Wisata Sejarah Taman Putro Phang, Kisah Cinta Sultan Iskandar Muda

Mukhsin Rizal, S.Hum., M.Ag., M.Si.

Oleh: Mukhsin Rizal, S.Hum., M.Ag., M.Si.

banner 72x960

Taman Putroe Phang merupakan taman peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam, taman ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) untuk permaisurinya, Putroe Phang yang berasal dari Negeri Pahang, Malaysia.

Putri Kamaliah atau yang dikenal dengan Putroe Phang adalah anak raja pahang yang dipersunting oleh Sultan Iskandar muda. Putri Kamaliah dikenal pandai dan bijaksana, bahkan sang Putri pernah menjadi penasehat Sultan Iskandar Muda. Kisah cinta dan kasih sayang Putri Kamaliah dan Sultan Iskandar Muda di buktikan dengan terbangunnya tempat bermain dan mandi putroe yang begitu indah kala itu.

Dalam cacatan Kitab Bustanussalatin yang ditulis oleh Syeikh Nurrudin Ar-Raniri pada tahun 1047 H atau 1637 M dan menjadi satu kitab bukti sejarah adanya Kerajaan Aceh. Diceritakan bahwasanya pada taman raja dan ratu tersebut terdapat ratusan jenis bunga yang sangat indah yang berjejer sepanjang Sungai Aceh menuju ke Istana Darud Dunia.

Cerita lain menyebutkan bahwa awal mula dibangunnya Taman Putroe Phang, karena sang putroe selalu bersedih dan rindu akan kampung halamannya yang jauh di sana. Suatu waktu raja bertanya kepada putroe, wahai putroe apa gerangan dirimu bersedih, lalu putroe menjawab wahai sultan, saya rindu akan kampung halaman, izinkan saya untuk kembali ke pahang.

Lalu Sultan berinisiatif memerintahkan petugas kerajaan untuk membangun miniatur tanam yang dapat mengobati rasa rindu sang putri. Maka di bangunlah taman untuk permaisuri yang kemudian di beri nama dengan taman putroe Phang.

Adapun Lokasi Taman Putroe Phang, saat ini berada di Gampong Sukaramai, Baiturrahman, Kota Banda Aceh, sekitar 800 meter dari Masjid Raya Baiturahman, dulunya daerah tersebut merupakan bagian dari kawasan Istana Darud Dunia (Istana Raja Kerajaan Aceh Darussalam).

Taman Putro Phang merupakan bagian kecil dari keseluruhan taman yang dikisahkan dalam Bustanussalatin (Taman Raja-raja).

Admiral de Beaulieu pada tahun 1621 M datang ke Aceh, dia menceritakan tentang taman Bustanussalatin dengan berbagai jenis bunga, buah, sayur-sayuran, kolam dan jalan-jalan yang dibangun untuk menghibur istri sultan yang diperluas kembali pada 1636 M, yang pada saat itu diberi nama Taman Ghairah. Taman tersebut merupakan bukti cinta Sultan Iskandar Muda kepada permaisuri yang teramat dicintainya.

Diceritakan pula bahwa kesibukan Sultan Iskandar Muda yang teramat banyak, membuat sang permaisuri terkadang merasa kesepian dan rindu kampung halaman sebagaimana penulis ceritakan di atas.

Taman Putroe Phang menjadi tempat favorit bagi sang permaisuri untuk menghabiskan waktu sembari menunggu sang sultan.

Destinasi Wisata

Keindahan taman ini terus dilestarikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Taman putroe Phang juga merupakan bagian dari destinasi wisata di Kota Banda Aceh.

Jika Anda berkunjung ke banda Aceh, kami menyarankan anda untuk dapat menyisihkan waktu untuk datang ke taman Putroe Phang. ketika berkunjung kesana anda akan disuguhi dengan keindahan taman dan rasa sejuk karena di sana banyak pohon rindang yang tumbuh.

Selain itu keberadaan Taman Putroe Phang berada di pusara Kota Banda Aceh yang bersisian dengan Pendopo Gubernur Aceh, Gunongan, Museum Tsunami, dan Taman Budaya.

Saat masuk kedalam untuk berkeliling taman, Anda dapat membayangkan kisah cinta seorang sultan Aceh kepada istrinya. Pastinya rasa cintanya begitu besar hingga sultan membangun sebuah taman indah lagi megah tersebut.

Anda dapat bermajinasi, bagaimana kehidupan kerajaan tempoe dulu, tentunya Anda dapat membayangkan bagaimana dulunya putroe Phang bersama para dayang-dayangnya menghabiskan waktu ditempat tersebut.

Sungguh sangat menyenangkan karena anda dapat masuk ke taman tersebut sekarang ini. Karena jika Anda hidup di masa Sultan, tentunya untuk masuk ke sana tidak semudah sekarang, karena pada masa kerajaan Aceh Darussalam tempat tersebut hanya diperuntukkan untuk para petinggi Kerajaan Aceh.

Sebagai gerbang penghubung antara istana kerajaan dengan taman Putroe Phang, di dalam taman terdapat Pintoe Khop yang kini menjadi monumen. Pintoe Khop berdiri tegak dengan warna putih, memiliki bentuk yang unik dan menarik. Monumen pinto khop dikelilingi dengan sedikit halaman yang mengitari membentuk lingkaran, bagaikan mengapung diatas sungai.

Untuk memasuki Pinto Khop, kita harus sedikit menundukkan kepala, karena ukurannya yang memang agak rendah, dulunya pintu ini hanya diperbolehkan untuk para bangsawan. Taman putroe Phang menjadi saksi sejarah bagaimana dinamika sosial politik Aceh dan kisah cinta Sultan Iskandar Muda sebagai sultan yang sangat Arif lagi perkasa.

Saat ini keberadaan Taman Putroe phang juga menjadi bagian penting dalam meningkatkan angka kunjungan ke Aceh khususnya ke banda Aceh. Nilai tawar wisata Aceh sangat menggiurkan apalagi jika tempat-tempat wisata Aceh dapat bercerita tentang sejarah, kondisi budaya dan sosial masyarakat. Sebagaimana penulis pernah nukilkan tentang etitas budaya sebagai nilai tambah didunia pariwisata, maka peran literasi sejarah juga tidak kalah penting dalam memukau para pengunjung yang ingin menikmati alam, budaya dan sejarah sosial politik masyarakatnya. []

Sisi pariwisata tidak dapat dipisahkan dari sejarah, budaya dan sosial politik. Maka oleh sebab itu penguatan pengembangan pariwisata tidak boleh menghilangkan nilai sejarah, budaya, dan sosial politik masyarakatnya.

Sejarah Sultan Iskandar Muda begitu terkenal di Aceh, Nusantara bahkan dunia, sebagai bentuk pengingat Penamaan bandara Sultan Iskandar Muda, Kodam Iskandar muda merupakan bukti kongkrit pemerintah mengakui keberadaan sultan yang mampu menyatukan sebagian besar wilayah Nusantara dan sebagian Asia Tenggara.

Sejarah Aceh dari waktu ke waktu menjadi motivasi tersendiri bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Aceh. Tidak hanya itu, sisi keromantisan dan kisah cinta para raja di Aceh sangat menarik untuk di nikmati apalagi saat berkunjung ketempat dimana kisah cinta terjadi.

Waallahu a’lam bishawaf.

Komentar Facebook