Rusli Bintang, Arsitek Pendidikan Kebanggaan Anak Yatim
BEBERAPA hari lalu, ketika kami sedang ngopi barang di Cut Nun Ulee Kareng, Banda Aceh, tiba-tiba tema diskusi beralih ke persoalan anak yatim yang dalam beberapa kasus masih ada yang luput dari perhatian. “Kalau kita bicara anak yatim, tak terlalu berlebihan jika kita menggunakan referensi yang dilakukan Pak Rusli Bintang. Dengan Abulyatama-nya, beliau tak pernah henti menyantuni anak yatim,” kata Usman Lamreung, Dosen Universitas Abulyatama sambil meneruskan beberapa file digital tentang kisah inspiratif Rusli Bintang kepada Theacehpost.com.
Rusli Bintang lahir di Gampong Lam Asan, Aceh Besar, Jumat, 28 April 1950. Rusli merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan Bintang Amin dan Halimah. Sang ayah berprofesi sebagai mantri kesehatan.
Rusli memiliki enam adik yaitu Darmawan Bintang, Marzuki Bintang, Fatimahsyam Bintang, Musa Bintang, Ismail Bintang, dan Zulkarnaini Bintang.
Rusli sangat peduli dengan anak yatim karena dia pernah merasakan pahit dan gentir saat menjadi anak yatim.
Kenangan sedih yang tak bisa dilupakan Rusli Bintang adalah ketika adiknya meninggal menjelang ujian semester di SMP.
Sang adik minta uang Rp 1.000 untuk membayar uang ujiannya. Meski Rusli berhasil mencarikan uang Rp 1.000 itu, tetapi sang adik terlanjur stres. Malam itu adiknya sakit dan mencret-mencret. Rusli menggendong adiknya ke rumah sakit tanpa peduli tubuhnya belepotan dengan kotoran.
Sesampai di rumah sakit, kondisi sang adik semakin lemas dan akhirnya meninggal. Rusli sangat terpukul apalagi ketika dokter mengatakan adiknya sakit karena stress.
Rusli Bintang sejak muda sudah membiasakan diri bersedekah untuk anak-anak yatim. Kebiasaan itu telah terpatri sejak dia masih kerja serabutan. Rusli telah memperlihatkan kedermawanan.
Diawali sebagai kontraktor—Rusli terus menapaki sukses berikutnya, seperti menjadi pengusaha bidang pendidikan. Selanjutnya Rusli berhasil mendirikan Universitas Abulyatama dengan fasilitas lengkap dan kampus yang luas di Lampoh Keudee, Aceh Besar. Universitas Abulyatama langsung menjadi PTS terkenal di Aceh.
Dengan Universitas Abulyatama, nama Rusli Bintang dikenal di seantero Aceh bahkan ke luar provinsi. Pada 1998, putra Aceh Besar ini menerima gelar Doktor Honoris Causa (Hc) dari Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat.
Pada 1999, Rusli bersama teman-temannya mendirikan Partai Politik Abulyatama. Karena menurut Rusli, dukungan politik sangatlah penting. Partai Abulyatama pernah mendapat kursi di DPR Aceh namun akhirnya meredup seiring kesibukan Rusli Bintang mengembangkan sayap usahanya ke berbagai penjuru Tanah Air.
Sukses Rusli Bintang tak sebatas Universitas Abulyatama, tetapi juga mengembangkan sayap ke tingkat nasional dengan menambah beberapa kampus yaitu Universitas Malahayati, Universitas Batam, dan Institut Kesehatan Jakarta.
Berikutnya, Rusli Bintang terus mengembangkan bisnis pendidikan dengan membangun kampus baru di Banten, Jambi, dan Kalimantan.
Rusli Bintang, sosok bertangan dingin dalam bisnis pendidikan. Semua kampusnya ditata dengan standar modern, nyaman dengan perpaduan seni.
Tak lepas dari anak yatim
Dalam kegiatan sosial dan keshariannya, Rusli Bintang tidak lepas dengan anak yatim. Rusli terus menyatuni anak yatim dan ini memang sebagai dasar cita-citanya sejak awal merangkak dalam mengembangkan usahanya.
Setiap bulan Rusli memberikan satunan anak yatim dalam bentuk sembako dengan dibantu oleh para dosen untuk menyalurkan batuan tersebut ke gampong-gampong baik yang berdekatan dengan kampus maupun wilayah lain. Ini terus dilakukan, sesuai motonya, ‘Abulyatama, ayah anak yatim.’
Inilah sosok Rusli Bintang, sosok yang sudah berbuat dan berkiprah untuk dunia pendidikan, baik pendidikan umum maupun pengembangan pendidikan Islam.
Rusli Bintang adalah pekerja keras sejak dia ditinggalkan orantuanya. Dengan semangat pantang menyerah, Rusli Bintang menjelma menjadi sosok yang sangat sukses. Rusli Bintang bukan hanya tokoh pendidikan tetapi juga sosok ayah yang sangat membanggakan bagi ribuan anak yatim. []