Sergio, dari Kisah Makan Singkong sampai Jadi Anggota Paskibraka Aceh
MUHAJIR, Kepala Pengasuh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumoh Seujahtera Aneuk Nanggroe (RSAN) tak mampu membendung haru saat melihat akhir perjuangan anak asuhnya bernama Wahyu Agung Sergio. Remaja yang akrab disapa Sergio tersebut memiliki rentang kisah yang sangat inspiratif sebelum akhirnya menjadi salah satu sosok andalan pasukan Paskibraka HUT ke-77 RI Provinsi Aceh. “Kami sangat bangga dengan capaian prestasi Sergio. Meski dia dari keluarga kurang mampu bahkan pernah makan singkong waktu di kampung, namun tak ada yang tak mungkin jika berusaha sungguh-sungguh,” kata Muhajir didampingi Kepala UPTD RSAN, Michael Octaviano ketika mengisahkan perjuangan anak asuhnya kepada Theacehpost.com.
Sergio tampak begitu gagah mengenakan seragam Paskibraka pada peringatan HUT ke-77 RI tingkat Provinsi Aceh di Banda Aceh, Rabu 17 Agustus 2022.
Sebelumnya Sergio lulus berdasarkan seleksi dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh dan dikukuhkan menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) 2022 oleh Gubernur Aceh di Anjong Mon Mata, Banda Aceh.
Kepala UPTD RSAN, Michael Octaviano mengatakan, apa yang diraih Sergio adalah buah dari kesungguhan dan motivasi untuk mewujudkan harapan.
“Tidak ada yang tidak mungkin apabila semua keinginan dilakukan dengan kemauan dan kerja keras,” kata Michael seusai upacara HUT ke-77 RI tingkat Provinsi Aceh.
Menurut Michael, Sergio telah melalui lika-liku kehidupan yang begitu berat sejak masih di kampung asalnya di Kabupaten Aceh Tamiang.
Karena orangtuanya adalah keluarga kurang mampu, Sergio pernah makan ubi atau singkong pada saat sahur bulan Ramadhan.
“Ibunya tidak membangunkan karena tak ada yang akan dimakan, tapi Sergio terbangun sendiri dan langsung sahur dengan singkong. Enak sekali,”
ujar Michael mengutip pengakuan Sergio.
Sadar bahwa orangtuanya miskin, Sergio berusaha meringankan kebutuhan hidup sehari-hari dengan bekerja apa saja untuk mendapatkan uang.
Pernah ketika pulang sekolah sewaktu masih di SD ia mengutip biji sawit yang jatuh setelah terlebih dahulu minta izin kepada pemiliknya.
Biji sawit yang dikumpulkan itu ia jual dan uangnya diberikan kepada orangtua. Dia juga menambah penghasilan dengan jualan es keliling.
“Begitulah perjuangan Sergio. Tak jarang dia dibully oleh teman-temannya mengatakan dia pencuri biji sawit yang jatuh,” ujar Michael mengenang masa lalu Sergio.
Melihat kemauan dan semangat Sergio untuk belajar cukup tinggi akhirnya Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tamiang menitipkannya ke UPTD RSAN Dinsos Aceh. Tujuannya agar ada jaminan pendidikan dan Sergio bisa lebih fokus untuk meraih masa depan.
Perjuangan ke Paskibraka
Perjuangan Sergio untuk mempersembahkan yang terbaik sebagai salah seorang anggota Paskibraka juga dijalaninya dengan sangat serius dan sungguh-sungguh.
Selama berminggu-minggu ketika pulang dari tempat latihan, orang pertama yang menyambutnya di panti adalah para pengasuh.
Pengasuhnya terus memberi dukungan dan semangat untuk mendongkrak anak binaan yang kurang beruntung dalam keluarga.
Dalam tim Paskibraka, Sergio terpilih menjadi anggota pasukan 17 yang berperan sangat penting bagi barisan di belakang. Tetapi dengan rasa percaya diri yang tinggi, Sergio mampu melaksanakan tugas itu tanpa hambatan.
“Anak binaan kita Wahyu Agung Sergio berani berdiri tegak di barisan terdepan di posisi tengah pula, posisi yang sangat menentukan terhadap keberhasilan pada kegiatan upacara yang sakral ini,” timpal Muhajir.
Dari 70 putra/putri terbaik se-Provinsi Aceh—42 putra dan 28 putri—Sergio merupakan satu-satunya anak binaan UPTD RSAN Dinas Sosial Aceh yang lolos di barisan ke 17 Paskibraka Aceh.
“Tidak mudah untuk menjadi pasukan yang berdiri di barisan terdepan, mereka adalah orang-orang terpilih karena harus memiliki beberapa keunggulan dari anggota lainnya,” kata Muhajir.
“Selalu kita ingatkan Sergio agar tetap fokus, konsentrasi, intelegensi yang tinggi, kuat dan berani. Semua arahan kita dilaksanakan dengan baik dan akhirnya Sergio memetik hasilnya. Kami sangat bangga,” demikian ungkapan hati sang pengasuh. []