Prihatin Ulama Jadi Sasaran Warga Akibat Konser Musik di Blang Padang, ISAD Aceh Desak Panitia Minta Maaf

Suasana event Pesta Rakyat My Pertamina di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. [Foto: The Aceh post/Uri]

THEACEHPOST.COM | Banda Aceh – Derasnya serangan warga ke Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) berkaitan dengan event Pesta Rakyat My Pertamina di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, menimbulkan keprihatinan mendalam dari Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Alumni Dayah (DPP ISAD) Aceh.

banner 72x960

“Surat balasan MPU Banda Aceh ke panitia pelaksana konser My Pertamina setelah kita kaji tidak ada yang jadi masalah. Karena MPU Banda Aceh meminta panitia mengikuti aturan syariat Islam yang berlaku di Aceh. Tapi kenapa kemudian pelaksanaan konser yang dikritik warga Aceh ini kemudian dikesankan seolah pelaksanaannya sudah memenuhi arahan dari MPU Banda Aceh, “ ujar Ketua Umum DPP ISAD Aceh, Tgk Mustafa Husen Woyla, Banda Aceh, Selasa (30/7/2024).

“Kami menerima ajakan dari lintas Ormas berbasis Dayah untuk kami mendatangi kantor Pertamina Aceh untuk meminta pertanggungjawaban atas serangan deras yang diterima MPU dari warga Aceh ini akibat pelaksanaan konsern My Pertamina, kami minta Pertamina bertanggung jawab. Kami meminta agar EO acara konser My Pertamina terkesan mengadu Warga Aceh dengan MPU akibat konser yang diselenggarakan dan mendapat serangan warga Aceh tersebut,” tambahnya.

Sebab, lanjut Tgk Mustafa Woyla, tindakan seperti ini, mengadu warga dengan MPU bahwa seolah maksiat konser yang diselenggarakan itu sudah mendapatkan legitimasi dari ulama.

Hal itu, kata dia, sangat kontradiksi dengan konsistensi ulama-ulama Aceh selama ini, baik yang tergabung dalam MPU maupun tidak yang sangat konsen menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari munkar.

Tgk Mustafa Husen juga menyayangkan kenapa kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat harus diiringi dengan konser yang sangat identik dengan maksiat.

Padahal, kata dia, panitia pasti tahu bahwa Aceh ini adalah Provinsi yang berlaku syariat Islam dan dimana nilai-nilai Islam di tanah Aceh harus dihormati dan dimuliakan.

“Mengapa harus ada konser? Apakah kita akan disebut ketinggalan zaman jika tidak menyelenggarakan konser  maksiat? Cobalah kita berfikir lebih lurus, “ tegas Tgk Mustafa Woyla.

Tgk Mustafa juga mengatakan, mengadu warga dengan MPU ini dapat mengarah kepada upaya mereduksi dan menggerus eksistensi ulama Aceh sebagai panutan umat secara personal, dan lembaga ulama sebagai wahana tempat masyarakat meminta fatwa dan nasihat-nasihat agama.

“Kami berharap pihak Pertamina harus bertanggung jawab dengan mengeluarkan pernyataan permohonan maaf minimal dalam jangka waktu 7×24 jam. Permohonan maaf karena konser yang diselenggarakan tersebut telah membuat ulama Aceh di MPU Banda Aceh dihujat warga. Jadi mohon kebijakan Pertamina selesaikan masalah ini dengan bijaksana, “ pungkas Tgk Mustafa Woyla. (Akhyar)

Baca berita The Aceh Post lainnya di Google News

Komentar Facebook