Teknologi Bata Interlock dari USK, Perpaduan Kekuatan dan Daya Tarik

Tim Pengabdi dari USK bersama mahasiswa ketika berada di industri kecil milik Amrizal Abdullah, Gampong Rukoh, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh dalam kaitan memperkenalkan teknologi bata interlock, Minggu, 28 Agustus 2022.(Dok USK)

TIM Pengabdi Universitas Syiah Kuala (USK) melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Produk (PKMBP) di bawah pengelolaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) USK Tahun 2022 telah melaksanakan pelatihan pencetakan bata interlock pada dua industri kecil yang memproduksi material bangunan di Kota Banda Aceh, yaitu di Rukoh, Kecamatan Syiah Kuala dan Lamteh, Kecamatan Ulee Kareng. Lalu, apa dan bagaimana teknologi bata interlock tersebut, berikut laporan yang dirangkum Theacehpost.com berdasarkan informasi yang dikirim mahasiswa USK.

banner 72x960

 

Melalui inovasi alat pencetak bata interlock, maka industri kecil ini telah memproduksi material dinding model bata yang disebut interlock.

Dikatakan interlock karena metode pelaksanannya terkait atau terkunci antara batu satu dan batu lain yang ada di atasnya karena mempunyai pasak betina dan jantan.

Bentuk batanya menarik, tidak perlu diplester dan dicat. Metode pemasangannya juga sangat gampang, tak perlu tenaga kerja khusus.

Menurut Ketua Tim Kegiatan, Dr. Yulia Hayati., ST., M.Eng, inovasi alat pencetak dan material pencampurannya telah diuji di Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik USK melalui beberapa penelitian sejak 2017 sampai sekarang.

“Sudah seharusnya industri kecil di Kota Banda Aceh  ini mengembangkan material bata interlock yang ramah lingkungan, efektif serta efisien dalam pemasangan. Yang terpenting lagi produknya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,” kata Yulia didampingi anggota tim, Sabri., ST., MT dan Cut Sprilia, SE., M.Interbuss.

Yulia menjelaskan, material bata interlock termasuk dalam bata beton berlubang karena campurannya terdiri dari semen, tanah, pasir, dan air. Bila ditambahkan tanah maka dapat menggunakan tanah diatomae, pozzolan atau jenis tanah liat. Untuk saat ini akan diproduksi dua klasifikasi mutu, yaitu tingkat mutu II dan III.

Diharapkan inovasi alat dan bahan pencampuran bata interlock dapat diaplikasikan pada industri kecil di Kota Banda Aceh dan menjadi inspirasi bagi peneliti lainnya untuk menciptakan alat TTG yang dapat terjangkau oleh industri kecil.

Sudah ada peminat

Amrizal Abdullah selaku pemilik industri kecil di Gampong Rukoh mengatakan, dengan adanya kegiatan ini bisa menambah pengetahuan pelaku usaha tentang perkembangan material dinding seperti bata interlock.

Bata interlock yang sudah diproduksi di tempat usaha Amrizal Abdullah sudah ada peminat dari beberapa konsumen yang datang ke perusahaannya.

“Produk ini akan kami pasarkan bila produksi sudah stabil. Dengan adanya alat produksi dan hasil yang telah melalui uji di laboratorium oleh tim USK, kami tidak ragu lagi untuk memproduksi bata interlock,” ujar Amrizal.

Terkait pemasaran, sebagaimana dikatakan Dr. Yulia dari USK, akan dilaksanakan bila industri yang dibina ini telah terampil dalam mengoperasikan alat dan pencampuran material bata interlock.

Pemasaran akan dilakukan pada industri kecil pimpinan Amrizal Abdullah di Gampong Rukoh dan Saiful Bahri AH di Gampong Lamteh, termasuk melalui media online.[]

 

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *