Tim Prodi SKI Lakukan Pemeliharaan Situs di Barus dan Subulussalam
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Satu tim dari Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam (Prodi SKI) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Ar-Raniry Banda Aceh melakukan kegiatan pemeliharaan situs yang tersebar di Barus, Tapanuli Tengah dan Kota Subulussalam.
Kegiatan pemeliharaan situs tersebut berlangsung pada 16–20 Maret 2021 melibatkan 12 dosen dan mahasiswa.
Para dosen yang terlibat memiliki latar belakang disiplin ilmu yang berbeda, yaitu arkeolog, filolog, antropolog, dan sejarawan.
Ketua Prodi SKI, Sanusi Ismail, M.Hum mengatakan, kegiatan ini bertujuan melestarikan situs-situs arkeologi Islam agar tetap terawat dengan baik sehingga menjadi warisan sejarah dan peradaban bagi generasi mendatang.
Ditambahkannya, serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan situs tersebut berupa pembersihan, perawatan, dan pencatatan meliputi pemetaan, fotografi, dan identifikasi situs arkeologi Islam.
Kegiatan di Barus Tapanuli Tengah difokuskan pada kompleks Makam Papan Tinggi, Mahligai, Tuan Machdum, dan Makam Tuan Ibrahimsyah.
Berdasarkan kajian di lapangan ditemukan fakta bahwa semua situs dalam kondisi perawatan yang baik. Indikasinya adalah kondisi situs dalam keadaan bersih dan tertata rapi.
Kondisi ini jauh berbeda dengan situs yang terdapat dalam kompleks Makam Raja Binanga di Kampung Binanga, Kecamatan Rundeng, Subulussalam. Tim Prodi SKI menemukan 81 batu nisan yang berada dalam satu bangunan beratap.
Menurut arkeolog Prodi SKI, Amir Husni, MA, batu-batu nisan tersebut diperkirakan berasal dari akhir abad ke 17 atau awal abad ke 18 M.
Menurut Amir Husni, kondisi situs ini sungguh memprihatinkan. Tidak ada tanda-tanda pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan pihak terkait.
Kompleks makam tertlihat menyemak, kotoran binatang di atas batu nisan, plafon bangunan kompleks yang sebagiannya sudah runtuh, dan batu nisan yang berserakan atau tidak tertata rapi.
Yang juga patut disayangkan adalah sebagian batu nisan ada yang telah diwarnai sehingga mengurangi orisinalitas dan berpotensi menimbulkan kerusakan.
Menyikapi kondisi ini, salah seorang dosen antropologi FAH yang ikut serta dalam kegiatan itu, Dr. Bustami Abubakar, M.Hum, mengimbau Pemerintah Kota Subulussalam untuk mengusulkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh agar kawasan situs Makam Raja Binanga ditetapkan sebagai situs cagar budaya. Hal ini bertujuan agar situs tersebut terlindungi dan terawat dengan baik.
“Situs itu memiliki nilai sejarah yang penting dan menjadi bukti dan simbol kejayaan Islam di Subulussalam pada masa lalu,” kata Bustami. []