Upacara di Lhokseumawe, Tgk Ni Serukan Kawal Kekhususan Aceh
Theacehpost.com | LHOKSEUMAWE – Bendera bintang bulan berkibar dalam upacara milad ke-45 Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Kota Lhokseumawe, Sabtu pagi, 4 Desember 2021.
Upacara ini berlangsung di halaman Masjid Jamik At-Tahrir Kandang, Desa Meunasah Manyang, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe.
Informasi yang diperoleh Theacehpost.com, upacara yang digelar organisasi mantan kombatan GAM, Komite Peralihan Aceh (KPA) ini juga dirangkai dengan doa bersama dan santunan anak yatim.
Pengibaran bendera bintang bulan dilakukan oleh tiga orang pengerek bendera, yang semuanya mengenakan pakaian putih. Saat detik-detik bendera berwarna merah dominan itu dinaikkan ke tiang, ratusan orang yang hadir memberi hormat. Pengibarannya lalu diiringi lantunan azan.
Setelah pengibaran bendera, petinggi KPA menyampaikan amanat upacara. Berikutnya, doa bersama dan santunan anak yatim digelar di dalam masjid. Dalam beberapa gambar yang diperoleh Theacehpost.com, sejumlah aparat polisi dan TNI tampak berjaga-jaga di lokasi.
Gerakan Aceh Merdeka dideklarasikan oleh almarhum Teungku Hasan Muhammad di Tiro pada 4 Desember 1976 di Tiro, Kabupaten Pidie. Cicit Pahlawan Aceh Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman itu ingin memisahkan Aceh dari Indonesia.
Setelah deklarasi itu dan hari-hari berikutnya, hingga hampir tiga dekade kemudian, konflik bersenjata melanda Aceh. Perang berakhir setelah GAM dan Indonesia berdamai di meja perundingan di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005. Nota kesepahaman yang ditandatangani itu kini dikenal MoU Helsinki.
GAM pun bubar. Mantan kombatan lalu bernaung dalam Komite Peralihan Aceh. Sementara saban tanggal 4 Desember, ingatan tentang GAM selalu hidup dan dikenang sebagai bagian dari sejarah panjang perjuangan Aceh.
Proses pengibaran bendera bintang bulan, dihadiri langsung oleh Ketua Mualimin, Tgk Zulkarnaini bin Hamzah alias Tgk Ni. Dalam sambutannya, Tgk Ni menceritakan sejarah lahirnya perjuangan GAM.
“GAM ini lahir bukan tanpa kisah atau hayalan belaka. Tapi murni lahir dalam memperjuangkan marwah rakyat Aceh akibat adanya ketidakadilan pemerintah pusat, ” kata Tgk Ni.
Menurutnya, banyak rakyat Aceh mulai dari ulama, cendikiawan hingga tokoh-tokoh masyarakat telah menjadi para syuhada di balik proses panjang sejarah perjuangan GAM.
“Pasca MoU Helsinki, maka tugas semua rakyat Aceh masih sama, yakni bersama-sama memperjuangkan segala kekhususan Aceh,” pungkasnya. []