Disdik, DSI, dan DPP ISAD Aceh Tandatangani MoU Peningkatan Mutu Pendidikan dan SDM

waktu baca 4 menit
Kadis Pendidikan Aceh Drs Alhudri, Ketum DPP ISAD Tgk Mustafa Woyla Spdi dan Sekretaris Dinas Syariat Islam Aceh Muhibuthibiri menandatangi MoU kerja sama Peningkatan Mutu Pendidikan dan Sumber Daya Manusia di Aula Hotel Jeumal Manheim Lhong Raya, Banda Aceh, Selasa, 30 Agustus 2022. (Istimewa)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh bersama Dinas Syariat Islam (DSI) Aceh dan Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh menandatangani MoU kerja sama Peningkatkan Mutu Pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Aula Hotel Jeumpa Mannheim, Lhong Raya, Banda Aceh, Selasa, 30 Agustus 2022.

MoU tersebut ditandatangani langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Aceh, Drs Alhudri MM, Kadis Syariat Islam Aceh yang diwakili Sekretaris Dinas (Sekdis), Muhibuthibri, dan Ketua ISAD Aceh, Tgk Mustafa Husen Woyla, S.Pdi.

Penandatangan MoU yang diiniasi oleh Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) ini turut disaksikan oleh Kabid Pendidikan Agama Islam Kanwil Kemenag Aceh, Khairul Azhar SAg MSi, Ketua YARA Safaruddin, serta jajaran pejabat lainnya di lingkungan Disdik Aceh dan dinas terkait lainnya.

Kadisdik Aceh, Alhudri, dalam sambutannya menyampaikan, pihaknya sangat terbuka bekerja sama dengan berbagai pihak yang punya visi memajukan mutu pendidikan dan SDM di Aceh.

“Terlebih yang bersifat khusus seperti peningkatan pemahaman syariat Islam serta keterampilan para pelajar dan tenaga didik,” imbuhnya.

banner 72x960

Diakui Alhudri, siswa dan tenaga didik di Aceh tidak cukup hanya menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) tapi juga harus berjalan seiringan dengan iman dan takwa (Imtak).

“Ini penting untuk menjaga keseimbangan dunia dan akhirat bagi generasi Aceh ke depan. Apalagi sekarang kita bisa menyaksikan pengaruh perubahan zaman yang mulai menggerus nilai-nilai etika di kalangan siswa,” jelasnya.

Semua pihak perlu bekerja sama agar Imtak dan IptekĀ  berjalan seiringan. Pemerintah bertanggungjawab melalui tupoksinya masing-masing. Masyarakat dan orang tua juga tidak bisa lepas tangan begitu saja.

“Kami sangat menyambut baik terobosan hari ini, yaitu kerjasama antara Dinas Pendidikan dengan ISAD Aceh dan juga Dinas Syariat Islam,” pungkasnya.

Ia berharap kerja sama tersebut bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan Aceh ke depan.

Menurutnya, kemajuan Aceh terutama dalam aspek pendidikan punya keterkaitan dengan semua stakeholder. Mulai dari masyarakat, perguruan tinggi, hingga pemerintah punya tanggung jawab terhadap kemajuan Aceh ke depan.

“Kalau semuanya terlibat dan punya tanggungjawab bersama saya yakin Aceh ini akan maju,” lanjutnya.

Ia mengingatkan sejarah Aceh masa lampau yang hebat dan kuat, sehingga sulit ditaklukkan Belanda. Aceh saat itu tidak terkotak-kotak dalam dimensi sosial dan keagamaan, tidak saling menyalahkan, akan tetapi saling merangkul, saling mengisi, dan saling memperbaiki.

Sementara itu, Sekretaris Dinas (Sekdis) Syariat Islam Aceh, Muhibuthibiri, mengharapkan, setelah penandatanganan MoU ini semua pihak dapat berkolaborasi di lapangan. Banyak sekali masalah di lapangan yang butuh kerja sama semua pihak untuk memperbaikinya.

“Masalah pendidikan dan syariat Islam ini tanggungjawab kita bersama. Dinas punya tupoksi berbeda, karenanya harus berkolaborasi di lapangan. Pemerintah, ulama melalui MPU, tanggung jawab orang tua akan pengawasan terhadap anak-anaknya, begitu juga tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan sosialnya,” jelasnya.

Ketua DPP ISAD Aceh juga menyampaikan hal senada. Permasalahan dunia pendidikan dan syariat Islam di Aceh tanggung jawab bersama.

Ia mengapresiasi Dinas Pendidikan Aceh dan Dinas Syariat Islam yang bersedia menandatangani MoU dengan ISAD Aceh. Dalam MoU tersebut ISAD menekankan agar kurikulum pendidikan di Aceh mengandung materi khusus tentang syariat Islam, serta tuntas membaca Alquran bagi kalangan pelajar.

IKAD dan Disdik Aceh sepakat segera mengadakan pembekalan materi khusus kepada guru untuk menangkal radikalisme dalam dunia pendidikan.

“Berdasarkan hasil survei, ada sekitar 60 persen lebih anak didik kita tidak tuntas dalam membaca Alquran, dan ini menjadi salah satu problem,” paparnya.

Sekjen ISAD Aceh, Dr. Teuku Zulkhairi, M.A, menambahkan, ISAD sangat mendukung bila gagasan tuntas membaca Alquran bagi kalangan pelajar ini diterapkan. Pihaknya menyambut baik gagasan Disdik Aceh yang ingin menjadikan sekolah sebagai lokomotif syariat Islam.

“Semoga ini menjadi titik awal dalam kemajuan pendidikan Aceh, tidak hanya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi juga siswa Aceh punya bekal iman dan taqwa yang menjadi harapan semua masyarakat Aceh.

ISAD sendiri siap berkolaborasi dalam menyukseskan ini baik dalam bentuk ide-ide maupun keterlibatan langsung di lapangan,” tuturnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *