Selama 2024 Aceh Dilanda 273 Bencana, Kerugian Capai Rp123 Miliar
THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat bencana alam yang terjadi di Aceh sepanjang tahun 2024 sebanyak 273 kali kejadian dengan korban jiwa 12 orang serta prakiraan kerugian mencapai Rp 123 miliar.
“Jumlah bencana tahun 2024 di Aceh itu lebih sedikit dibandingkan tahun 2023 yang terjadi sebanyak 418 kejadian,” ujar Kepala BPBA, Teuku Nara Setia, dalam rilis yang diterima, Selasa (7/1/2025).
Sementara itu, nilai kerugian juga berkurang dari 430 miliar pada 2023 menjadi 123 miliar pada 2024. “Kerugian tersebut dihitung dari kerusakan infrastruktur, harta benda warga, dan lahan pertanian,” kata dia.
Teuku Nara menyebutkan, Kebakaran pemukiman masih mendominasi yakni sebanyak 86 kali, dengan total kerugian mencapai Rp 69 miliar. Kebakaran hutan dan lahan terjadi 63 kali, dengan lahan yang terbakar seluas 214 hektar.
“Kebakaran pemukiman mengalami penurunan dari 149 kejadian di tahun 2023 menjadi 86 di tahun 2024,” sebutnya.
Nara menambahkan, banjir juga masih intens terjadi yakni sebanyak 68 kali berdampak pada 5.062 rumah dan 11 jembatan, 18 tanggul rusak serta 883 hektar sawah terendam dengan total pengungsi 4.009 orang.
“Banjir bandang terjadi sebanyak 4 kali kejadian dengan prakiraan kerugian Rp 715 juta,” tambahnya.
Selanjutnya, angin puting beliung terjadi sebanyak 34 kali merusak 376 rumah warga dengan total kerugian yang dialami sebanyak 9.5 miliar rupiah. Longsor terjadi sebanyak 14 kali kejadian denga kerugian mencapai Rp 1,2 Miliar.
Berikut kekeringan terjadi 2 kali pada 4 kecamatan 53 desa di Kabupaten Aceh Besar. Gempabumi terjadi 1 kali di Wilayah Pantai Barat Simeulue dengan magnitude 5.9 SR. Terakhir, abrasi terjadi sebanyak 1 kali kejadian merusak 1 rumah.
“Berbagai bencana itu menyebabkan 12 orang meninggal dunia, 4 orang luka-luka dan berdampak pada 44.641 KK/ 159.141 Jiwa serta 4.144 Pengungsi,” Jelas Nara.
Nara juga menghimbau masyarakat untuk siap dalam menghadapi bencana, baik bencana alam maupun non alam, sinergitas sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana di Aceh.
“Mari bersama-sama kita melakukan upaya pengurangan risiko bencana, karena Penanggulangan Bencana adalah urusan bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dari berbagai elemen termasuk di dalamnya adalah media,” tutup Nara. (Ningsih)