Semangat Literasi dengan Menumbuhkan Ketrampilan Menulis!
Oleh: Leddy Avista Lestari, M.Pd (Pengurus FUAS dan Penggiat Pendidikan, Sosial, dan Budaya di Aceh).
Menulis adalah tingkat pembelajaran terakhir setelah mendengar, melihat, membaca, dan menyimak.
Menulis merupakan salah satu keahlian khusus yang biasanya butuh keterampilan dan dapat dilakukan seseorang setelah membaca (dalam rangka mengumpulkan data/bahan tulisan atau mendapatkan ide), mengkaji, menganalisis, lalu menuangkannya dalam rangkaian kata berbentuk karya tulis.
Tak heran, jika kita harus mengalami proses panjang untuk mampu menulis dengan baik. Tak dipungkiri juga banyak orang melakukan kegiatan pasif yang lebih mudah seperti menonton televisi dibandingkan dengan membaca, apalagi menulis, bukan?
Menulis terkadang menjadi bagian tersulit buat mereka yang lebih suka (banyak) bicara. Sebaliknya, berbicara di depan publik cukup menjadi tantangan buat mereka yang lebih suka menulis. Setiap hal yang positif, kontributif, kreatif, dan produktif tentu punya tantangan dan ditempuh dengan berbagai proses, bukan?
Menulis dan berbicara di depan publik adalah kompetensi dasar yang seharusnya wajib kita miliki. Tentu saja yang dimaksud dengan menulis dan berbicara adalah menuliskan dan menyampaikan gagasan-gagasan yang positif dan kontibutif untuk membangun pola pikir diri kita sendiri dan orang lain untuk kehidupan yang lebih baik.
Menulis dapat membantu menstrukturkan apa yang ada di benak kita dan gagasan-gagasan yang dapat dibagikan terhadap lingkungan sekitar. Kemampuan menulis dapat dilatih dan dipoles dengan cara tekun dan konsisten untuk menuliskannya.
Bagaimana caranya? Pertama adalah dengan punya niat dan tujuan untuk menulis. Jika tidak punya niat, apalagi sekedar menulis karena diperintahkan atasan, cari uang, ingin ketenaran, pasti dijamin menulis itu sering menjadi sesuatu yang sangat menyiksa.
Jika berniat untuk bisa menulis, yang pertama adalah kuatkan niat untuk menulis dan memahami apa urgensi penting menulis itu.
Pada tahapan selanjutnya adalah berlatih dengan sungguh-sungguh dengan menuliskan hal-hal yang disukai. Jika terpaksa menulis harus menulis, dengan menikmatilah sebagai penulis pemula.
Menulislah dengan tekun dengan tulis kalimat pendek saja terlebih dahulu. Penuhi kaidah menulis bahasa Indonesia yang benar.
Dalam satu kalimat jelas urutan subyek (S)-predikat (P) –obyek (O)- dan keterangannya (K). Sebuah kalimat bahasa Indonesia yang baik, minimal mengandung unsur S, P, dan O/K .
Kemudian, biasakan melakukan memperbaiki tulisan dan dibaca oleh kawan. Sebelumnya, jangan menjelaskan isi tulisan tersebut secara lisan kepada kawan tersebut.
Tidak perlu malu untuk meminta orang lain membaca tulisan yang dibuat. Apalagi jika ini terkait dengan isi tulisan dan alurnya, tanyakan padanya apakah dia sudah memahami isi dan mengerti.
Apa yang kita tulis, seyogyanya selalu menjadi hal yang harus dipahami oleh pembaca. Kita menulis bukan saja untuk kita, tetapi agar orang lain yang membaca memahami dan mengerti alur pemikiran kita.
Apakah kita tidak boleh melakukan kesalahan dalam menulis? Kesalahan dalam menulis bisa diminimalkan. Mari kita mulai menulis yang baik, meminimalkan kesalahan tulis, dan membuat tulisan sederhana yang mudah dipahami pembaca.
Kegiatan penulisan haruslah menjadi bagian dari komunikasi dan pertukaran informasi efektif dan komunikatif antar penulis dan pembaca.
Lebih jauh dari itu, sepatutnya didorong untuk memiliki kompetensi dalam hal penulisan artikel, esai, makalah atau opini untuk menyampaikan ide, gagasan, saran atau memengaruhi orang lain.
Dengan tulisan yang berdaya, penulis dapat menggerakkan pembaca menyetujui isi tulisan dan mengerjakan apa yang disarankannya.
Tentunya pengaruh yang bersifat positif, mengajak kepada kondisi yang lebih baik, dan berbuat baik dengan menuliskan hal-hal positif di masyarakat.
Meskipun telah memiliki keterampilan menulis, seorang penulis masih terus mengasah kemampuan untuk terus tekun dan komitmen dalam menulis apa pun.
Sama seperti atlet sepakbola, meskipun sudah sekaliber Ronaldo, Messi, dan Zidane, tetap saja dia perlu berlatih dan konsisten dalam mengasah bakatnya, bukan?
Kolom opini juga dapat menjadi solusi untuk melatih, mempertahankan, ataupun meningkatkan kemampuan menyusun dan mengkoordinasi kata-kata menjadi kalimat, paragraf dan akhirnya menjadi tulisan yang terangkai dengan baik.
Dengan demikian, semangat literasi akan menggerakkan masyarakat sekitar untuk terus menggalakkan hal-hal positif dan kontributif untuk keberlanjutan hidup yang lebih baik. Ayo menulis! Gerakkan literasi untuk hidup yang lebih baik.