mengakui Muslim sulit hidup di tengah dominasi agama lain di Kolombia. Kesulitan yang paling utama adalah menemukan lingkungan Islami untuk membesarkan anak-anak.
Lingkungan seperti ini sangat dibutuhkan untuk menanamkan nilai tauhid sedini mungkin. Sehingga, anak-anak tersebut mengenal dan memahami konsep tuhan sedini mungkin.
“Kami tinggal di masyarakat yang sangat sulit, dengan semua klub, pesta pora, dan seks bebas yang benar-benar dilarang dalam Islam,” kata Dasuki, dilansir Colombia Reports.
Pada akhirnya, Dasuki meyakini, Alquran tidak mewajibkan agama lain untuk mematuhi praktiknya. Namun, dia mengatakan, orang tua Muslim berharap untuk menanamkan nilai-nilai tradisional pada anak-anak mereka. Demi kepentingan mereka dan bukan karena kewajiban.
Para orang tua Muslim berharap anak-anaknya dapat tumbuh sebagai generasi Muslim taat yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Mereka nantinya dapat mengajarkan keturunannya tentang tauhid dan berbagai tradisi keislaman yang sudah dikembangkan sejak era Rasulullah.
Meskipun tidak ada angka resmi jumlah orang yang telah masuk Islam di seluruh Kolombia, orang-orang yang masuk Islam diyakini mewakili sebagian besar komunitas Muslim perkotaan. Imam memperkirakan bahwa mereka membentuk setidaknya 90 persen komunitas Muslim di Medellin.
Sementara, komunitas Muslim di Bogota mengklaim bahwa ada 10 orang Kristen yang masuk Islam setiap hari, seperti yang dikutip oleh surat kabar nasional El Espectador.
Dasuki merasa bahwa alasan utama mengapa orang-orang masuk Islam karena mereka mencari jalan yang baik menuju pencerahan spiritual dan gaya hidup sehat.
Islam yang melarang konsumsi alkohol dan seks bebas membuat pemeluknya tampil beda sehingga menginspirasi masyarakat setempat yang sadar dan memahami pentingnya membangun generasi dan keluarga yang sehat.