Wacana Sertifikat Vaksin Jadi Syarat Bepergian, IDI: Hati-hati

Kartu vaksinasi Covid-19. (Foto: Eko Deni Saputra/Theacehpost.com)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban menanggapi wacana sertifikat vaksin Covid-19 digunakan sebagai syarat bepergian ke luar kota atau naik transportasi publik seperti pesawat.

banner 72x960

Zubairi mengimbau pemerintah untuk berhati-hati dalam memutuskan wacana itu.

“Ini wacana menarik. Bayangan saya, calon penumpang pesawat harus menunjukkan sertifikat vaksin pada bagian kontrol dan tak ada lagi testing atau karantina pada saat kedatangan. Padahal, kita belum tahu, sejauh mana vaksin mencegah penerimanya untuk menularkan virus korona,” kata Zubairi dalam akun Twitter resminya seperti dikutip pada Kamis, 18 Maret 2021.

Sebelum diputuskan kebijakan ini, Zubairi meminta tinjauan atas kapan seseorang terlindungi dari infeksi setelah divaksinasi.

Menurut perkiraannya, kekebalan atas Covid-19 baru muncul sebulan pascavaksinasi. Oleh karena itu, ia meminta perhitungan cermat jika wacana sertifikat vaksin jadi syarat bepergian direalisasikan.

“Amannya, ya dua bulan setelah divaksin yang pertama atau minimal dua minggu setelah vaksin yang kedua baru si penerima vaksin cukup terlindungi dari Covid-19,” ujar Zubairi.

Zubairi menekankan belum ada kepastian apakah penerima vaksin tidak menularkan virus ke orang orang. Sebab walau tubuhnya terlindungi dan kebal, tapi di sekitar mulut dan hidung, beberapa ahli menduga, masih ada virus yang bisa menular ke orang lain.

“Artinya prokes harus tetap dianut. Kenapa prokes tetap dianut? Karena masih ada kemungkinan-kemungkinan penularan,” ucap Zubairi.

Zubairi mencontohkan, virus korona Afrika Selatan berpeluang menginfeksi orang yang telah divaksinasi Astrazeneca.

Vaksin ini, lanjut Zubairi, terbukti tidak bisa melindungi varian dari Afrika Selatan. Sehingga ia menyarankan penerbangan pesawat dari Indonesia ke Afsel atau sebaliknya, harus lebih diperhatikan.

“Sebab, kalau pakai sertifikat vaksin Astrazeneca ya jadi tidak ampuh. Beda kalau Sinovac. Vaksin ini justru terbukti bisa melawan varian asal Inggris dan Afrika Selatan,” katanya.

Terakhir, Zubairi mengimbau masyarakat bahwa virus korona tetap bisa menular ketika seseorang tidak sakit atau bahkan tidak tahu sedang mengidapnya. Kondisi ini dikenal sebagai transmisi asimtomatik.

“Nah, vaksin membantu mengatasi masalah ini. Mencegah Anda menjadi sakit parah jika Anda tertular Covid-19, sehingga tidak membebani sistem kesehatan,” ucapnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pernah mewacanakan pemberian sertifikat kesehatan digital bagi masyarakat yang memperoleh vaksin Covid-19.

Menkes mengatakan, sertifikat digital tersebut bisa digunakan sebagai syarat bepergian tanpa harus melakukan uji usap. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *