Yayasan Geutanyoe Gelar Penguatan Panglima Laot

"Perwakilan Panglima Laot, perwakilan nelayan dari lima kabupaten Kota yaitu Banda Aceh, Aceh Besar, Bireuen, Aceh Utara, dan Aceh Timur, serta TNI AL, Polisi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Palang Merah Indonesia (PMI) 18-20 Januari di Banda Aceh berfoto bersama usai mengikuti pelatihan."

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Yayasan Geutanyoe melakukan kegiatan peningkatan kapasitas bagi perwakilan Panglima Laot, perwakilan nelayan dari lima kabupaten Kota yaitu Banda Aceh, Aceh Besar, Bireuen, Aceh Utara, dan Aceh Timur, serta TNI AL, Polisi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Palang Merah Indonesia (PMI) 18-20 Januari di Banda Aceh. Kegiatan ini dilaksanakan guna meningkatkan kemampuan panglima laot dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan hukum adat laot serta aturan hukum nasional maupun aturan international.

banner 72x960

Dua materi utama pelatihan yakni peningkatan kemampuan melakukan pertolongan laut dan peningkatan kapasitas kelembagaan Panglima Laot. Pemateri dari kegiatan pelatihan SAR laut dari BASARNAS Kantor Banda Aceh dan POLAIRUD. Sedangkan untuk penguatan kelembagaan panglima laot, disampaikan oleh Panglima Laot Aceh. Sementara peserta kegiatan mencakup

Ketua Yayasan Geutanyoe Al Fadhil, dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan pelatihan dan penguatan kapasitas kelembagaan ini merupakan bagian dari kerja sama yang telah terjalin sangat baik selama ini antara Yayasan Geutanyoe dengan Panglima Laot. Kegiatan tersebut jugad menjadi wadah silaturrahmi serta upaya peningkatan kapasitas panglima laot dengan saling berbagi pengalaman, masukan serta diskusi untuk menjalankan perannya dengan baik sebagai garda terdepan dilaut.

“Secara geografis Aceh berada di garis Pantai Samudra Hindia sebagai jalur tersibuk pelayaran international, maka sudah seyogianya para Panglima Laot memiliki kemampuan mumpuni untuk memastikan daerah laut Aceh aman dari berbagai macam bentuk ancaman, bahaya dan juga memberikan rasa aman bagi para nelayan yang sedang melakukan aktivitas dilaut,” pungkasnya.

Lanjutnya, apabila terjadi peristiwa kecelakaan dilaut para nelayan memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan evakuasi dan pertolongan.

Dalam materi pelatihan juga ada materi simulasi bencana untuk mengukur kemampuan dan kapasitas Panglima Laot dalam menangani potensi terjadi sesuatu peristiwa. Selanjutnya perlu disepakati bersama jalur koordinasi yang baik dan jelas antar instansi sehingga tidak terjadi overlapping dalam pelaksanaan aksi sehingga lebih tidak efektif dan efesien.

Panglima Laot Aceh, Miftachuddin Cut Adek dalam pemaparannya menjelaskan sejarah lahirnya Panglima Laot, dasar hukum serta tantangan yang dihadapi panglima laot saat ini. Secara kelembagaan Panglima Laot perlu terus memperkuat diri, menghadapi berbagai macam tantangan.

“Secara organisasi Panglima Laot perlu legitimasi hukum sehingga bisa menyesuaikan dengan tupoksi. Selain itu ,faktor fasilitas pendukung dan kemampuan secara pendanaan bagi Panglima Laot untuk bisa lebih berdaya dan jaya di laut,” tutupnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *