Prof Syahrizal: Pemimpin harus Mengurus Umat, Bukan Minta Diurus
Theacehpost.com | BANDA ACEH – Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Syahrizal Abbas menyebutkan, pemimpin yang diberi amanah untuk memimpin hendaknya harus mengurus umat, bukan malah minta diurus. Seorang pemimpin harus benar-benar memegang teguh prinsip khadimul ummah (pelayan umat) sebagaimana yang diajarkan Rasulullah dan juga telah diamalkan oleh para Khulafaur Rasyidin.
Hal itu disampaikan Prof Syahrizal Abbas saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) dengan tema “Pemimpin dan Upaya Menyelamatkan Umat” di Warkop Garuda, Rabu 12 Juli malam.
“Tugas pemimpin berat, pemimpin itu mengurus umat, mulai dari orang berdasi sampai tukang sapu, dari timur sampai ke barat. Pemimpin harus mengurus umat bukan minta diurus,” kata Prof Syahrizal didampingi oleh Koordinator KWPSI, Dosi Elfian.
Dalam studi Islam, katanya, makna kepemimpinan sering disebut imamah, kepemimpinan yang mengurus kepentingan umat. Konsep khadimul ummah yang berarti melayani kepentingan umat harus benar-benar menjadi landasan bagi seorang pemimpin di semua level termasuk para pemimpin keluarga.
“Bahkan, sekarang Almalik Salman bin Abdul Aziz Raja Arab Saudi menyebut dirinya itu alkhadim assyarifain, pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah,” ujarnya.
Tugas-tugas besar pemimpin saat ini lanjut Prof Syahrizal antara lain harus memenuhi keperluan umat, menjaga (kondisi negara, stabilitas keamanan), memastikan (kebutuhan umat), memberikan kenyamanan, memastikan tegaknya keadilan, dan hidup aman dan tentram. “Ini garis-garis besar yang harus menjadi tanggung jawab pemimpin,” ujarnya.
Bicara soal pemimpin kata Prof, Islam telah menjelaskan hal itu dalam Alquran. Bahkan, Allah SWT berfirman dalam Quran Surat Albaqarah ayat 30 dan menjelaskan manusia Allah ciptakan untuk menjadi khalifah.
“Quran sebagai landasan bagaimana bicara kepemimpinan atau imamah. Bahkan Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di atas muka bumi dan Allah memang lebih mengetahui tentang apa yang Allah ciptakan,” ujarnya.
Islam sejak dulu lanjut Prof sangat memperhatikan perihal kepemimpinan. Bahkan, teori leadership yang sekarang dipelajari di belahan dunia manapun sudah dibangun oleh Rasulullah SAW. Misal, seorang pemimpin harus demokratis, Nabi SAW sendiri sudah membangun kepemimpinan yang demokratik sejak dulu melalui pola-pola musyawarah.
“Nabi pemimpin yang demokratik, buktinya Nabi SAW paling sering menggelar musyawarah. Bahkan, Nabi juga sering sekali mendapat kritik dari sahabat dalam musyawarah. Kita bisa lihat, betapa Rasul membangun demokrasi dalam kepemimpinannya. Ciri dan karakteristik kepemimpinan ini sudah Rasul praktekkan 14 abad silam,” ujar Syahrizal.
Kalau diurut melalui sejarah, lanjut Prof, apa yang dipraktekkan Nabi SAW sudah sangat lengkap dan sekiranya harus menjadi pedoman para pemimpin di masa ini.
“Rasul juga seorang pemimpin yang cukup peduli kepada umat dan ini juga turun temurun menjadi teladan dan dipraktekkan oleh para Khulafaur Rasyidin, kita tahu bagaimana seorang Umar Bin Khatab yang tidak tenang jika ada warganya yang tidak makan, sering kita dengar cerita itu,” katanya.
Pada bagian akhir, Prof Syahrizal mengatakan, seorang pemimpin nantinya di hari akhir akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT atas apa yang telah dia perbuat selama mengemban amanah tersebut.
“Sesungguhnya kepemimpinan ini akan diminta pertanggungjawaban, itu berat sekali. Bahkan ada Hadis Rasulullah menyebutkan, golongan yang tidak banyak rintangan atau tidak banyak pertanyaan di hari akhir nanti adalah para imamun ‘adil (pemimpin yang adil),” pungkasnya. []