Ketika Tim Wanadri Menjajal Alam Aceh Melalui ‘Ekspedisi Krueng Woyla’
SATU tim dari Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat, hingga kini masih di Aceh untuk menyelesaikan misi berlabel Ekspedisi Krueng Woyla. Tim beranggotakan 20 orang itu berada di Aceh sejak menjelang puasa lalu dengan kegiatan awal melakukan survei aliran sungai dari hulu di Pameu, Kecamatan Rusip, Aceh Tengah hingga ke hilir di Sarah Perlak, Kecamatan Sungaimas, Aceh Barat sejauh lebih kurang 54 kilometer. “Kami di Aceh sejak menjelang puasa dan berlebaran Idul Fitri 1442 H di Takengon, Aceh Tengah. Kini sudah tahap pengarungan hari ke-7,” lapor Ilham Darmawan, anggota tim darat yang bertugas di Base Komunikasi (Basecom) Sarah Perlak kepada Theacehpost.com, menjelang tengah malam, Kamis, 27 Mei 2021.
Informasi awal tentang Ekspedisi Krueng Woyla diterima Theacehpost.com berdasarkan siaran pers Perhimpunan Pendaki Gunung dan Penempuh Rimba Wanadri yang dikirim oleh Akmal Muhammad Fikri.
Ekspedisi tersebut diawali survei untuk tujuan membenturkan kembali perencanaan operasional pengarungan dengan data dan Informasi aktual yang berada di area operasional. Tujuannya agar pengarungan yang akan dilakukan menjadi lebih tertakar dan terukur safety procedure sebagaimana yang biasa dilakukan tim ekspedisi.
Survei melibatkan 16 personel dibagi empat regu. Masing-masing regu beranggotakan empat orang.
Proses pendataan sungai didukung oleh tim darat yaitu base komunikasi (basecom) yang ditempatkan segmen hulu (Pameu, Aceh Tengah) dan segmen hilir (Sarah Perlak, Aceh Barat).
Basecom ditempati dua personel di masing-masing segmen. Fungsi basecom untuk back up kondisi di lapangan apabila terjadi keadaan darurat terhadap tim survei.
Masa pendataan sungai selama 11 hari. Setiap regu harus mendata jeram dan merekam kondisi medan operasional hingga ke titik akhir. “Setelah selesai hingga ke hilir, tim kembali ke hulu untuk persiapan pengarungan. Karena sudah memasuki Idul Fitri, kami berlebaran di Takengon, Aceh Tengah,” tulis Akmal dalam laporannya.
Di sela-sela merayakan Idul Fitri, tim melakukan berbagai persiapan pengarungan seperti pengolahan hasil pendataan sungai, pemenuhan perbekalan, pengecekan peralatan pengarungan, dan lain-lain.
Mengacu pada hasil pendataan, akhirnya tim Ekspedisi Krueng Woyla yang diketuai Jodi Indra Rahmanu menyepakati durasi waktu 11 hari pengarungan dimulai dari Pameu pada 22 Mei 2021 dan berakhir di Sarah Perlak pada 1 Juni 2021.
Menjelang ekspedisi, tim juga melakukan ‘pemanasan’ untuk menyelaraskan kembali kekompakan tim sekaligus pengondisian basecom Pameu dan Sarah Perlak berupa pembentangan radio komunikasi.
Selain itu, Tim Ekspedisi juga bersilaturahmi dengan masyarakat sekitar dengan melakukan pengarungan trip pendek sejauh enam kilometer bersama masyarakat yang penasaran mengarungi sungai dengan perahu karet. Tim mengedukasi masyarakat berupa safety procedure dan teknik mendayung yang baik dan benar.
Ekspedisi Krueng Woyla selain bertujuan untuk regenerasi kaderisasi Wanadri juga menjadi sumber data dan informasi mengenai Krueng (Sungai) Woyla.
Data yang dihimpun Wanadri diharapkan jadi referensi bagi para penggiat arung jeram dan kepentingan wisata di Aceh.
Sekilas tentang Wanadri
Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Wanadri, Wanadri atau Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri adalah organisasi kegiatan alam bebas yang berkedudukan di Bandung, Jawa Barat.
Wanadri berdiri pada 1964 dengan tujuan untuk turut membangun Tanah Air, bangsa, dan Negara Republik Indonesia melalui pendidikan pemuda-pemudi menggunakan media alam bebas sebagai sarana pendidikan. Sejatinya, Wanadri adalah kumpulan sekelompok orang yang mencintai kehidupan di alam bebas.
Organisasi Wanadri —yang dapat dipandang sebagai suatu “masyarakat Wanadri”— adalah organisasi yang memiliki aturan dan norma yang khas, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang senantiasa berlaku dan dihormati oleh anggotanya.
Dalam menerapkan tujuannya, terdapat empat kegiatan pokok Wanadri yaitu penjelajahan, pendidikan, integrasi dengan masyarakat, dan perlindungan alam. []