Turunkan Stunting, Dinkes Aceh Selatan Lakukan Intervensi Cepat Serta Bekali Kader Posyandu

Dinas Kesehatan saat menggelar kegiatan workshop kader Posyandu di Aceh Selatan. [Foto: Istimewa]

THEACEHPOST.COM | Tapaktuan – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Aceh Selatan menerapkan audit kasus serta melaksanakan langkah-langkah intervensi cepat untuk menurunkan angka stunting di wilayah Kabupaten Aceh Selatan.

banner 72x960

Plt Kadinkes Aceh Selatan Yuhelmi melalui Ketua Tim Promosi Kesehatan dan Gizi Dinas Kesehatan Aceh Selatan, Surya Dharma SKM, menjelaskan bahwa setiap kasus stunting yang ditemukan segera diaudit dan diintervensi tanpa menunggu waktu lama.

“Begitu ada laporan stunting atau gizi buruk, kami langsung mengambil langkah cepat untuk menangani masalah tersebut,” ujar Surya dalam siaran pers yang diterima Theacehpost.com, Rabu (23/10/2024).

Surya menjelaskan salah satu cara pencegahan stunting yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan melalui kegiatan workshop Kader Posyandu Sebagai upaya pencegahan. Dalam hal ini Dinkes Aceh Selatan telah melaksanakan kegiatan  pelatihan dan workshop bagi kader Posyandu yang tersebar di 325 Posyandu di seluruh Aceh Selatan.

“Adapun kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para kader dalam mendeteksi masalah gizi serta memberikan pelayanan kesehatan bagi balita dan ibu hamil,”jelasnya.

Kegiatan pelatihan ini sangat penting agar para kader Posyandu di setiap wilayah dapat membantu dalam pemantauan tumbuh kembang anak dan intervensi dini.

Selain audit cepat, intervensi gizi spesifik juga menjadi langkah utama dalam penanganan kasus stunting.

“Selain itu Dinas Kesehatan Aceh Selatan juga memastikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita dengan gizi kurang serta ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK). PMT yang didistribusikan melalui puskesmas berasal dari olahan pangan lokal dan pendistribusiannya sudah terdokumentasi dengan baik dalam sistem Sigizi Terpadu,”ucapnya.

Dalam hal ini pihak Dinas Kesehatan memastikan seluruh data kasus gizi tercatat secara akurat dalam sistem Sigizi Terpadu agar langkah-langkah intervensi dapat diambil dengan cepat. Hal ini termasuk pelayanan kesehatan bagi seluruh siklus kehidupan, mulai dari remaja dengan pemberian tablet tambah darah, calon pengantin, hingga pelayanan ibu hamil, bayi, dan balita.

Salah satu kendala terbesar di Aceh Selatan adalah rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap. Mengingat antusiasme masyarakat untuk memberikan izin imunisasi kepada anak-anak mereka masih rendah, dan ini menjadi tantangan serius dalam upaya pencegahan stunting.

Selain itu, pergantian kader Posyandu juga menjadi persoalan karena data gizi dan pelayanan di desa sangat bergantung pada kader Posyandu.Namun pergantian kader seringkali membuat pelatihan yang telah diberikan harus diulang dari nol kembali.

“Kita berharap agar masa kerja kader Posyandu dapat lebih teratur, sehingga kader yang sudah dilatih tidak diganti terlalu cepat. Dinas Kesehatan juga telah mendistribusikan alat pengukuran antropometri yang terstandar dari Kementerian Kesehatan ke seluruh Puskesmas dan Posyandu,”ungkapnya.

Adapun fungsi alat antropometri ini untuk memastikan akurasi dalam pemantauan tumbuh kembang anak serta mendeteksi kasus stunting lebih dini. Dinas Kesehatan Aceh Selatan juga telah berkoordinasi dengan Lintas Sektor serta Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Aceh Selatan untuk melakukan rembuk stunting di setiap desa di 18 kecamatan yang ada.

Upaya ini diharapkan dapat mendorong peran aktif masyarakat dalam pencegahan stunting, terutama bagi keluarga yang berisiko tinggi. Dengan berbagai langkah strategis ini, Dinas Kesehatan Aceh Selatan optimis angka stunting di wilayahnya dapat terus ditekan.

“Kami akan terus berupaya agar tidak ada kasus stunting baru dan memastikan bahwa setiap keluarga yang berisiko stunting mendapatkan intervensi yang tepat dan cepat,” ujarnya.

Sementara Angka stunting di wilayah Kabupaten Selatan pada tahun 2022 mencapai 828. Pada tahun 2023 turun menjadi 617. Pada tahun 2023 terus turun menjadi 419 dari 17.175 orang balita

“Edukasi Pentingnya MP-ASI dan Pemantauan Perkembangan Anak Selain intervensi PMT, Dinas Kesehatan Aceh Selatan juga mengajak para orang tua untuk memperhatikan pola asuh dan nutrisi anak dengan memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang kaya protein hewani. Seperti daging, ikan, dan telur sangat penting untuk mendukung pertumbuhan optimal anak,” tegas Surya.

Serta pentingnya pemantauan rutin terhadap pertumbuhan anak juga menjadi fokus utama. Orang tua diajak untuk lebih aktif dalam mengawasi perkembangan anak dan segera berkonsultasi ke puskesmas jika ada tanda-tanda masalah pertumbuhan.

“Jika berat badan anak tidak naik, segera periksa ke dokter di puskesmas untuk penanganan lebih lanjut,” tambahnya.

Surya juga menjelaskan beberapa langkah pencegahan stunting yang dapat dilakukan oleh orang tua yaitu, Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan anak. Memberikan MP-ASI yang kaya akan nutrisi, terutama protein hewani. Rutin memeriksakan perkembangan, pertumbuhan, dan status gizi anak ke dokter atau puskesmas.

Dan melengkapi imunisasi wajib dan tambahan sesuai jadwal yang ditentukan. Memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan usia bayi untuk mendukung perkembangan kognitif dan motorik. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar tetap sehat.

“Segera membawa bayi ke rumah sakit atau dokter jika mengalami sakit. Dengan penerapan langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan anak sejak dini, sehingga angka stunting dapat terus ditekan,” tutupnya. (Yurisman)

Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News dan saluran WhatsApp

Komentar Facebook