Tak Ada yang Salah dengan eSports; “Menanggapi Opini Teuku Farhan”
Oleh: Muhammad Irfan*)
MEMBACA opini Direktur Masyarakat Informasi dan Teknologi (MIT) Foundation, Teuku Farhan tentang eSport di rubrik Opini Theacehpost.com, saya pikir perlu diluruskan agar tidak menyesatkan dan memunculkan polemik berkepanjangan di masyarakat.
Saya selaku Ketua Indonesia eSports Association (IESPA) Aceh yang merupakan organisasi resmi perkumpulan olahraga elektronik di Indonesia sangat menyayangkan jalan pikiran Teuku Farhan yang masih saja memperdebatkan eSports yang sudah diakui di Indonesia bahkan dunia. Esports sudah diakui sebagai olahraga dan terdaftar di Kemenpora.
Opini terkait: E-Sports PUBG Haram, Mengapa Kodam IM Masih Menggelarnya?
Agar tidak memunculkan perdebatan panjang dan kebingungan umat, saya berharap pemerintah, akademisi dan MPU untuk menjadi penengah dan memberi masukan positif untuk mencari solusi bersama terkait masa depan para atlet eSports di Aceh.
Sekarang ini bukan saatnya kita memperdebatkan eSports yang sudah diakui di Indonesia bahkan dunia. Esports sudah diakui sebagai olahraga dan terdaftar di Kemenpora.
IESPA sebagai organisasi resmi perkumpulan olahraga elektronik di Indonesia wajib meluruskan apa yang disampaikan Teuku Farhan dalam opininya dengan menyebut eSport mengandung banyak konten kekerasan, adegan yang mirip seperti perilaku teroris. Game online ini, menurut Teuku Farhan rentan akan kecanduan game yang masuk dalam klasifikasi gangguan mental World Health Organization.
Kemudian, apa yang dikatakan Teuku Farhan bahwa untuk menjadi “atlet profesional” game online ini harus berlatih lebih dari 10 jam sehari dan hal ini sangat merusak produktifitas generasi muda ke depan, ini juga tidak benar.
Atlet eSports termasuk PUBG memiliki jam latihan yang terkontrol dan dibatasi. Jam latihan untuk atlet eSports dibatasi layaknya cabang olahraga (cabor) profesional lainnya.
Kami mencetak atlet-atlet profesional dan jangan disamakan dengan pemain eSports sepert di warung–warung kopi yang tidak ada aturan dan terkesan buang-buang waktu.
Saya sebagai Ketua IESPA Aceh mewakili teman-teman atlet eSports Aceh mengajak debat terbuka Saudara Farhan terkait statemennya, termasuk sorotannya terhadap turnamen eSports PUBG Mobile Piala Kasad yang akan diselenggarakan oleh Kodam IM.
Menurut kami, Bung Farhan tidak paham itu (eSport) dan tidak akan pernah paham walaupun sudah beberapa kali pertemuan dan debat.
Sangat disayangkan di era modernisasi dan milineal ini dia masih memiliki pemikiran yang sangat dangkal dan primitif. Kami berharap segera disudahi polemik ini.
Sudah saatnya semua pihak di Aceh agar jangan selalu terbelenggu dan tersandera serta terkesan melawan moderenisasi dan perkembangan teknologi yang tidak mungkin dibendung. Semua perkembangan teknologi ada sisi positif dan negatifnya.
Yang perlu kita pikirkan bersama sekarang bagaimana kita cari solusi dan mengedukasi atlet eSports agar benar-benar terlahir menjadi atlet eSports yang profesional dan bisa berlatih layaknya atlet profesional.
Mari kita bersama elemen akademisi, orang tua dan ulama bahu membahu memberi solusi yang tentunya kearah positif dari cabang olahraga ini.
Semua cabang olahraga bisa haram jika tidak dijalankan sesuai aturan. Termasuk juga eSports yang telah diresmikan sebagai salah satu cabang olahraga yang juga memiliki aturan yang harus dipatuhi oleh para atletnya. []
*) Penulis adalah Ketua Indonesia eSports Association (IESPA) Aceh