PWI Aceh dan YEL Gelar Diskusi Tentang Bencana

Ketua PWI Aceh M Nasir Nurdin (dua dari kanan) sedang menyampaikan materi pada diskusi publik di Kantor PWI Aceh, Banda Aceh, Kamis, 22 Desember 2022. (Theacehpost.com/Zulfurqan)

Theacehpost.com | BANDA ACEH – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh bekerja sama dengan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) menggelar Diskusi Publik “Analisis Dampak Bencana dan Korelasinya Terhadap Keberlanjutan Pembangunan dan Pengentasan Kemiskinan di Aceh” di Kantor PWI Aceh, Banda Aceh, Kamis, 22 Desember 2022.

banner 72x960

Hadir sebagai narasumber Ketua PWI Aceh M Nasir Nurdin, Akademisi Universitas Syiah Kuala (USK) Irham Fahmi, dan Direktur Eksekutif Walhi Aceh Ahmad Shalihin. Sementara moderator diskusi Kepala LKBN Antara Aceh Azhari.

Nasir Nurdin menyampaikan, bencana menyebabkan kerugian besar terhadap jiwa, harta, dan struktur sosial masyarakat yang melebihi kemampuan masyarakat untuk menanggulanginya, sehingga membutuhkan perlindungan dan bantuan pihak lain.

“Manusia tidak bisa memprediksi dengan tepat kapan dan di mana terjadinya. Namun demikian perlu disadari bahwa bencana bisa dikelola sehingga dampaknya dapat dikendalikan,” ujarnya.

Lanjut Nasir, kegiatan pengelolaan hal-hal yang berkaitan dengan bencana, baik sebelum, saat dan sesudah terjadinya bencana dengan tujuan menghindari terjadinya bencana atau mengatasi dampak apabila telah terjadi suatu bencana disebut dengan istilah manajemen bencana.

Penanggulangan bencana pada paradigma baru merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program pembangunan. Sementara penanggulangan bencana pada paradigma lama untuk sekadar memulihkan keadaan, dan dalam paradigma baru berubah menjadi kehidupan pascabencana yang lebih baik daripada sebelumnya.

Pembangunan Ekonomi

Irham Fahmi menyampaikan, masuknya dana otsus harus dimanfaatkan untuk mengurangi angka kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi Aceh berada di bawah rata-rata nasional. Aceh butuh blueprint pengentasan kemiskinan.

Hingga saat ini kebutuhan logistik Aceh masih tergantung kepada sumatera Utara. Sementara itu, industri dan umkm lemah. Padahal, 70 persen UMKM mampu menopang perekonomian. Seyogianya, setiap kabupaten/kota di Aceh memetakan apa jenis produk terbaik yang mampu dihasilkan.

“Faktor ekonomi berdampak terhadap berbagai persoalan, seperti stunting,” imbuhnya. []

Komentar Facebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *