Pemuda Muhammadiyah Aceh Desak GAR ITB Minta Maaf ke Din Syamsuddin

waktu baca 2 menit
Ketua Pemuda Muhammadiyah Aceh, Rudi Ismawan. (Foto: Dok. pribadi)

Theacehpost.com | TAPAKTUAN – Organisasi Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Provinsi Aceh mendesak organisasi Gerakan Anti Radikalisme Institut Teknologi Bandung (GAR ITB) untuk segera meminta maaf kepada Profesor (Prof) Din Syamsuddin dan mencabut laporannya di KASN.

Menurut Ketua PWPM Aceh, Rudi Ismawan, tuduhan yang dilayangkan kepada Prof Din Syamsuddin sebagai figur yang radikal merupakan suatu hal yang aneh.

“Sepatutnya mereka tahu bahwa Prof Din adalah guru besar studi politik dan pluralisme. Membicarakan persoalan politik dan pluralisme, menanggapi permasalahan politik, atau memberikan pandangan politik adalah bagian dari bentuk pengabdian akademiknya sebagai civitas akademika,” ujar Rudi dalam keterangan tertulis, Senin, 15 Februari 2021.

Rusdi menjelaskan, sikap kritis adalah hal yang wajib bagi setiap civitas akademika. Apalagi, Prof Din Syamsuddin merupakan Aparatur Sipil Negeri (ASN) akademisi, bukan di birokrasi.

“Ketika ASN birokrasi bekerja sesuai dengan aturan yang lebih kaku, sedangkan ASN akademisi cenderung lebih luwes. ASN akademisi dituntut untuk mampu mencari, menemukan dan mengajarkan kebenaran, memberikan penilaian secara adil dan objektif, dan memiliki kapasitas untuk memberikan arahan dan masukan, bukan hanya di lingkungan civitas akademika saja, tapi juga bagi masyarakat, negara, hingga ke tingkat global,” jelasnya.

banner 72x960

Menurutnya, pemerintah tidak pernah menganggap Prof Din Syamsuddin sebagai figur yang radikal. Malahan ia adalah pengusung moderasi beragama atau Islam washatiyah yang juga sepaham dengan pemerintah.

Selain itu, Din Syamsuddin juga terbukti pernah mengisi sejumlah jabatan mentereng terkait moderasi dan perdamaian di level internasional yang diembannya hingga saat ini.

Di antaranya, mendapatkan kehormatan sebagai Honorary President pada World Conference on Religions for Peace/WCRP, Vice Secretary General pada World Islamic People’s Leadership, President of Asian Committee on Religions for Peace/ACRP, Chairman pada World Peace Forum, serta sederet posisi terhormat lainnya.

“Perlu dipahami bahwa Prof Din adalah kader Muhammadiyah, sekaligus kader NU. Menyatakan beliau figur radikal artinya mencederai Muhammadiyah dan NU, sekaligus yang telah mewarnai pemikirannya hingga saat ini. Oleh karena itu, PW Pemuda Muhammadiyah Aceh siap mengadvokasi permasalahan ini, bahkan hingga ke meja hijau bila diperlukan,” ungkapnya. (Yuris)

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *