Sosok Khaidir Abdurrahman, Eks DPR RI yang Turun Gunung untuk Maju Pilkada Aceh Utara
THEACEHPOST.COM | Lhoksukon – Seorang pria bernama Khaidir Abdurrahman menjadi salah satu kandidat yang ikut meramaikan bursa pencalonan untuk menjadi Bupati Aceh Utara dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Khaidir memastikan langkahnya untuk maju konstelasi politik daerah di Aceh Utara melalui jalur partai dengan mendaftar penjaringan Bakal Calon (Bacalon) Kepala Daerah melalui beberapa partai yang telah ia sambangi sebelumnya.
Bahkan Khaidir telah bersilaturahmi dengan kurang lebih 10 partai, baik partai nasional maupun partai lokal, untuk menghimpun kekuatan koalisi besar yang diberi nama Koalisi Aceh Utara Makmur (KAUM) agar bisa mengusungnya dalam pencalonan Bupati Aceh Utara di Pilkada mendatang.
Siapa Khaidir Abdurrahman?
Khaidir Abdurrahman bukanlah sosok asing di mata publik, khususnya bagi masyarakat Aceh Utara. Khaidir merupakan seorang mantan aktivis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang menentang pemekaran Aceh menjadi beberapa provinsi.
Khaidir juga pernah memperjuangkan regulasi turunan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) tentang pembagian sumber daya alam minyak dan gas bumi, 70 persen untuk pemerintah daerah dan 30 persen untuk pemerintah pusat.
Karier politik Khaidir telah dimulai sejak tahun 2009 hingga dengan sekarang. Pada tahun 2009, Khaidir Abdurrahman berhasil mewakili suara Daerah Pemilihan (Dapil) enam yang meliputi Kecamatan Baktiya, Baktiya Barat, Seunuddon dan Jambo Aye untuk menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara.
Selama lima tahun bertugas menjadi penyambung lisan masyarakat Aceh Utara melalui parlemen DPRK, Khaidir meninggalkan jejak monumental berupa sejumlah prestasi signifikan. Diantaranya terkait penganggaran untuk pembangunan Kantor Bupati Aceh Utara baru di kawasan Landing Kecamatan Lhoksukon serta pemindahan Ibukota Aceh Utara dari Lhokseumawe ke Lhoksukon.
Pada tahun 2014, Khaidir Abdurrahman kembali mendapat kepercayaan masyarakat Aceh untuk menjadi penyambung aspirasi publik di parlemen Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Saat itu Khaidir bertugas di Komisi IX yang membidangi tenaga kerja, transmigrasi, kependudukan hingga kesehatan.
Ketika menjabat sebagai anggota DPR RI, Khaidir sangat konsen dengan isu kesehatan masyarakat. Pada satu waktu, Khaidir pernah mengusulkan kepada Pemerintah Indonesia agar membangun rumah sakit permanen untuk jamaah haji Indonesia di Arab Saudi.
Khaidir menilai kebutuhan pelayanan kesehatan jamaah haji Indonesia sifatnya sangat mendesak. Terlebih jika Indonesia memiliki rumah sakit sendiri di Arab Saudi, rumah sakit tersebut dapat terpakai selama musim haji dan umrah.
Jika Indonesia memiliki rumah sakit permanen di Arab Saudi, maka Indonesia juga tidak perlu lagi mengalokasikan dana untuk menyewa gedung guna pelayanan kesehatan di Arab Saudi. Kebijakan itu sekaligus akan membuat iuran haji menjadi lebih murah untuk dijangkau umat muslim se-Indonesia.
Khaidir juga sangat konsen dengan isu ketenagakerjaan, khususnya untuk perlindungan tenaga kerja asal Indonesia di luar negeri. Menurut Khaidir, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berangkat ke luar negeri masih kurang mendapat perlindungan hukum dari negera.
Selain itu, Khaidir Abdurrahman juga pernah aktif sebagai Ketua dari Perwakilan Koordinasi OISCA di Banda Aceh (1995-1997), Ketua Assosiation of Asian Pasifik Agriculture Manajemen Training (OSATO) di Jepang (1997-2000), dan Ketua Persatuan Masyarakat Aceh Serantau (2000-2001).
Sebelum bergelut di kancah politik Khaidir pernah bekerja di berbagai perusahaan, diantaranya sebagai Instruktur di PT PIM (1995-1996), Leader of Production Planning di PT Sanken Indonesia (2000-2004), Project Coordinator di UN FAO (2004-2005) dan DM Program Officer di Japaness Red Cross society (2006-2009).
Selain itu, lelaki yang mengambil pendidikan sarjananya di Universitas Malikussaleh Lhokseumawe (Unimal) ini juga pernah mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Jepang berupa Penghargaan Koordinator Program Anak Asuh.
Turun Gunung untuk Mengabdi di Tanah Kelahiran
Khaidir Abdurrahman bertekad bulat untuk membawa perubahan di Aceh Utara. Pria kelahiran 11 Mei 1971 di Desa Matang Panyang, Aceh Utara, itu memiliki visi segar untuk membawa Kabupaten Aceh Utara menjadi lebih cemerlang lagi ke depan.
Khaidir melihat situasi Aceh Utara dalam beberapa tahun terakhir telah dihimpit oleh banyak persoalan, terutama soal kesenjangan ekonomi masyarakat yang perlu segera dicarikan solusi bersama.
“Aceh Utara ini adalah tanah kelahiran dan tanah kematian saya. Maka dari itu menjadi satu panggilan hati nurani saya, supaya Aceh Utara bisa keluar dari keterpurukan untuk menjadikannya lebih baik lagi ke depan,” ujar Khaidir, saat ditemui Theacehpost.com, di sela-sela pendaftaran penjaringan Bacalon Bupati Aceh Utara di MPP Partai Adil Sejahtera (PAS) Aceh, Banda Aceh, Jumat (24/5/2024).
Menurut Khaidir, Aceh Utara mengalami keterpurukan serius dari sisi pertanian, nelayan dan di berbagai situasi lainnya. Keterpurukan ini diakibatkan oleh kesalahan tata kelola atau salah tafsir dalam membangun kemajuan Aceh Utara.
Untuk itu, ia mengharapkan dukungan dari semua pihak, terutama kepada partai-partai yang ada di Aceh Utara agar bisa mengusungnya sebagai Calon Bupati (Cabup) di Pilkada mendatang.
Kesempatan itu akan ia manfaatkan sebaik mungkin untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam membangun Aceh Utara menjadi lebih baik ke depan.
“Semoga ikhtiar yang kita lakukan ini mendapat dukungan dari semua pihak untuk mengembalikan kejayaan Aceh Utara. Semoga!” pungkasnya. (Akhyar)