Gubernur Berharap Masjid Al-Munawwarah Aceh Siap Enam Bulan
Theacehpost.com | MAMUJU – Gubernur Nova Iriansyah berharap pembangunan Masjid Al-Munawwarah Aceh di Kelurahan Kasambang, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulbar siap enam bulan.
“Kita targetkan masjid ini bisa diselesaikan pembangunannya dalam waktu enam bulan,” kata Nova Iriansyah kepada wartawan seusai peletakan batu pertama pembangunan kembali Masjid Al-Munawarah, Rabu, 6 April 2022.
Dalam pidatonya, Nova mengisahkan tentang saat-saat awal dirinya menyerukan penggalangan bantuan kemanusiaan untuk korban gempa Sulbar.
“Pada 16 Januari 2021 atau sehari pascabencana itu, saya menyerukan penggalangan bantuan kemanusiaan untuk korban gempa Sulbar,” kenang Nova Iriansyah.
Tindak lanjut seruan itu, Sekda Aceh, Taqwallah menugaskan Kalak BPBA, Ilyas Yunus berkoordinasi dengan Ketua Forum PRB Aceh, Nasir Nurdin melakukan penggalangan bantuan, baik dari masyarakat maupun SKPA dan jajarannya termasuk Pemerintah Kabupaten/Kota.
“Untuk menampung bantuan dari masyarakat, dibuka rekening khusus ‘Aceh untuk Sulawesi Barat’ di Bank Aceh Syariah. Total donasi yang dihimpun mencapai Rp 1,2 miliar. Hari ini angkanya menjadi Rp 1.210.000.000 karena ada tambahan Rp 10 juta dari Ketua TP PKK Aceh,” kata Gubernur Aceh.
Baca juga: Aceh Bangun Masjid di Mamuju, Masjid Ketiga di Zona Bencana
Gubernur menginformasikan bahwa untuk pembangunan Masjid Al-Munawwarah melibatkan arsitek senior, yaitu Dr Ing Andry Widyowijatnoko ST MT, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga telah membangun dua masjid bantuan Aceh sebelumnya, yaitu An-Nur Aceh di Lombok Utara dan Nurul Hasanah Aceh di Palu.
“Ini perlu saya sampaikan agar masyarakat percaya bahwa pembangunan masjid ini bukan kaleng-kaleng atau abal-abal,” tandas Gubernur Nova Iriansyah.
Sang arsitek lulusan Jerman tersebut juga didaulat untuk memberikan penjelasan teknis terkait pembangunan rumah ibadah yang dipercayakan kepadanya.
Menurut Andry, dua bangunan masjid yang dikerjakan sebelumnya menggunakan material berbeda disesuaikan dengan kearifan lokal dan potensi daerah.
Masjid An-Nur Aceh Lombok Utara, menurut Andry menggunakan material bambu karena bahan baku bambu yang melimpah di daerah tersebut.
Kemudian, Masjid Jamik Nurul Hasanah Aceh di Palu menggunakan material kayu karena potensi kayu yang melimpah.
“Nah, Masjid Al-Munawwarah Aceh kita bangun dengan material kayu kelapa. Saya berharap bukan hanya memunculkan karya seni yang baik tetapi juga ada pendekatan edukasi dalam pembangunannya,” ujar Andry.
Tausiah Ustadz Fakhruddin
Acara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Al-Munawwarah Aceh juga diisi dengan tausiah dan doa oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Aceh, Ustadz Fakhruddin Lahmuddin.
Dalam tausiahnya, Ustadz Fachruddin mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Sulbar beserta jajaran dan Pemkab Mamuju yang menurutnya telah memberikan pelayanan terbaik selama rombongan dari Aceh berada di Sulbar.
“Tiba di Sulbar terasa pulang kampung karena masyarakat Aceh dan Sulbar bukan saja sama-sama kuat secara religi tetapi sampai ke cita rasa makanan juga sama,” ujar Ustadz Fakhruddin.
Menurut Ustadz Fakhruddin, dalam konteks bencana, masyarakat Aceh memiliki daya tahan yang mencengangkan masyarakat non-muslim.
Dikatakan Ustadz Fakhruddin, pada tahap-tahap awal pascatsunami, banyak NGO asing yang membuka layanan trauma healing di Aceh karena menurut logika mereka akan sangat banyak korban tsunami yang gila.
“Nyatanya, sepanjang pengetahuan saya tidak ada warga Aceh yang gila akibat dampak tsunami. Ini karena kekuatan iman dan kesabaran mereka menghadapi cobaan. Yang terjadi justru layanan trauma healing yang tutup satu per satu,” demikian Ustadz Fakhruddin. []
Baca juga: Pria Bersenjata Tombak dan Golok Sambut Gubernur Nova di Lokasi Pembangunan Masjid