Sinergi untuk Santripreneur

HIPSI Aceh berkolaborasi dengan BSI Aceh mengadakan Gelar Wicara Santripreneur di Gedung Landmark BSI Aceh. [Foto: The Aceh Post]

THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) Aceh mengadakan gelar wicara santripreneur dengan tema “potensi santripreneur menuju kemandirian ekonomi Aceh” sekaligus silaturahmi bersama ulama dan buka puasa bersama para santri di Gedung Landmark BSI Aceh, Banda Aceh, Selasa (25/3/2025).

banner 72x960

Kegiatan ini melibatkan kolaborasi dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) Aceh. Kolaborasi dengan BSI Aceh selaku perbankan syariah yang gemar melahirkan bibit-bibit wirausaha muda ini menunjukkan adanya dukungan yang luas terhadap upaya untuk pengembangan kewirausahaan di lingkungan dayah.

Dalam kegiatan ini, HIPSI Aceh mengundang para pakar yang kompeten dan masing-masing dari narasumber ini memaparkan materi kewirausahaan santri dayah.

Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), H Ilmiza Sa’aduddin Djamal MBA mengatakan, santri memiliki potensi besar untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses setelah menyelesaikan pendidikan mereka di dayah atau pesantren.

Menurutnya, para santri memiliki kesempatan emas untuk menempa skill wirausaha di dayah yang nantinya akan menjadi bekal berharga di masa depan.

Ilmiza mengatakan, berdasarkan data per 16 Oktober 2024, jumlah dayah yang terdata di Aceh sebanyak 1.854. Angka ini terus bertambah seiring dengan volume pengajuan izin pendirian dayah di Provinsi Aceh.

“Saya pikir, jika kita berhasil mewujudkan ‘satu dayah, satu santripreneur’, maka akan terlahir 1.854 santripreneur di Provinsi Aceh. Ini adalah peluang besar yang akan membawa dampak untuk kemajuan ekonomi Aceh ke depannya,” ujar Ilmiza.

Ketua Komisi VII DPR Aceh, H Ilmiza Sa’aduddin Djamal MBA, mengisi materi kajian santripreneur yang digelar oleh HIPSI Aceh dan berkolaborasi dengan BSI Aceh. [Foto: The Aceh Post]

Lebih lanjut, Ilmiza mengatakan bahwa inti untuk mengembangkan potensi kewirausahaan di kalangan santri membutuhkan pembekalan yang komprehensif. Pembekalan ini tidak hanya berupa transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan penyediaan pengalaman praktis.

Untuk itu, dirinya mendorong Pemerintah Aceh agar mendukung segala upaya pengembangan potensi kewirausahaan di kalangan santri dayah.

Menurutnya, proses perizinan usaha bagi santripreneur juga harus dipermudah, karena apabila birokrasinya rumit dan prosesnya memakan waktu lama, maka dapat mematahkan semangat dan menghambat niat baik para santri untuk memulai usaha.

Sementara itu, Pakar Ekonomi yang juga Rektor Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) Bireuen, Prof Dr Apridar SE MSi, mendorong para santri dayah untuk tidak takut memulai usaha. Ajakannya itu memiliki bobot tersendiri dan dapat memberikan motivasi besar bagi para santri untuk berani melangkah ke dunia kewirausahaan.

Menurutnya, rasa takut untuk memulai usaha seringkali menjadi hambatan bagi banyak orang, termasuk para santri. Ajakan untuk “tidak takut” secara langsung mengatasi mental block dan mendorong keberanian para santri untuk berani mencoba.

“Allah bisa mengangkat derajat ekonomi kita. Kesuksesan itu jika kita renungi semuanya datang dengan izin Allah Swt. Kita boleh berbisnis, bisnis yang sejalan dengan syariat Islam. Jadi kenapa kita harus takut untuk memulainya? Rasulullah sudah mencontohkannya kepada kita,” ujar Prof Apridar.

Pakar Ekonomi yang juga Rektor UNIKI, Prof Dr Apridar SE MSi, mengisi materi kajian santripreneur yang digelar oleh HIPSI Aceh dan berkolaborasi dengan BSI Aceh. [Foto: The Aceh Post]

Prof Apridar mengatakan, ajaran Islam menekankan pentingnya berbuat yang terbaik dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam berwirausaha. Korelasinya dengan konsep santripreneur sangat kuat dan menjadi landasan etika yang kokoh.

Menurutnya, semangat santripreneur yang dilandasi oleh ajaran Islam tentang berbuat yang terbaik akan menghasilkan para wirausahawan yang tidak hanya sukses secara finansial, tetapi juga memiliki integritas, kualitas dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Ini adalah perpaduan yang ideal antara nilai-nilai spiritual dan praktik bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Para santripreneur yang mengamalkan prinsip ini akan menjadi teladan bagi masyarakat dalam berwirausaha yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Di sisi lain, unsur dari kalangan dayah yang juga mantan Ketua Komisi I DPR Aceh, Tgk Muhammad Yunus mengatakan, program santripreneur tidak akan berhasil diwujudkan tanpa adanya dukungan anggaran yang memadai, ini adalah sebuah kenyataan fundamental yang harus diperhatikan bersama.

Menurutnya, anggaran merupakan ‘bahan bakar’ yang memungkinkan sebuah program bisa berjalan, berkembang dan mencapai tujuannya. Tanpa anggaran yang memadai, bahkan program santripreneur yang paling baik dan memiliki visi yang jelas sekalipun akan kesulitan mewujudkan tujuannya dan memberikan dampak yang signifikan bagi para santri dan masyarakat.

Unsur kalangan dayah yang juga mantan Ketua Komisi I DPR Aceh, Tgk Muhammad Yunus, mengisi materi kajian santripreneur yang digelar oleh HIPSI Aceh dan berkolaborasi dengan BSI Aceh. [Foto: The Aceh Post]

Untuk itu, Muhammad Yunus mengajak semua pihak, baik pemerintah daerah, SKPD, maupun lembaga terkait lainnya untuk sama-sama saling berkolaborasi mengembangkan potensi santripreneur di lingkungan dayah.

“Ketika beberapa dinas dan lembaga bisa diajak kolaborasi, insyaallah, saya yakin (berhasil). Sebab jika tidak ada anggaran, tidak akan jalan program. Untuk mewujudkan santripreneur di Aceh harus sama-sama kita gerakkan,” kata Muhammad Yunus. (Akhyar)

Baca berita lainnya di Google News dan saluran WhatsApp

Komentar Facebook